Materi Psikologi Komunikasi (All)

on Jumat, 22 Agustus 2014
1.      PENGERTIAN PSIKOLOGI KOMUNIKASI & RUANG LINGKUPNYA J
A.    Pengertian Psikologi Komunikasi
Psikologi Komunikasi adalah ilmu yang berupaya mendeskripsikan, menguraikan, menerka dan meramalkan peristiwa mental (proses berpikir) dalam perilaku komunikasi.

B.     Ruang Lingkung Psikologi Komunikasi
·         Internal Proses/Intrapersonal Communication (Diri Sendiri) - Mengulas apa yang sedang dipikirkan atau yang akan disampaikan.
·         Menganalisa Komunikan – Karakteristik, faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi perilaku komunikator kepada komunikan.
·         Interpersonal Communication – Adanya Stimulus yang menghasilkan respon untuk mempengaruhi perilaku komunikator kepada komunikan.
·          Proses penyampaian pesan – Personality dan Situasi
·         Proses pembentukan perilaku – Kesadaran menghasilkan perilaku.
·         Proses komunikasi massa dalam perspektif psikologi.

2.      KOMUNIKASI EFEKTIF DAN FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNGNYA J
A.    Komunikasi Efektif
Komunikasi efektif adalah sebuah komunikasi dimana komunikator dan komunikan sama-sama memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan.

B.     Faktor-faktor Pendukung Komunikasi Efektif
a. Sudut Komunikator : 
·     Kredibilitas: ialah kewibawaan seorang komunikator di hadapan komunikan. Pesan yag disampaikan oleh seorang komunikator yang kredibitilitasnya tinggi akan lebih banyak memberi pengaruh terhadap penerima pesan. 
·     Daya tarik: ialah daya tarik fisik maupun non fisik. Adanya daya tarik ini akan mengudang simpati penerima pesan komunikasi. Pada akhirnya penerima pesan akan dengan mudah menerima pesan-pesan yang disampaikan oleh komunikator.



·     Kemampuan intelektual: ialah tingkat kecakapan, kecerdasan dan keahlian seorang komunikator. Kemampuan intelektual itu diperlukan seorang komunikator, terutama dalam hal menganalisis suatu kondisi sehingga bisa mewujdukan cara komunikasi yang sesuai.
·     Integritas atau keterpaduan sikap dan perilaku dalam aktivitas sehari-hari. Komunikator yang memiliki keterpaduan, kesesuaian antara ucapan dan tindakannya akan lebih disegani oleh komunikan.

·     Ketepercayaan: kalau komunikator dipercaya oleh komunikan maka akan leibh udah menyampaikan pesan dan mempengaruhi sikap orang lain.
·     Kepekaan sosial, yaitu suatu kemampuan komunikator untuk memahami situasi di lingkungan hidupnya. Apabila situasi lingkungan sedang sibuk, maka komunikator perlu mencari waktu lain yang lebih tepat untuk menyampaikan suatu informasi kepada orang lain.
·     Kematangan tingkat emosional, ialah kemampuan komunikator untuk mengendalikan emosinya, sehingga tetap dapat melaksanakan komunikasi dalam suasana yang menyenangkan di kedua belah pihak.
·     Berorientasi kepada kondisi psikologis komunikan, artinya seorang komunikator perlu memahami kondisi psikologis orang yang diajak bicara. Diharapkan komunikator dapat memilih saat yang paling tepat untuk menyampaikan suatu pesan kepada komunikan.
·     Komunikator harus bersikap supel, ramah dan tegas.

b. Sudut Komunikan :
·     Komunikan yang cakap akan mudah menerima dan mencerna materi yang diberikan oleh komunikator.
·     Komunikan yang mempunyai pengetahuan yang luas akan cepat menrima informasi yang diberikan komunikator.
·     Komunikan harus bersikap ramah, supel dan pandai bergaul agar tercipta proses komunikasi yang lancar.
·     Komunikan harus memahami dengan siapa ia berbicara.
·     Komunikan bersikap bersahabat dengan komunikator.

c. Sudut Pesan :
·     Pesan komunikasi interpersonal perlu dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat menumbuhkan perhatian komunikan.
·      Lambang-lambang yang dipergunakan harus benar-benar dapat dipahami oleh kedua belah pihak, yaitu komunikator dan komunikan.
·     Pesan-pesan tersebut disampaikan secara jelas dan sesuai dengan kondisi maupun situasi setempat.
·     Tidak menimbulkan multi interprestasi atau penafsiran yang berlainan.
·     Sediakan informasi yang praktis, berguna, dan membantu komunikan melakukan tindakan yang diinginkan.
·     Berikan fakta, buka kesan dengan cara menyampaikan kalimat konkret, detail, dan spesifik disertai bukti untuk mendukung opini.
·     Tawarkan rekomendasi dengan cara mengemukakan langkah-langkah yang disarankan untuk membantu komunikan menyelesaikan masalah yang dihadapi.

3.      SEJARAH PERKEMBANGAN PSIKOLOGI  SEBELUM DAN SETELAH MENJADI ILMU J
A.     Perkembangan Psikologi  Sebelum Menjadi Ilmu
·         Masa Yunani
Pendekatan dan orientasi filsafat masa Yunani yang terarah pada eksplorasi alam, empirical observations, ditandai dengan kemajuan di bidang astronomi dan matematika, meletakkan dasar ciri natural science pada psikologi, yaitu objective, experimentation and observation, the real activity of living organism. Pertanyaan utama yang selalu berulang:
Why do we behave as we do?
Why are we able to generate reasonable explanation of some actions but not of others?
Why do we have moods?
Why do we seem to know what we know?
Efforts to find ‘the cause’.
Comte: causal explanation adalah indikator untuk perkembangan tahap intelektual bagi peradaban manusia.
Masa Pra Yunani Kuno : tahap intelektual masih primitive, yaitu theological/animism : atribusi ‘the cause’ pada dewa-dewa atau spiritual power. Contoh : Mesir
Manusia adalah pihak yang lemah. Perilaku ditentukan oleh kekuatan para spirit, maka tugas utama manusia adalah menjaga hubungan baik dengan mereka dengan cara menjunjung tinggi otoritas para spirit.

Sejak zaman filsuf-filsuf besar seperti Socrates (469-399 SM) telah berkembang filsafat mental yang membahas secara jelas persoalan “jiwaraga”.
Kejayaan masa Yunani ditandai oleh pemikiran dari tiga filsuf besar: Socrates, Plato, Aristoteles; walau masih dipengaruhi pemikiran-pemikiran masa sebelumnya (masa Yunani Kuno)

·         Masa Abad Pertengahan
Masa abad pertengahan yang dimaksud adalah menurut pembabakan di bawah ini:
a)      Akhir Hellenistic
Pendekatan natural science dari Aristoteles disebarkan oleh muridnya, Alexander the Great melalui ekspansi militer sampai ke daerah Timur. Bersamaan dengan itu mulai juga masuk pandangan belahan dunia Timur ke Barat, terutama Persia, India, dan Mesir. Dengan runtuhnya kekuasaan Alexander the Great, pengaruh timur ini semakin kuat, ditandai dengan menguatnya pandangan spiritualitas menggantikan naturalisme.
b)      Masa Romawi
Konteks sosial :
·       Pemerintahan kekaisaran romawi yang mendunia dengan tertib administrasi kependudukan yang kuat serta jaminan akan ketentraman sosial. 
·       Pemikiran tentang manusia dan alam menjadi lebih pragmatis, spesifik dan spesialis. Bangsa Romawi lebih tertarik pada ilmu pengetahuan yang teknikal dan aplikatif, seluruhnya diarahkan untuk memperkuat dominasi kekaisaran Romawi. 
·       Ide-ide dan pemikiran tentang manusia berkembang subur, bahkan juga ide-ide ketuhanan
Pengaruh bagi perkembangan pemikiran tentang manusia:
·       Filsafat yang berkembang memiliki konteks yang lebih terbatas dan spesifik, serta tampak dalam bentuk yang nyata, misalnya ritual religi masyarakat Romawi. 
·       Fokus yang dibicarakan:
ü  dikotomi aktif-pasif, apakah jiwa (yang menggambarkan manusia) adalah unsur yang aktif dan mandiri terhadap lingkungan ataukah unsur yang pasif dan hanya bisa memberi reaksi.
ü  dikotomi passion – reason
ü  manusia dipandang sebagai makhluk yang kehidupannya didorong oleh usaha untuk mencari cara ‘menguasai’ keinginan fisik melalui penolakan dunia materiil dan mencari kebenaran dalam alam dan Tuhan (Neoplatonism)
·       Pengaruh pada pemikiran tentang. nilai moral. 
·       Pemikiran pada masa Romawi memberi jalan bagi berkembangnya kekristenan.
c)      Pengaruh Kristen
Konteks sosial :
·       masa penyebaran agama Kristen dengan tokoh Yesus sebagai perwujudan "manusia sempurna" beserta perilakunya yang harus jadi teladan. 
·       paham Tritunggal yang mengandaikan x=3x 
·       gereja dan para ulamanya berperan penting dalam masyarakat 
·       peran gereja menjadi dominan dalam perkembangan intelektualitas di masyarakat, banyak cendekiawan berlatar belakang ulama. 
·       secara gradual, gereja menjadi penentu nilai di masyarakat dan berhak melakukan sensor atas tulisan atau ide yang muncul. Gereja juga adalah penyelenggara pendidikan moral. Peran gereja dirasakan kurang memuaskan dan tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, maka muncul universitas-universitas di Eropa yang menawarkan kebebasan berpikir secara lebih luas. Terjadi pertentangan antara gereja dan masyarakat.
Pengaruh pada pandangan mengenai manusia :
·       Manusia bukan hanya physical being, tetapi juga spiritual entity. Aspek spiritual tidak diatur oleh hukum alam. Jiwa manusia (soul) ada pada dunia yang tidak nyata (intangible), tidak dapat dibuktikan dengan mata, dan eksistensinya hanya dapat dibuktikan lewat percaya (iman). 
·       Menempatkan ide Plato dalam konteks kekristenan 
·       Usaha untuk menjelaskan hubungan antara body and soul sebagai suatu dualisme, bukan sst yang harus dipertentangkan, body dan soul masing-masing memiliki fungsi tersendiri.
Beberapa Tokoh abad Ini:
1) St. Agustinus
·       Filsuf pertama pada masa Kekristenan. 
·       Tuhan adalah kebenaran yang menciptakan manusia, bumi dan surga. Jiwa manusia adalah image dari Tuhan. 
·       Pentingnya eksplorasi spiritualitas sebagai usaha manusia untuk mendekatkan diri pada Tuhan. Faktor materiil tidak penting, rationalitas juga tidak terlalu dapat dipercaya. Maka pandangannya betul-betul merupakan kebalikan dari pandangan natural science yang empiris dan objektif. Hanya melalui transendensi manusia dapat sedekat mungkin dengan Tuhan dan berarti juga sedekat mungkin dengan kebenaran. 
·       Sumbangan bagi psikologi : metode introspective. Teknik utama manusia untuk melakukan transendensi.
Dalam psikologi modern teknik ini digunakan oleh beberapa aliran besar seperti strukturalisme (teknik utama untuk menggali jiwa manusia), gestalt, dan psikoanalisa.
2) Thomas Aquinas
·       Mentransformasikan pandangan Aristoteles ke dalam konsep-konsep kekristenan. Apa yang dikenal sebagai reason oleh Aristoteles diterjemahkan sebagai soul oleh Aquinas. Maka soul adalah sesuatu yang vital bagi manusia, tujuan utamanya adalah memahami dunia, hal yang tidak dapat dilakukan oleh fisik manusia semata. 
·       Namun demikian, banyak act dari soul yang membutuhkan tubuh fisik manusia sebagai kekuatan yang dapat mewujudkannya. 
·       Sumbangan bagi science/psikologi modern: Pengubahan mutlak dari Aristoteles’ natural science dan Pengembangan dualisme
Sepanjang masa ini, perdebatan mengenai manusia bergeser dari topik kehidupan yang luas, hubungan antara manusia dengan lingkungannya /alam, ke arah pemahaman tentang kehidupan secara lebih spesifik, yaitu hubungan antara aspek-aspek di dalam diri manusia itu sendiri. Menunjukkan semakin mendalamnya perhatian dan concern awal mengenai manusia itu sendiri. Meskipun demikian, pengaruh kuat gereja menyebabkan pemikiran tentang manusia tidak bebas, dan otoritas ketuhanan tetap dijunjung sebagai otoritas tertinggi

·         Masa Renaissans
Konteks sosial dan intelektual
Masa ini merupakan merupakan reaksi terhadap masa sebelumnya, dimana pengetahuan bersifat doktrinal di bawah pengaruh gereja dan lebih didasarkan pada iman. Reaksi ini sedemikian kuat sehingga dapat dikatakan peran nalar menggantikan peran iman, ilmu pengetahuan menggantikan tempat agama dan iman di masyarakat. Semangat pencerahan semakin tampak nyata dalam perkembangan science dan filsafat melalui menguatnya peran nalar (reason) dalam segala bidang, dikenal sebagai the age of reason. Akal budi manusia dinilai sangat tinggi dan digunakan untuk membentuk pengetahuan.
Masa Rennaissance ditandai dengan bergesernya fokus pemahaman dari God-centeredness menjadi human-centerednes, dikenal dengan istilah sekularisasi atau humanity. Tulisan-tulisan filsuf terkenal seperti Plato, Aristoteles dan lain-lain dikaji untuk melihat bagaimana pola pikir penulisnya dan konteks histories waktu tulisan itu dibuat. Maka yang dicari adalah human truth dan bukan God truth. Kesimpulan akhirnya adalah penerimaan bahwa kebenaran memiliki lebih dari satu perspektif.

B.      Perkembangan Psikologi  Sesudah Menjadi Ilmu
·         Pada akhir abad ke-19 terjadilah babak baru dalam sejarah Psikologi. Pada tahun 1879, Wilhem Wundt (Jerman, 1832-1920) mendirikan laboratorium Psikologi pertama di Leipzig yang menandai titik awal Psikologi sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri. Sebagai tokoh Psikologi Eksperimental, Wundt memperkenalkan metode Introspeksi yang digunakan dalam eksperimen-eksperimennya. Ia dikenal sebagai tokoh penganut Strukturalisme karena ia mengemukakan suatu teori yang menguraikan struktur dari jiwa. Wundt percaya bahwa jiwa terdiri dari elemen-elemen (Elementisme) dan ada mekanisme terpenting dalam jiwa yang menghubungkan elemen-elemen kejiwaan satu sama lainnya sehingga membentuk suatu struktur kejiwaan yang utuh yang disebut asosiasi. Oleh karena itu, Wundt juga dianggap sebagai tokoh Asosianisme.
·         Edward Bradford Titchener (1867-1927) mencoba menyebarluaskan ajaran-ajaran Wundt ke Amerika. Akan tetapi, orang Amerika yang terkenal praktis dan pragmatis kurang suka pada teori Wundt yang dianggap terlalu abstrak  dan kurang dapat diterapkan secara langsung dalam kenyataan. Mereka kemudian membentuk aliran sendiri yang disebutFungsionalisme dengan tokoh-tokohnya antara lain: William James (1842-1910) dan James Mc Keen Cattel (1866-1944). Aliran ini lebih mengutamakan fungsi-fungsi jiwa dari pada mempelajari strukturnya. Ditemukannya teknik evaluasi psikologi (sekarang psikotest) oleh Cattel merupakan bukti betapa pragmatisnya orang-orang Amerika.
·         Meskipun sudah menekankan pragmatisme, namun aliran Fungsionalisme masih dianggap terlalu abstrak bagi segolongan sarjana Amerika. Mereka menghendaki agar Psikologi hanya mempelajari hal-hal yang benar-benar objektif saja. Mereka hanya mau mengakui tingkah laku yang nyata (dapat dilihat dan diukur) sebagai objek Psikologi (Behaviorisme). Pelopornya adalah John Broades Watson (1878-1958) yang kemudian dikembangkan oleh Edward Chase Tolman (1886-1959) dan B.F. Skinner (1904).
·         Selain di Amerika, di Jerman sendiri ajaran Wundt mulai mendapat kritik dan koreksi-koreksi. Salah satunya dari Oswald Kulpe (1862-1915), salah seorang muridnya yang kurang puas dengan ajaran Wundt dan kemudian mendirikan alirannya sendiri di Wurzburg. Aliran Wurzburg menolak anggapan Wundt bahwa berpikir itu selalu berupa image(bayangan dalam alam pikiran). Kulpe berpendapat, pada tingkat berpikir yang lebih tinggi apa yang dipikirkan itu tidak lagi berupa image, tapi ada pikiran yang tak terbayangkan (imageless thought).
·         Di Eropa muncul juga reaksi terhadap Wundt dari aliran Gestalt. Aliran Gestalt menolak ajaran elementisme Wundt dan berpendapat bahwa gejala kejiwaan (khususnya persepsi, yang banyak diteliti aliran ini) haruslah dilihat sebagai suatu keseluruhan yang utuh (suatugestalt) yang tidak terpecah dalam bagian-bagian. Diantara tokohnya adalah Max Wertheimer (1880-1943), Kurt Koffka (1886-1941), Wolfgang Kohler (1887-1967) .Di Leipzig, pada tahun 1924 Krueger memperkenalkan istilah Ganzheit (berasal dari kata da Ganze yang berarti keseluruhan). Meskipun istilah Ganzheit masih dianggap sama dengan istilah Gestalt dan aliran ini sering tidak dianggap sebagai aliran tersendiri, namun menurut tokohnya, Krueger, Ganzheit tidak sama dengan Gestalt dan merupakan perkembangan dari psikologi Gestalt. Ia berpendapat bahwa psikologi Gestalt terlalu menitikberatkan kepada masalah persepsi objek, padahal yang terpenting adalah penghayatan secara menyeluruh terhadap ruang dan waktu, bukan persepsi saja atau totalitas objek-objek saja.
·         Perkembangan lebih lanjut dari psikologi Gestalt adalah munculnya “Teori Medan (Field Theory)” dari Kurt Lewin (1890-1947). Mulanya Lewin tertarik pada faham Gestalt, tetapi kemudian ia mengeritiknya karena dianggap tidak adekuat. Namun demikian, berkat Lerwin, sebagai perkembangan lebih lanjut di Amerika Serikat lahir aliran “Psikologi Kognitif” yang merupakan perpaduan antara aliran Behaviorisme yang tahun 1940-an sudah ada di Amerika dengan aliran Gestalt yang dibawa oleh Lewin. Aliran psikologi Kognitif sangat menitikberatkan proses-proses sentral (seperti sikap, ide, dan harapan) dalam mewujudkan tingkah laku. Secara khusus, hal-hal yang terjadi dalam alam kesadaran (kognisi) dipelajari oleh aliran ini sehingga besar pengaruhnya terutama dalam mempelajari hubungan antar manusia (Psikologi Sosial). Diantara tokohnya adalah F. Heider dan L. Fertinger.
·         Akhirnya, lahirnya aliran Psikoanalisa yang besar pengaruhnya dalam perkembangan psikologi hingga sekarang, perlu mendapat perhatian khusus. Meskipun peranan beberapa dokter ahli jiwa (psikiater), seperti Jean Martin Charcot (1825-1893) dan Pierre Janet 1859-1947) tidak kurang pentingnya dalam menumbuhkan aliran ini, namun Sigmund Freud-lah (1856-1939) yang dianggap sebagai tokoh utama yang melahirkan Psikoanalisa. Karena Psikoanalisa tidak hanya berusaha menjelaskan segala sesuatu yang tampak dari luar saja, tetapi secara khusus berusaha menerangkan apa yang terjadi di dalam atau di bawah kesadaran manusia, maka Psikoanalisa dikenal juga sebagai “Psikologi Dalam (Depth Pshology)”.



4.       MANUSIA BERDASARKAN PERSPEKTIF PSIKOANALISIS, BEHAVIORSME, KOGNITIF DAN HUMANISTIK J
A.    Aliran Psikoanalisa.
a)      Pengertian Psikoanalisa
Psikoanalisa ditemukan di Wina, Austria, oleh Sigmund Freud. Psikoanalisis merupakan salah satu aliran di dalam disiplin ilmu psikologi yang memilik beberapa definisi dan sebutan, Adakalanya psikoanalisis didefinisikan sebagai metode penelitian, sebagai teknik penyembuhan dan juga sebagai pengetahuan psikologi.
Psikoanalisa menurut definisi modern yaitu (1) Psikoanalisis adalah pengetahuan psikologi yang menekankan pada dinamika, faktor-faktor psikis yang menentukan perilaku manusia, serta pentingnya pengalaman masa kanak-kanak dalam membentuk kepribadian masa dewasa, (2) Psikoanalisa adalah teknik yang khusus menyelidiki aktivitas ketidaksadaran (bawah sadar), (3) Psikoanalisa adalah metode interpretasi dan penyembuhan gangguan mental.
Psikoanalisa dalam pengertian lain (Hjelle & Ziegler, 1992):
ü  Teori mengenai kepribadian & psikopatologi
ü  Metode terapi untuk gangguan kepribadian teknik untuk menyelidiki pikiran & perasaan individu yang tidak disadari
Psikoanalisa memiliki sebutan-sebutan lain yaitu (1) Psikologi dalam, karena menurut Freud penyebab neurosis adalah gangguan jiwa yang tidak dapat disadari, pengaruhnya lebih besar dari apa yang terdapat dalam kesadaran dan untuk menyelidikinya, diperlukan upaya lebih dalam, (2) Psikodinamika, karena Psikoanalisis memandang individu sebagai sistem dinamik yang tunduk pada hukum-hukum dinamika, dapat berubah dan dapat saling bertukar energi.

b)      Konsep Manusia Dalam Psikoanalisa
Menurut Sigmund Freud, perilaku manusia itu ditentukan oleh kekuatan irrasional yang tidak disadari dari dorongan biologis dan dorongan naluri psikoseksual tertentu pada masa enam tahun pertama dalam kehidupannya. Pandangan ini menunjukkan bahwa aliran teori Freud tentang sifat manusia pada dasarnya adalah deterministik. Namun demikian menurut Gerald Corey yang mengutip perkataan Kovel, bahwa dengan tertumpu pada dialektika antara sadar dan tidak sadar, determinisme yang telah dinyatakan pada aliran Freud luluh. Lebih jauh Kovel menyatakan bahwa jalan pikiran itu adalah ditentukan, tetapi tidak linier. Ajaran psikoanalisis menyatakan bahwa perilaku seseorang itu lebih rumit dari pada apa yang dibayangkan pada orang tersebut.
Di sini, Freud memberikan indikasi bahwa tantangan terbesar yang dihadapi manusia adalah bagaimana mengendalikan dorongan agresif itu. Bagi Sigmund Freud, rasa resah dan cemas seseorang itu ada hubungannya dengan kenyataan bahwa mereka tahu umat manusia itu akan punah. Dan struktur kepribadian Dalam teori psikoanalitik, struktur kepribadian manusia itu terdiri dari id, ego dan superego.
1.      Id adalah komponen kepribadian yang berisi impuls agresif dan libinal, dimana sistem kerjanya dengan prinsip kesenangan “pleasure principle”. 
2.      Egoadalah bagian kepribadian yang bertugas sebagai pelaksana, dimana sistem kerjanya pada dunia luar untuk menilai realita dan berhubungan dengan dunia dalam untuk mengatur dorongan-dorongan id agar tidak melanggar nilai-nilaisuperego. 
3.      Superego adalah bagian moral dari kepribadian manusia, karena ia merupakan filter dari sensor baik- buruk, salah- benar, boleh- tidak sesuatu yang dilakukan oleh dorongan ego.


B.     Aliran Behavioristik
a)      Pengertian aliran Behavioristik
Terapi perilaku [behavior therapy] dan pengubahan perilaku [behavior modification] atau pendekatan behavioristik dalam psikoterapi, adalah salah satu dari beberapa “revolusi” dalam dunia pengetahuan psikologi, khususnya psikoterapi. Pendekatan behavioristik yang dewasa ini banyak depergunakan dalam rangka melakukan kegiatan psikoterapi dalam arti luas atau konseling dalam arti sempitnya, bersumber pada aliran behaviorisme. Aliran ini pada mulanya tumbuh subur di Amerika dengan tokohnya yang terkenal ekstrim, yakni John Broadus Watson, suatu aliran yang menitik beratkan peranan lingkungan, peranan dunia luar sebagai factor penting di mana seseorang dipengaruhi, seseorang belajar. Pada abad ke-17, dunia pengetahuan Filsafat ditandai oleh dua kubu besar yakni kubu “empiricism” [physical science] dan kubu “naturalism” [biological science]. Pada akhir abad yang lalu, mempengaruhi lahirnya aliran behaviorisme dengan pendekatan-pendekatannya yang kemudian menjadi terkenal dengan terapi perilaku [behavior therapy] dan perubahan perilaku [behavior modification].

b)      Konsep Manusia Dalam Behavioristik
Para ahli psikologi behavioristik memandang manusia tidak pada dasarnya baik atau jahat.Para ahli yang melakukan pendekatan behavioristik,memandang manusia sebagai pemberi respons(responder),sebagai hasil dari proses kondisioning yang telah terjadi.
 Dustin & George(1977),yang dikutip oleh George & Cristiani(1981),mengemikakan pandangan behavioristik terhadap konsep manusia,yakni:
1.      Manusia di pandang sebagai individu yang pada hakikatnya bukan individu yang baik atau yang jahat,tetapi sebagai individu yang selalu berada dalam keadaan sedang mengalami,yang memiliki kemampuan untuk menjadi sesuatu pada semua jenis perilaku.
2.      Manusia mampu mengkonseptualisasikan dan mengontrol perilakunya sendiri.
3.      Manusia mampu memperoleh perilaku yang baru.
4.      Manusia bisa mempengaruhi perilaku orang lain sama halnya dengan perilakunya yang bisa dipengaruhi orang lain.
ü  Ivey,et al(1987) mengemukakan bahwa pernah para pendukung pendekatan behavioristik merumuskan manusia sebagai manusia yang mekanistik dan deterministik,dimana manusia dianggap bisa dibentuk sepenuhnya oleh lingkungan dan sedikit memiliki kesempatan untuk memilih.Namun pendekatan behavioristik yang baru,menitikberatkan meningkatnya kebebasan dan pilihan melalui pemahaman terhadap dasar-dasar perilaku seseorang.
ü  Corey(1991),mengemukakan bahwa pada terapi perilaku,perilaku adalah hasil dari belajar.Kita semua adalah hasil dari lingkungan sekaligus adalah pencipta lingkungan.tidak ada dasar yang berlaku umum bisa menjelaskan semua perilaku.karena setiap perilaku ada kaitanya dengan sumber yang ada di lingkungan yang menyebabkan terjadinya sesuatu perilaku tersebut.
ü  Albert Bandura(1974,1977,1986) yang terkenal sebagai tokoh teori sosial-belajar,menolak suatu konsep bahwa manusia adalah pribadi yang mekanistik dengan model perilakunya yang deterministik. Pengubahan (modifikasi) perilaku bertujuan untuk meningkatkan kemampuan seseorang agar jumlah respon akan lebih banyak.

C.     Aliran Kognitif
            Psikologi kognitif aliran psikologi yang melihat manusia sebagai makhluk yang aktif mengorganisasikan dan mengolah stimuli yang diterimanya (homo sapiens). Dimana psikologi kognitif juga menempatkan manusia sebagai makhluk yang bereaksi secara aktif terhadap lingkungannya dengan cara berfikir. Manusia berusaha memahami lingkungan yang di hadapinya  dan merespons dengan pikiran yang di milikinya. Psikologi  kognitif juga mempelajari bagaimana arus  informasi yang di tangkap oleh indra di proses dalam jiwa seseorang sebelum di endapkan dalam kesadaran atau di wujudkan dalam bentuk tingkah laku.  Reaksi terhadap rangsangan tidak selalu keluar berupa tingkah laku nyata, akan tetapi juga bisa mengendap berupa ingatan, atau di proses menjadi gejolak perasaan, seperti rasa gelisah, atau kecewa dan lain sebagainya, atau bisa juga di proses menjadi sikap, seperti suka dan tidak suka.[5] Karenanya dalam pandangan psikologi ini, manusia layaknya sebuah komputer, dimana ia menangkap informasi, mengelolah, menyimpan, atau mengeluarkannya dalam bentuk perilaku.[6]
Di mana konsepsi manusia sebagai pengelolah informasi (the person as information processor ) adalah perilaku manusia yang di pandang sebagai produk strategi pengolahan informasi yang rasional yang mengarah pada penyediaan, penyimpanan dan pemanggilan informasi yang di gunakannya untuk memecahkan persoalan. Dalam konsep ini manusia menjadi orang yang sadar dalam memecahkan persoalan. Karena itu manusia menurut teori kognitif di sebut sebagaimana di atas yakni  “homo sapiens” yaitu  manusia yang berpikir.
Walaupun manusia tidaklah serasional sebagaimana di jelaskan di atas, karena kadang kala penilaian orang di dasarkan pada informasi yang tidak lengkap dan kurang rasional, karena manusia menggunakan prinsip – priinsip umum dalam mengambil keputusan. Walaupun psikologi kognitif sering di kritik karena konsep – konsepnya yang sulit di uji, namun psikologi kognitif telah berusaha memasukkan kembali “ jiwa manusia” yang sudah di cabut behaviorisme, yang kontradiktif dengan psikoanalisis yang memandang bahwa manusia sangat di pengaruhi oleh insting dan dorongan nafsu rendah.dan menolak konsepsi ketidaksadaran dan kesadaran yang menjadi inti dari psikoanalisis, namun lebih memandang aspek stimuli lingkungan yang bisa membentuk prilaku manusia.
                                                                                  
D.    Aliran Humanistik
Psikologi humanistik, menggambarkan manusia sebagai pelaku aktif dalam merumuskan strategi transak-sional dalam lingkunganya (homo ludens). Selain itu juga di pandang sebagai eksistensi yang positif juga menentukan. Yang di anggap sebagai makhluk yang unik dan memiliki cinta , kreatifitas,  nilai dan makna serta pertumbuhan pribadi. Yang merupakan pusat perhatian teori humanisme, adalah pada makna kehidupan yang mana dalam psikologi humanistik di sebut homo laudens,yakni manusia yang mengerti makna kehidupan. Yang dalam teorinya di sebutkkan bahwa setiap manusia hidup dalam pengalaman yang bersifat pribadi (unik), dan kehidupanya berpusat pada pada dirinya itu. Yang mana prilaku manusia bukan di kendalikan oleh keinginan bawah sadarnya (seperti teori psikoanalisa) bukan pula tunduk pada lingkungannya (seperti teori behaviorisme), tetapi berpusat pada konsep diri, yaitu pandangan atau persepsi orang terhadap dirinya yang bisa berubah dan fleksibel sesuai dengan pengalamannya dengan orang lain. Yang mana dalam psikologi humanistik memandang positif manusia. Sebagaimana menurut teori ini, manusia selalu berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas dirinya. Manusia juga cenderung ingin selalu mengaktualisasikan dirinya  dalam kehidupan yang bermakna. Setiap individu bereaksi terhadap situasi yang di hadapinya (stimuli) sesuai dengan konsep  diri yang di milikinya, dan dunia di mana ia hidup. Kecenderungan batiniah manusia selalu menuju kepada kesehatan dan kebutuhan diri. Jadi dalam keadaan normalmanusia cenderung berfikir dan berperilaku rasional dan membangun (konstruktif). Ia juga cenderung memilih jalan ( pekerjaan, karier, atas jalan hidup ) yang mendukung pengembangan dan aktualisasi dirinya.



5.      FAKTOR PERSONAL DAN SITUASIONAL J
A.    Faktor Personal
Faktor personal terdiri dari faktor biologis dan faktor sosiopsikologis. Faktor biologis menekankan pada pengaruh struktur biologis terhadap perilaku manusia. Pengaruh biologis ini dapat berupa instink atau motif biologis. Perilaku yang dipengaruhi instink disebut juga species characteristic behavior misalnya agresivitas, merawat anak dan lain-lain. Sedangkan yang bisa dikelompokkan dalam motif biologis adalah kebutuhan makan, minum dan lain-lainnya.
Faktor personal lainnya adalah faktor sosiopsikologis. Menurut pendekatan ini proses sosial seseorang akan membentuk beberapa karakter yang akhirnya mempengaruhi perilakunya. Karakter ini terdiri dari tiga komponen yaitu komponen afektif, kognitf dan komponen konatif.
Komponen afektif merupakan aspek emosional dari faktor sosiopsikologis. Dalam komponen ini tercakup motif sosiogenesis, sikap dan emosi. Komponen kognitif berkaitan dengan aspek intelektual yaitu apa yang diketahui manusia. Komponen kognitif terdiri dari faktor sosiopsikologis adalah kepercayaan, yaitu suatu keyakinan benar atau salah terhadap sesuatu atas dasar pengalaman intuisi atau sugesti otoritas. Komponen konatif berkaitan dengan aspek kebiasaan dan kemauan bertindak. Kebiasaan adalah aspek perilaku manusia yang relatif.

B.     Faktor Situsional
Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku manusia adalah faktor situasional. Menurut pendekatan ini, perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungan/situasi. Faktor-faktor situasional ini berupa :
·      faktor ekologis, misal kondisi alam atau iklim
·      faktor rancangan dan arsitektural, misal penataan ruang
·      faktor temporal, misal keadaan emosi
·      suasana perilaku, misal cara berpakaian dan cara berbicara
·      teknologi
·      faktor sosial, mencakup sistem peran, struktur sosial dan karakteristik sosial individu
·      lingkungan psikososial yaitu persepsi seseorang terhadap lingkungannya
·     stimuli yang mendorong dan memperteguh perilaku


1.      Definisi Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah komunikasi yang dilakukan melalui media massa. Yang termasuk dalam komunikasi massa antara lain adalah: koran, film, radio, televisi dan sebagainya
Beberapa definisi. komunikasi massa disampaikan oleh para ahli yaitu antara lain disampaikan oleh:
1.      DeFleur dan Dennis
Keduanya melihat komunikasi massa sebagai proses.
2.      Joseph R. Dominick
Joseph mendefinisikan komunikasi massa sebagai suatu proses di mana suatu organisasi yang kompleks dengan bantuan satu atau lebih mesin memproduksi dan mengirimkan pesan kepada khalayak yang besar, heterogen, dan tersebar.
3.      Jalaluddin Rakhmat
Rakhmat mendefinisikan komunikasi massa sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim, melalui media cetak atau elektronis. sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.

DeFleur dan Dennis melihat komunikasi massa sebagai proses. Menurut mereka, terdapat lima tahap yang membentuk proses komunikasi massa, yaitu sebagai berikut.
1.      Pesan komunikasi difromulasikan oleh komunikator-komunikator profesional.
2.      Pesan komunikasi dikirimkan melalui cara yang relatif cepat dan berkelanjutan melalui pengguna media.
3.      Pesan tersebut mencapai khalayak yang besar dan beragam yang memilih media dengan cara selektif.
4.      Para anggota khalayak secara individual menafsirkan pesan tersebutdengan cara sedemikian rupa sehingga mereka memahami makna yang kurang lebih sejajar dengan yang dimaksudkan komunikator.
5.      Sebagai hasil dari pengalaman memberi makna ini, para anggota khalayak dipengaruhi dalam cara tertentu atau dengan kata lain, komunikasi tersebut memberi pengaruh tersebut.

Ciri-ciri Komunikasi Massa
1.     Menggunakan media masa dengan organisasi (lembaga media) yang jelas.
2.     Komunikator memiliki keahlian tertentu
3.     Pesan searah dan umum, serta melalui proses produksi dan terencana
4.     Khalayak yang dituju heterogen dan anonim
5.     Kegiatan media masa teratur dan berkesinambungan
6.     Ada pengaruh yang dikehendaki
7.     Dalam konteks sosial terjadi saling memengaruhi antara media dan kondisi masyarakat serta sebaliknya.
8.     Hubungan antara komunikator (biasanya media massa) dan komunikan (pemirsanya) tidak bersifat pribadi.

2.      Pengaruh Komunikasi Massa Terhadap Individu
Tiga teori pengaruh komunikasi massa.
·         Stimulus-Respon (S-R)
Prinsip stimulus respon  pada dasarnya merupakan suatu prinsip belajar yang sederhana, dimana efek merupakan suatu reaksi terhadap stimuli tertentu. Dengan demikian seseorang mengharapkan atau memperkirakan suatu kaitan erat anatara pesan-pesan media dan reaksi audience. Elemen-elemen utama dari teori ini adalah:


1.         Pesan (stimulus)
2.         Penerima/ receiver
3.         Efek (respon)
Pada tahun 1970, Melvin DeFleur melakukan modifikasi terhadap teori stimulus respon dengan teorinya yang dikenal sebagai perbedaan individu dalam komunikasi massa. Disini diasumsikan bahwa pesan-pesan media berisi stimulus tertentu yang berinteraksi secara berbeda dengan karakteristik pribadi dari anggota khalayak.                       
·         Two Step Flow dan pengaruh antar pribadi
Teori ini berawal dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Paul Lazarsfeld mengenai efek media massa dalam suatu kampanye pemilihan presiden Amerika Serikat pada tahun 1940. Teori dan penelitian-penelitian two step flow memiliki asumsi sebagai berikut:
1.      Individu tidak terisolasi dari kehidupan social, tetapi merupakan anggota dari kelompok-kelompok social dalam berinteraksi dengan orang lain.
2.      Respon dan reaksi terhadap pesan dari media tidak akan terjadi secara langsung dan segera, tetapi melalui perantara dan dipengaruhi oleh hubungan-hubungan social tersebut.
3.      Ada dua proses yang berlangsung;
1.      Mengenai penerimaan dan perhatian
2.      Berkaitan dengan respon dalam bentuk persetujuan atau penolakan terhadap upaya mempengaruhi atau penyampaian informasi.
4.      Informasi tidak bersikap sama terhadap pesan/kampanye media, melainkan memiliki berbagai pesan yang berbeda dalam proses komunikasi.


·         Divusi Inovasi
Everet M. Rogers dan Floyd G. Shoemaker (1973) merumuskan teori ini dengan memberikan asumsi bahwa sedikitnya ada empat tahap dalam suatu proses difusi inovasi yaitu:
1.      Pengetahuan. Kesadaran individu akan adanya inovasi dan adanya pemahaman tertentu tentang bagaimana inovasi tersebut berfungsi.
2.      Persuasi. Individu memiliki bentuk sifat yang menyetujui atau tidak menyetujui inovasi tersebut.
3.      Keputusan. Individu terlibat dalam aktivitas yang membawa pada suatu pilihan atau mengadopsi atau menolak inovasi.
4.      Konfirmasi. Individu akan mencari pendapat yang mengutamakan keputusan yang telah diambilnya, namun dia dapat berubah dari keputusan sebelumnya mengenai inovasi yang diterimanya berlawanan satu arah dengan yang lain.

3.      Komponen Komunikasi Massa
Everett M. Rogers bahwa dalam kegiatan komunikasi ada empat elemen yang harus diperhatikan, yaitusource, message, channel dan receiver.  Kemudian komponen tersebut dibagi lagi menjadi lima bagian oleh Wilburr Schramm, yaitu Source, Encoder, Signal, Decoder, Destination. Komponen-komponen tersebut merupakan suatu syarat yang harus ada dalam suatu proses komunikasi, baik pada komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok maupun komunikasi massa.
a)      Komunikator
Jeremy Tunshallmendefinisikan komunikator sebagai petugas nonadministratif (nonclerical) di dalam organisasi-organisasi komunikasi, orang-orang yang bekerja dalam memilih, menyusun dan merencanakan program-program, cerita-cerita dan pesan-peasan lainnya untuk akhirnya disebarkan kepada khalayak. Definisi tersebut menunjukkan komunikator meliputi para jurnalis, para petugas perusahaan periklanan, produser siaran siaran radio dan televisi, serta para penyunting. Melihat uraian tadi komunikasi massa pada umumnya adalah suatu organisasi yang kompleks, yang dalam operasionalnya membutuhkan biaya yang sangat besar .
Ditinjau dari komponen komunikator, maka terdapat dua faktor yang sangat menentukan yaitu :
·         Source Credibility
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan yang besar akan meningkatkan daya perubahan sikap, sedangkan kepercayaan yang rendah akan menyebabkan berkurangnya daya perubahan yang diharapkan.
·         Source Attractiveness
Seorang komunikator harus mempunyai kemampuan untuk mengubah sikap komunikan melalui mekanisme daya tarik, artinya komunikan merasa bahwa komunikator terlibat atau turut serta dengan mereka. 
b)      Pesan
Pesan komunikasi massa bersifat umum, maka pesan harus diketahui oleh setiap orang. Severin dan Tankard(1992) bahwa komunikasi massa adalah sebagian ketrampilan (skill), seni (art) dan ilmu (science). Tanpa dimensi seni menata pesan, tidak mungkin media surat kabar, majalah, radio siaran, televise dan film dapat memikat perhatian khalayak, yang pada akhirnya pesan tersebut dapat mengubah sikap, pandangan, dan perilaku komunikan.


c)      Media
Media massa yang memiliki ciri khas, mempunyai kemampuan untuk memikat perhatian khalayak secara serempak (simultaneous) dan serentak (instantaneous). Jenis-jenis media yang digolongkan dalam media massa adalah pers, radio siaran, televisi dan film.
a)      Pers
Pers memiliki ciri yang khas dibandingkan media massa lainnya. Khalayak yang diterpanya bersifat aktif. Pesan melalui media pers diungkapkan dengan kata-kata, yang baru menimbulkan makna apabila khalayak menggunakan tatanan mentalnya (mental set) secara aktif. Selain itu diperlukan suatu tatanan bahasa yang khas yang disebut bahasa pers.
b)      Radio Siaran
Media radio siaran termasuk media elektronik yang sifatnya sebagai pendengar media audio (didengar). Kelebihan media siaran radio yaitu pesan yang dibawakan oleh komunikator dapat ditata menjadi suatu kisah yang dihiasi dengan musik sebagai ilustrasi (backsound) dan efek suara (sound effect) sebagai unsur dramatisasi.
c)      Televisi
Televisi mempunyai kelebihan dari media massa lainnya yaitu bersifat audio visual (didengar dan dilihat), dapat menggambarkan kenyataan dan langsung dapat menyajikan peristiwa yang sedang terjadi.





d.      Film
Yang dimaksud dengan media film disini adalah film yang dipertunjukkan di gedung-gedugn bioskop. Film dan prosesnya mempunyai fungsi dan sifat mekanik atau nonelektronik, rekreatif, edukatif, persuasive atau noninformatif.
d)     Khalayak
Khalayak yang dituju oleh komunikasi massa adalah massa atau sejumlah besar khalayak. Karena banyaknya jumlah khalayak serta sifatnya yang anonim dan heterogen, maka sangat penting bagi media untuk memperhatikan khalayak. 
e)      Filter dan Regulator Komunikasi Massa
Khalayak yang heterogen ini akan menerima pesan melalui media sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, pendidikan, agama, usia, budaya dan sebagainya. Oleh karena itu, pesan itu akan difilter oleh khalayak yang menerimanya
Filter utama yang dimiliki oleh khalayak adalah indra yang dipengaruhi oleh tiga kondisi, yaitu :
1.      Budaya
Pesan yang disampaikan oleh komunikator melalui media massa akan diberi arti yang berbeda-beda sesuai dengan latar belakang budaya khalayak.


2.      Psikologikal
Pesan yang disampaikan media akan diberi arti sesuai dengan frame of reference dan field of experience khalayak.
3.      Fisikal
Kondisi fisik seseorang baik internal maupun eksternal akan mempengaruhi khalayak dalam mempersepsi pesan media massa.
·         Kondisi fisik Internal, keadaan kesehatan seseorang
·         Kondisi fisik Eksternal, keadaan lingkungan di sekitar komunikan ketika menerima pesan dari media massa.
Regulator adalah lembaga atau individu yang mewakili lembaga berwenang yang memberi perhatian atau tekanan berlebih terhadap poin-poin/kasus-kasus tertentu serta mengurangi perhatian pada hal-hal lain. 
f)       Gatekeeper
Istilah Gatekeeper pertama kali digunakan oleh Kurt Lewinpada bukunya Human Relation. Istilah ini mengacu pada proses: (1) suatu pesan berjalan melalui berbagai pintu, selain juga pada (2) orang atau kelompok yang memungkinkan pesan lewat. Gatekeepers dapat berupa seseorang atau satu kelompok yang dilalui suatu pesan dalam perjalanannya dari sumber kepada penerima.
Fungsi utama gatekeeper adalah menyaring pesan yang diterima seseorang. Gatekeeper membatasi pesan yang diterima komunikan. Editor surat kabar, majalah, penerbitan juga dapat disebut gatekeepers. Seorang gatekeepers dapat memilih, mengubah, bahkan menolak pesan yang disampaikan kepada penerima. 
Keputusan Gatekeepers mengenai informasi yang harus dipilih atau ditolak dipengaruhi oleh beberapa variabel. Bittner (1985) dalam bukunya Human Communication mengidentifikasikan variabel-variabel tersebut sebagai berikut :
1.      Ekonomi, kebanyakan media massa mencari keuntungan dari memasang iklan, sponsor dan kontributor yang dapat mempengaruhi seleksi berita dan editorial.
2.      Pembatasan Ilegal, semacam hokum atau peraturan baik yang bersifat local maupun nasional yang dapat mempengaruhi seleksi dan penyajian berita.
3.       Batas Waktu, deadline dapat mempengaruhi apa yang akan disiarkan.
4.      Etika Pribadi dan Profesionalisme dari seorang gatekeepers.
5.      Kompetisi, diantara media juga berpengaruh terhadap sebuah berita.
6.      Nilai Berita, Intensitas sebuah berita dibandingkan dengan berita lainnya yang tersedia dalam ruang berita, jumlah ruang dan waktu yang diperlukan untuk menyajikan berita harus diseimbangkan.
7.      Reaksi Terhadap Feedback Tertunda,, menulis feedback dalam bentuk surat.

9 komentar:

AdaCerita mengatakan...

haloo Lathifa, saya juga Mahasiswi Ilmu Komuikasi ULM Banjarmasin. *salambungkuk*

Unknown mengatakan...

berguna dan sangat bermanfaat,

Toyaimana mengatakan...

luar biasa karyanya.

ratnadewi.bloger.com mengatakan...

terimakasih
artikel anda sangat membantu

Unknown mengatakan...

sangat bermanfaat
http://http%3A%2F%2Fblog.binadarma.ac.id%2Fherisuroyo%2F.wordpress.com

Andini mengatakan...

sangat bermanfaat
http://http%3A%2F%2Fblog.binadarma.ac.id%2Fkurniawan.wordpress.com

Unknown mengatakan...

sangat bermanfaat

my blog
my campus

damayanti ydama073@gmail.com blog.binadarma.ac.id/ay_ranius/

San Camp mengatakan...

Mau tanya itu refresi bukunya apa ya? mampir ke CATATAN KULIAH KU ya.... salam kenal.... :)

nasywa mengatakan...

ilmu yang berupaya mendeskripsikan, menguraikan, menerka dan meramalkan peristiwa mental (proses berpikir) dalam perilaku komunikasi? Tel U

Posting Komentar