1.
PENGERTIAN
PSIKOLOGI KOMUNIKASI & RUANG LINGKUPNYA J
A.
Pengertian
Psikologi Komunikasi
Psikologi Komunikasi adalah ilmu yang berupaya mendeskripsikan,
menguraikan, menerka dan meramalkan peristiwa mental (proses berpikir) dalam
perilaku komunikasi.
B.
Ruang
Lingkung Psikologi Komunikasi
·
Internal
Proses/Intrapersonal Communication (Diri Sendiri) - Mengulas apa yang sedang
dipikirkan atau yang akan disampaikan.
·
Menganalisa
Komunikan – Karakteristik, faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi
perilaku komunikator kepada komunikan.
·
Interpersonal
Communication – Adanya Stimulus yang menghasilkan respon untuk mempengaruhi
perilaku komunikator kepada komunikan.
·
Proses penyampaian pesan – Personality dan
Situasi
·
Proses
pembentukan perilaku – Kesadaran menghasilkan perilaku.
·
Proses
komunikasi massa dalam perspektif psikologi.
2.
KOMUNIKASI
EFEKTIF DAN FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNGNYA J
A.
Komunikasi
Efektif
Komunikasi efektif adalah sebuah komunikasi dimana komunikator dan
komunikan sama-sama memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan.
B.
Faktor-faktor
Pendukung Komunikasi Efektif
· Kredibilitas: ialah kewibawaan seorang komunikator
di hadapan komunikan. Pesan yag disampaikan oleh seorang komunikator yang
kredibitilitasnya tinggi akan lebih banyak memberi pengaruh terhadap penerima
pesan.
· Daya tarik: ialah daya tarik fisik maupun non
fisik. Adanya daya tarik ini akan mengudang simpati penerima pesan komunikasi.
Pada akhirnya penerima pesan akan dengan mudah menerima pesan-pesan yang
disampaikan oleh komunikator.
· Kemampuan intelektual: ialah tingkat kecakapan,
kecerdasan dan keahlian seorang komunikator. Kemampuan intelektual itu
diperlukan seorang komunikator, terutama dalam hal menganalisis suatu kondisi
sehingga bisa mewujdukan cara komunikasi yang sesuai.
· Integritas atau keterpaduan sikap dan perilaku
dalam aktivitas sehari-hari. Komunikator yang memiliki keterpaduan, kesesuaian
antara ucapan dan tindakannya akan lebih disegani oleh komunikan.
· Ketepercayaan: kalau komunikator dipercaya oleh
komunikan maka akan leibh udah menyampaikan pesan dan mempengaruhi sikap orang
lain.
· Kepekaan sosial, yaitu suatu kemampuan komunikator
untuk memahami situasi di lingkungan hidupnya. Apabila situasi lingkungan
sedang sibuk, maka komunikator perlu mencari waktu lain yang lebih tepat untuk
menyampaikan suatu informasi kepada orang lain.
· Kematangan tingkat emosional, ialah kemampuan komunikator
untuk mengendalikan emosinya, sehingga tetap dapat melaksanakan komunikasi
dalam suasana yang menyenangkan di kedua belah pihak.
· Berorientasi kepada kondisi psikologis komunikan,
artinya seorang komunikator perlu memahami kondisi psikologis orang yang diajak
bicara. Diharapkan komunikator dapat memilih saat yang paling tepat untuk
menyampaikan suatu pesan kepada komunikan.
· Komunikator harus bersikap supel, ramah dan tegas.
b. Sudut Komunikan :
· Komunikan yang cakap akan mudah menerima dan
mencerna materi yang diberikan oleh komunikator.
· Komunikan yang mempunyai pengetahuan yang luas akan
cepat menrima informasi yang diberikan komunikator.
· Komunikan harus bersikap ramah, supel dan pandai
bergaul agar tercipta proses komunikasi yang lancar.
· Komunikan harus memahami dengan siapa ia berbicara.
· Komunikan bersikap bersahabat dengan komunikator.
c. Sudut Pesan :
· Pesan komunikasi interpersonal perlu dirancang dan
disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat menumbuhkan perhatian komunikan.
· Lambang-lambang yang dipergunakan harus
benar-benar dapat dipahami oleh kedua belah pihak, yaitu komunikator dan
komunikan.
· Pesan-pesan tersebut disampaikan secara jelas dan
sesuai dengan kondisi maupun situasi setempat.
· Tidak menimbulkan multi interprestasi atau penafsiran
yang berlainan.
· Sediakan informasi yang praktis, berguna, dan
membantu komunikan melakukan tindakan yang diinginkan.
· Berikan fakta, buka kesan dengan cara menyampaikan
kalimat konkret, detail, dan spesifik disertai bukti untuk mendukung opini.
· Tawarkan rekomendasi dengan cara mengemukakan
langkah-langkah yang disarankan untuk membantu komunikan menyelesaikan masalah
yang dihadapi.
3.
SEJARAH PERKEMBANGAN PSIKOLOGI SEBELUM DAN SETELAH MENJADI ILMU J
A.
Perkembangan Psikologi Sebelum Menjadi Ilmu
Pendekatan dan orientasi
filsafat masa Yunani yang terarah pada eksplorasi alam, empirical observations,
ditandai dengan kemajuan di bidang astronomi dan matematika, meletakkan dasar
ciri natural science pada psikologi, yaitu objective, experimentation and
observation, the real activity of living organism. Pertanyaan utama yang selalu
berulang:
Why do we behave as we do?
Why are we able to generate reasonable
explanation of some actions but not of others?
Why do we have moods?
Why do we have moods?
Why do we seem to know what we know?
Efforts to find ‘the cause’.
Comte: causal
explanation adalah indikator untuk perkembangan tahap intelektual bagi
peradaban manusia.
Masa Pra Yunani Kuno :
tahap intelektual masih primitive, yaitu theological/animism : atribusi ‘the
cause’ pada dewa-dewa atau spiritual power. Contoh : Mesir
Manusia adalah pihak yang
lemah. Perilaku ditentukan oleh kekuatan para spirit, maka tugas utama manusia
adalah menjaga hubungan baik dengan mereka dengan cara menjunjung tinggi
otoritas para spirit.
Sejak zaman filsuf-filsuf
besar seperti Socrates (469-399 SM) telah berkembang filsafat mental yang
membahas secara jelas persoalan “jiwaraga”.
Kejayaan masa Yunani
ditandai oleh pemikiran dari tiga filsuf besar: Socrates, Plato, Aristoteles;
walau masih dipengaruhi pemikiran-pemikiran masa sebelumnya (masa Yunani Kuno)
·
Masa Abad Pertengahan
Masa abad pertengahan
yang dimaksud adalah menurut pembabakan di bawah ini:
a) Akhir Hellenistic
Pendekatan natural
science dari Aristoteles disebarkan oleh muridnya, Alexander the Great melalui
ekspansi militer sampai ke daerah Timur. Bersamaan dengan itu mulai juga masuk
pandangan belahan dunia Timur ke Barat, terutama Persia, India, dan Mesir.
Dengan runtuhnya kekuasaan Alexander the Great, pengaruh timur ini semakin
kuat, ditandai dengan menguatnya pandangan spiritualitas menggantikan
naturalisme.
b) Masa Romawi
Konteks sosial :
· Pemerintahan kekaisaran
romawi yang mendunia dengan tertib administrasi kependudukan yang kuat serta
jaminan akan ketentraman sosial.
· Pemikiran tentang manusia
dan alam menjadi lebih pragmatis, spesifik dan spesialis. Bangsa Romawi lebih
tertarik pada ilmu pengetahuan yang teknikal dan aplikatif, seluruhnya
diarahkan untuk memperkuat dominasi kekaisaran Romawi.
· Ide-ide dan pemikiran
tentang manusia berkembang subur, bahkan juga ide-ide ketuhanan
Pengaruh bagi perkembangan pemikiran tentang
manusia:
· Filsafat yang berkembang
memiliki konteks yang lebih terbatas dan spesifik, serta tampak dalam bentuk
yang nyata, misalnya ritual religi masyarakat Romawi.
· Fokus yang dibicarakan:
ü dikotomi aktif-pasif,
apakah jiwa (yang menggambarkan manusia) adalah unsur yang aktif dan mandiri
terhadap lingkungan ataukah unsur yang pasif dan hanya bisa memberi reaksi.
ü dikotomi passion – reason
ü manusia dipandang sebagai
makhluk yang kehidupannya didorong oleh usaha untuk mencari cara ‘menguasai’
keinginan fisik melalui penolakan dunia materiil dan mencari kebenaran dalam
alam dan Tuhan (Neoplatonism)
· Pengaruh pada pemikiran
tentang. nilai moral.
· Pemikiran pada masa
Romawi memberi jalan bagi berkembangnya kekristenan.
c) Pengaruh Kristen
Konteks sosial :
· masa penyebaran agama
Kristen dengan tokoh Yesus sebagai perwujudan "manusia sempurna"
beserta perilakunya yang harus jadi teladan.
· paham Tritunggal yang
mengandaikan x=3x
· gereja dan para ulamanya
berperan penting dalam masyarakat
· peran gereja menjadi
dominan dalam perkembangan intelektualitas di masyarakat, banyak cendekiawan
berlatar belakang ulama.
· secara gradual, gereja
menjadi penentu nilai di masyarakat dan berhak melakukan sensor atas tulisan
atau ide yang muncul. Gereja juga adalah penyelenggara pendidikan moral. Peran
gereja dirasakan kurang memuaskan dan tidak dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat, maka muncul universitas-universitas di Eropa yang menawarkan
kebebasan berpikir secara lebih luas. Terjadi pertentangan antara gereja dan
masyarakat.
Pengaruh pada pandangan mengenai manusia :
· Manusia bukan hanya
physical being, tetapi juga spiritual entity. Aspek spiritual tidak diatur oleh
hukum alam. Jiwa manusia (soul) ada pada dunia yang tidak nyata (intangible),
tidak dapat dibuktikan dengan mata, dan eksistensinya hanya dapat dibuktikan
lewat percaya (iman).
· Menempatkan ide Plato
dalam konteks kekristenan
· Usaha untuk menjelaskan
hubungan antara body and soul sebagai suatu dualisme, bukan sst yang harus
dipertentangkan, body dan soul masing-masing memiliki fungsi tersendiri.
Beberapa Tokoh abad Ini:
1) St. Agustinus
· Filsuf pertama pada masa
Kekristenan.
· Tuhan adalah kebenaran
yang menciptakan manusia, bumi dan surga. Jiwa manusia adalah image dari
Tuhan.
· Pentingnya eksplorasi
spiritualitas sebagai usaha manusia untuk mendekatkan diri pada Tuhan. Faktor
materiil tidak penting, rationalitas juga tidak terlalu dapat dipercaya. Maka
pandangannya betul-betul merupakan kebalikan dari pandangan natural science
yang empiris dan objektif. Hanya melalui transendensi manusia dapat sedekat
mungkin dengan Tuhan dan berarti juga sedekat mungkin dengan kebenaran.
· Sumbangan bagi psikologi
: metode introspective. Teknik utama manusia untuk melakukan
transendensi.
Dalam psikologi modern
teknik ini digunakan oleh beberapa aliran besar seperti strukturalisme (teknik
utama untuk menggali jiwa manusia), gestalt, dan psikoanalisa.
2) Thomas Aquinas
· Mentransformasikan
pandangan Aristoteles ke dalam konsep-konsep kekristenan. Apa yang dikenal
sebagai reason oleh Aristoteles diterjemahkan sebagai soul oleh Aquinas. Maka
soul adalah sesuatu yang vital bagi manusia, tujuan utamanya adalah memahami
dunia, hal yang tidak dapat dilakukan oleh fisik manusia semata.
· Namun demikian, banyak
act dari soul yang membutuhkan tubuh fisik manusia sebagai kekuatan yang dapat
mewujudkannya.
· Sumbangan bagi
science/psikologi modern: Pengubahan mutlak dari Aristoteles’ natural science
dan Pengembangan dualisme
Sepanjang masa ini,
perdebatan mengenai manusia bergeser dari topik kehidupan yang luas, hubungan
antara manusia dengan lingkungannya /alam, ke arah pemahaman tentang kehidupan
secara lebih spesifik, yaitu hubungan antara aspek-aspek di dalam diri manusia
itu sendiri. Menunjukkan semakin mendalamnya perhatian dan concern awal
mengenai manusia itu sendiri. Meskipun demikian, pengaruh kuat gereja
menyebabkan pemikiran tentang manusia tidak bebas, dan otoritas ketuhanan tetap
dijunjung sebagai otoritas tertinggi
·
Masa Renaissans
Konteks sosial dan intelektual
Masa ini merupakan
merupakan reaksi terhadap masa sebelumnya, dimana pengetahuan bersifat
doktrinal di bawah pengaruh gereja dan lebih didasarkan pada iman. Reaksi ini
sedemikian kuat sehingga dapat dikatakan peran nalar menggantikan peran iman,
ilmu pengetahuan menggantikan tempat agama dan iman di masyarakat. Semangat
pencerahan semakin tampak nyata dalam perkembangan science dan filsafat melalui
menguatnya peran nalar (reason) dalam segala bidang, dikenal sebagai the
age of reason. Akal budi manusia dinilai sangat tinggi dan digunakan
untuk membentuk pengetahuan.
Masa Rennaissance
ditandai dengan bergesernya fokus pemahaman dari God-centeredness menjadi human-centerednes,
dikenal dengan istilah sekularisasi atau humanity. Tulisan-tulisan filsuf
terkenal seperti Plato, Aristoteles dan lain-lain dikaji untuk melihat
bagaimana pola pikir penulisnya dan konteks histories waktu tulisan itu dibuat.
Maka yang dicari adalah human truth dan bukan God
truth. Kesimpulan akhirnya adalah penerimaan bahwa kebenaran memiliki lebih
dari satu perspektif.
B.
Perkembangan Psikologi Sesudah Menjadi Ilmu
·
Pada akhir abad ke-19 terjadilah babak baru
dalam sejarah Psikologi. Pada tahun 1879, Wilhem Wundt (Jerman, 1832-1920) mendirikan
laboratorium Psikologi pertama di Leipzig yang menandai titik awal Psikologi
sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri. Sebagai tokoh Psikologi Eksperimental,
Wundt memperkenalkan metode Introspeksi yang digunakan dalam
eksperimen-eksperimennya. Ia dikenal sebagai tokoh penganut Strukturalisme karena ia mengemukakan suatu teori
yang menguraikan struktur dari jiwa. Wundt percaya bahwa jiwa terdiri dari
elemen-elemen (Elementisme) dan ada mekanisme terpenting dalam jiwa yang
menghubungkan elemen-elemen kejiwaan satu sama lainnya sehingga membentuk suatu
struktur kejiwaan yang utuh yang disebut asosiasi. Oleh karena itu, Wundt juga
dianggap sebagai tokoh Asosianisme.
·
Edward Bradford Titchener (1867-1927) mencoba
menyebarluaskan ajaran-ajaran Wundt ke Amerika. Akan tetapi, orang Amerika yang
terkenal praktis dan pragmatis kurang suka pada teori Wundt yang dianggap
terlalu abstrak dan kurang
dapat diterapkan secara langsung dalam kenyataan. Mereka kemudian membentuk
aliran sendiri yang disebutFungsionalisme dengan tokoh-tokohnya antara lain:
William James (1842-1910) dan James Mc Keen Cattel (1866-1944). Aliran ini
lebih mengutamakan fungsi-fungsi jiwa dari pada mempelajari strukturnya.
Ditemukannya teknik evaluasi psikologi (sekarang psikotest) oleh Cattel
merupakan bukti betapa pragmatisnya orang-orang Amerika.
·
Meskipun sudah menekankan pragmatisme, namun
aliran Fungsionalisme masih dianggap terlalu abstrak bagi segolongan sarjana
Amerika. Mereka menghendaki agar Psikologi hanya mempelajari hal-hal yang
benar-benar objektif saja. Mereka hanya mau mengakui tingkah laku yang nyata
(dapat dilihat dan diukur) sebagai objek Psikologi (Behaviorisme).
Pelopornya adalah John Broades Watson (1878-1958) yang kemudian dikembangkan
oleh Edward Chase Tolman (1886-1959) dan B.F. Skinner (1904).
·
Selain di Amerika, di Jerman sendiri ajaran
Wundt mulai mendapat kritik dan koreksi-koreksi. Salah satunya dari Oswald
Kulpe (1862-1915), salah seorang muridnya yang kurang puas dengan ajaran Wundt
dan kemudian mendirikan alirannya sendiri di Wurzburg. Aliran Wurzburg menolak
anggapan Wundt bahwa berpikir itu selalu berupa image(bayangan dalam alam
pikiran). Kulpe berpendapat, pada tingkat berpikir yang lebih tinggi apa yang
dipikirkan itu tidak lagi berupa image,
tapi ada pikiran yang tak terbayangkan (imageless thought).
·
Di Eropa muncul juga reaksi terhadap Wundt dari
aliran Gestalt. Aliran Gestalt menolak ajaran elementisme Wundt
dan berpendapat bahwa gejala kejiwaan (khususnya persepsi, yang banyak diteliti
aliran ini) haruslah dilihat sebagai suatu keseluruhan yang utuh (suatugestalt)
yang tidak terpecah dalam bagian-bagian. Diantara tokohnya adalah Max
Wertheimer (1880-1943), Kurt Koffka (1886-1941), Wolfgang Kohler (1887-1967)
.Di Leipzig, pada tahun 1924 Krueger memperkenalkan istilah Ganzheit (berasal dari kata da Ganze yang berarti keseluruhan). Meskipun
istilah Ganzheit masih dianggap sama dengan istilah Gestalt dan aliran ini
sering tidak dianggap sebagai aliran tersendiri, namun menurut tokohnya,
Krueger, Ganzheit tidak sama dengan Gestalt dan merupakan perkembangan dari
psikologi Gestalt. Ia berpendapat bahwa psikologi Gestalt terlalu
menitikberatkan kepada masalah persepsi objek, padahal yang terpenting adalah
penghayatan secara menyeluruh terhadap ruang dan waktu, bukan persepsi saja
atau totalitas objek-objek saja.
·
Perkembangan lebih lanjut dari psikologi Gestalt
adalah munculnya “Teori Medan (Field Theory)” dari Kurt Lewin
(1890-1947). Mulanya Lewin tertarik pada faham Gestalt, tetapi kemudian ia
mengeritiknya karena dianggap tidak adekuat. Namun demikian, berkat Lerwin,
sebagai perkembangan lebih lanjut di Amerika Serikat lahir aliran “Psikologi
Kognitif” yang merupakan perpaduan antara aliran Behaviorisme yang tahun
1940-an sudah ada di Amerika dengan aliran Gestalt yang dibawa oleh Lewin.
Aliran psikologi Kognitif sangat menitikberatkan proses-proses sentral (seperti
sikap, ide, dan harapan) dalam mewujudkan tingkah laku. Secara khusus, hal-hal
yang terjadi dalam alam kesadaran (kognisi) dipelajari oleh aliran ini sehingga
besar pengaruhnya terutama dalam mempelajari hubungan antar manusia (Psikologi
Sosial). Diantara tokohnya adalah F. Heider dan L. Fertinger.
·
Akhirnya, lahirnya aliran Psikoanalisa yang
besar pengaruhnya dalam perkembangan psikologi hingga sekarang, perlu mendapat
perhatian khusus. Meskipun peranan beberapa dokter ahli jiwa (psikiater),
seperti Jean Martin Charcot (1825-1893) dan Pierre Janet 1859-1947) tidak
kurang pentingnya dalam menumbuhkan aliran ini, namun Sigmund Freud-lah
(1856-1939) yang dianggap sebagai tokoh utama yang melahirkan Psikoanalisa.
Karena Psikoanalisa tidak hanya berusaha menjelaskan segala sesuatu yang tampak
dari luar saja, tetapi secara khusus berusaha menerangkan apa yang terjadi di
dalam atau di bawah kesadaran manusia, maka Psikoanalisa dikenal juga sebagai
“Psikologi Dalam (Depth Pshology)”.
4.
MANUSIA BERDASARKAN PERSPEKTIF PSIKOANALISIS,
BEHAVIORSME, KOGNITIF DAN HUMANISTIK J
A. Aliran
Psikoanalisa.
a) Pengertian Psikoanalisa
Psikoanalisa ditemukan di
Wina, Austria, oleh Sigmund Freud. Psikoanalisis merupakan salah satu aliran di
dalam disiplin ilmu psikologi yang memilik beberapa definisi dan sebutan,
Adakalanya psikoanalisis didefinisikan sebagai metode penelitian, sebagai
teknik penyembuhan dan juga sebagai pengetahuan psikologi.
Psikoanalisa menurut definisi
modern yaitu (1) Psikoanalisis adalah pengetahuan psikologi yang menekankan
pada dinamika, faktor-faktor psikis yang menentukan perilaku manusia, serta
pentingnya pengalaman masa kanak-kanak dalam membentuk kepribadian masa dewasa,
(2) Psikoanalisa adalah teknik yang khusus menyelidiki aktivitas ketidaksadaran
(bawah sadar), (3) Psikoanalisa adalah metode interpretasi dan penyembuhan
gangguan mental.
Psikoanalisa dalam pengertian
lain (Hjelle & Ziegler, 1992):
ü Teori mengenai kepribadian & psikopatologi
ü Metode terapi untuk gangguan kepribadian teknik
untuk menyelidiki pikiran & perasaan individu yang tidak disadari
Psikoanalisa memiliki
sebutan-sebutan lain yaitu (1) Psikologi dalam, karena menurut Freud penyebab
neurosis adalah gangguan jiwa yang tidak dapat disadari, pengaruhnya lebih
besar dari apa yang terdapat dalam kesadaran dan untuk menyelidikinya,
diperlukan upaya lebih dalam, (2) Psikodinamika, karena Psikoanalisis memandang
individu sebagai sistem dinamik yang tunduk pada hukum-hukum dinamika, dapat
berubah dan dapat saling bertukar energi.
b) Konsep Manusia Dalam
Psikoanalisa
Menurut Sigmund Freud,
perilaku manusia itu ditentukan oleh kekuatan irrasional yang tidak disadari
dari dorongan biologis dan dorongan naluri psikoseksual tertentu pada masa enam
tahun pertama dalam kehidupannya. Pandangan ini menunjukkan bahwa aliran teori
Freud tentang sifat manusia pada dasarnya adalah deterministik. Namun demikian
menurut Gerald Corey yang mengutip perkataan Kovel, bahwa dengan tertumpu pada
dialektika antara sadar dan tidak sadar, determinisme yang telah dinyatakan
pada aliran Freud luluh. Lebih jauh Kovel menyatakan bahwa jalan pikiran itu
adalah ditentukan, tetapi tidak linier. Ajaran psikoanalisis menyatakan bahwa
perilaku seseorang itu lebih rumit dari pada apa yang dibayangkan pada orang
tersebut.
Di sini, Freud memberikan
indikasi bahwa tantangan terbesar yang dihadapi manusia adalah bagaimana
mengendalikan dorongan agresif itu. Bagi Sigmund Freud, rasa resah dan cemas
seseorang itu ada hubungannya dengan kenyataan bahwa mereka tahu umat manusia
itu akan punah. Dan struktur kepribadian Dalam teori psikoanalitik, struktur
kepribadian manusia itu terdiri dari id, ego dan superego.
1. Id adalah komponen kepribadian
yang berisi impuls agresif dan libinal, dimana sistem kerjanya dengan prinsip
kesenangan “pleasure principle”.
2. Egoadalah bagian kepribadian yang
bertugas sebagai pelaksana, dimana sistem kerjanya pada dunia luar untuk
menilai realita dan berhubungan dengan dunia dalam untuk mengatur
dorongan-dorongan id agar tidak melanggar nilai-nilaisuperego.
3. Superego adalah bagian moral
dari kepribadian manusia, karena ia merupakan filter dari sensor baik- buruk,
salah- benar, boleh- tidak sesuatu yang dilakukan oleh dorongan ego.
B. Aliran
Behavioristik
a) Pengertian aliran
Behavioristik
Terapi perilaku [behavior
therapy] dan pengubahan perilaku [behavior modification] atau pendekatan
behavioristik dalam psikoterapi, adalah salah satu dari beberapa “revolusi”
dalam dunia pengetahuan psikologi, khususnya psikoterapi. Pendekatan behavioristik
yang dewasa ini banyak depergunakan dalam rangka melakukan kegiatan psikoterapi
dalam arti luas atau konseling dalam arti sempitnya, bersumber pada aliran
behaviorisme. Aliran ini pada mulanya tumbuh subur di Amerika dengan tokohnya
yang terkenal ekstrim, yakni John Broadus Watson, suatu aliran yang menitik
beratkan peranan lingkungan, peranan dunia luar sebagai factor penting di mana
seseorang dipengaruhi, seseorang belajar. Pada abad ke-17, dunia pengetahuan
Filsafat ditandai oleh dua kubu besar yakni kubu “empiricism” [physical
science] dan kubu “naturalism” [biological science]. Pada akhir abad yang lalu,
mempengaruhi lahirnya aliran behaviorisme dengan pendekatan-pendekatannya yang
kemudian menjadi terkenal dengan terapi perilaku [behavior therapy] dan
perubahan perilaku [behavior modification].
b) Konsep Manusia Dalam
Behavioristik
Para ahli psikologi
behavioristik memandang manusia tidak pada dasarnya baik atau jahat.Para ahli
yang melakukan pendekatan behavioristik,memandang manusia sebagai pemberi respons(responder),sebagai
hasil dari proses kondisioning yang telah terjadi.
Dustin & George(1977),yang dikutip oleh
George & Cristiani(1981),mengemikakan pandangan behavioristik terhadap
konsep manusia,yakni:
1. Manusia
di pandang sebagai individu yang pada hakikatnya bukan individu yang baik atau
yang jahat,tetapi sebagai individu yang selalu berada dalam keadaan sedang
mengalami,yang memiliki kemampuan untuk menjadi sesuatu pada semua jenis
perilaku.
2. Manusia
mampu mengkonseptualisasikan dan mengontrol perilakunya sendiri.
3. Manusia
mampu memperoleh perilaku yang baru.
4. Manusia bisa
mempengaruhi perilaku orang lain sama halnya dengan perilakunya yang bisa
dipengaruhi orang lain.
ü Ivey,et al(1987) mengemukakan bahwa pernah para pendukung
pendekatan behavioristik merumuskan manusia sebagai manusia yang mekanistik dan
deterministik,dimana manusia dianggap bisa dibentuk sepenuhnya oleh lingkungan
dan sedikit memiliki kesempatan untuk memilih.Namun pendekatan behavioristik
yang baru,menitikberatkan meningkatnya kebebasan dan pilihan melalui pemahaman
terhadap dasar-dasar perilaku seseorang.
ü Corey(1991),mengemukakan bahwa pada terapi
perilaku,perilaku adalah hasil dari belajar.Kita semua adalah hasil dari
lingkungan sekaligus adalah pencipta lingkungan.tidak ada dasar yang berlaku
umum bisa menjelaskan semua perilaku.karena setiap perilaku ada kaitanya dengan
sumber yang ada di lingkungan yang menyebabkan terjadinya sesuatu perilaku
tersebut.
ü Albert Bandura(1974,1977,1986) yang terkenal sebagai
tokoh teori sosial-belajar,menolak suatu konsep bahwa manusia adalah pribadi
yang mekanistik dengan model perilakunya yang deterministik. Pengubahan (modifikasi)
perilaku bertujuan untuk meningkatkan kemampuan seseorang agar jumlah respon
akan lebih banyak.
C.
Aliran Kognitif
Psikologi kognitif aliran psikologi yang melihat manusia sebagai
makhluk yang aktif mengorganisasikan dan mengolah stimuli yang diterimanya
(homo sapiens). Dimana psikologi kognitif juga menempatkan manusia sebagai
makhluk yang bereaksi secara aktif terhadap lingkungannya dengan cara berfikir.
Manusia berusaha memahami lingkungan yang di hadapinya dan merespons
dengan pikiran yang di milikinya. Psikologi kognitif juga mempelajari
bagaimana arus informasi yang di tangkap oleh indra di proses dalam jiwa
seseorang sebelum di endapkan dalam kesadaran atau di wujudkan dalam bentuk
tingkah laku. Reaksi terhadap rangsangan tidak selalu keluar berupa
tingkah laku nyata, akan tetapi juga bisa mengendap berupa ingatan, atau di proses
menjadi gejolak perasaan, seperti rasa gelisah, atau kecewa dan lain
sebagainya, atau bisa juga di proses menjadi sikap, seperti suka dan tidak
suka.[5] Karenanya dalam pandangan psikologi
ini, manusia layaknya sebuah komputer, dimana ia menangkap informasi,
mengelolah, menyimpan, atau mengeluarkannya dalam bentuk perilaku.[6]
Di mana konsepsi manusia
sebagai pengelolah informasi (the person as information processor )
adalah perilaku manusia yang di pandang sebagai produk strategi pengolahan
informasi yang rasional yang mengarah pada penyediaan, penyimpanan dan
pemanggilan informasi yang di gunakannya untuk memecahkan persoalan. Dalam
konsep ini manusia menjadi orang yang sadar dalam memecahkan persoalan. Karena
itu manusia menurut teori kognitif di sebut sebagaimana di atas yakni
“homo sapiens” yaitu manusia yang berpikir.
Walaupun manusia tidaklah
serasional sebagaimana di jelaskan di atas, karena kadang kala penilaian orang
di dasarkan pada informasi yang tidak lengkap dan kurang rasional, karena
manusia menggunakan prinsip – priinsip umum dalam mengambil keputusan. Walaupun
psikologi kognitif sering di kritik karena konsep – konsepnya yang sulit di
uji, namun psikologi kognitif telah berusaha memasukkan kembali “ jiwa manusia”
yang sudah di cabut behaviorisme, yang kontradiktif dengan psikoanalisis yang
memandang bahwa manusia sangat di pengaruhi oleh insting dan dorongan nafsu
rendah.dan menolak konsepsi ketidaksadaran dan kesadaran yang menjadi inti dari
psikoanalisis, namun lebih memandang aspek stimuli lingkungan yang bisa
membentuk prilaku manusia.
D.
Aliran Humanistik
Psikologi
humanistik, menggambarkan manusia
sebagai pelaku aktif dalam merumuskan strategi transak-sional dalam
lingkunganya (homo ludens). Selain itu juga di pandang sebagai eksistensi yang
positif juga menentukan. Yang di anggap sebagai makhluk yang unik dan memiliki
cinta , kreatifitas, nilai dan makna serta pertumbuhan pribadi. Yang
merupakan pusat perhatian teori humanisme, adalah pada makna kehidupan yang
mana dalam psikologi humanistik di sebut homo laudens,yakni manusia
yang mengerti makna kehidupan. Yang dalam teorinya di sebutkkan bahwa setiap
manusia hidup dalam pengalaman yang bersifat pribadi (unik), dan kehidupanya
berpusat pada pada dirinya itu. Yang mana prilaku manusia bukan di kendalikan
oleh keinginan bawah sadarnya (seperti teori psikoanalisa) bukan pula tunduk
pada lingkungannya (seperti teori behaviorisme), tetapi berpusat pada konsep
diri, yaitu pandangan atau persepsi orang terhadap dirinya yang bisa berubah
dan fleksibel sesuai dengan pengalamannya dengan orang lain. Yang mana
dalam psikologi humanistik memandang positif manusia. Sebagaimana menurut teori
ini, manusia selalu berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas
dirinya. Manusia juga cenderung ingin selalu mengaktualisasikan dirinya
dalam kehidupan yang bermakna. Setiap individu bereaksi terhadap situasi yang
di hadapinya (stimuli) sesuai dengan konsep diri yang di milikinya, dan
dunia di mana ia hidup. Kecenderungan batiniah manusia selalu menuju kepada
kesehatan dan kebutuhan diri. Jadi dalam keadaan normalmanusia cenderung
berfikir dan berperilaku rasional dan membangun (konstruktif). Ia juga
cenderung memilih jalan ( pekerjaan, karier, atas jalan hidup ) yang mendukung
pengembangan dan aktualisasi dirinya.
5.
FAKTOR
PERSONAL DAN SITUASIONAL J
A. Faktor Personal
Faktor personal terdiri dari faktor biologis dan faktor sosiopsikologis. Faktor biologis menekankan pada pengaruh struktur biologis
terhadap perilaku manusia. Pengaruh biologis ini dapat berupa instink atau
motif biologis. Perilaku yang dipengaruhi instink disebut juga species
characteristic behavior misalnya agresivitas, merawat anak dan lain-lain.
Sedangkan yang bisa dikelompokkan dalam motif biologis adalah kebutuhan makan,
minum dan lain-lainnya.
Faktor personal lainnya adalah faktor sosiopsikologis. Menurut
pendekatan ini proses sosial seseorang akan membentuk beberapa karakter yang
akhirnya mempengaruhi perilakunya. Karakter ini terdiri dari tiga komponen
yaitu komponen afektif, kognitf dan komponen konatif.
Komponen afektif merupakan aspek emosional dari faktor sosiopsikologis.
Dalam komponen ini tercakup motif sosiogenesis, sikap dan emosi.
Komponen kognitif berkaitan dengan aspek intelektual yaitu apa yang diketahui
manusia. Komponen kognitif terdiri dari faktor sosiopsikologis adalah
kepercayaan, yaitu suatu keyakinan benar atau salah terhadap sesuatu atas dasar
pengalaman intuisi atau sugesti otoritas. Komponen konatif
berkaitan dengan aspek kebiasaan dan kemauan bertindak. Kebiasaan adalah aspek
perilaku manusia yang relatif.
B. Faktor Situsional
Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku
manusia adalah faktor situasional. Menurut pendekatan ini, perilaku manusia
dipengaruhi oleh lingkungan/situasi. Faktor-faktor situasional ini berupa :
1. Definisi Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah
komunikasi yang dilakukan melalui media massa. Yang termasuk dalam komunikasi
massa antara lain adalah: koran, film, radio, televisi dan sebagainya
Keduanya melihat komunikasi massa sebagai proses.
Joseph mendefinisikan komunikasi massa sebagai suatu proses di mana suatu
organisasi yang kompleks dengan bantuan satu atau lebih mesin memproduksi dan
mengirimkan pesan kepada khalayak yang besar, heterogen, dan tersebar.
Rakhmat mendefinisikan komunikasi massa sebagai jenis komunikasi yang
ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim, melalui
media cetak atau elektronis. sehingga pesan yang sama dapat diterima secara
serentak dan sesaat.
DeFleur dan Dennis melihat
komunikasi massa sebagai proses. Menurut mereka, terdapat lima tahap yang
membentuk proses komunikasi massa, yaitu sebagai berikut.
1. Pesan komunikasi difromulasikan oleh
komunikator-komunikator profesional.
2. Pesan komunikasi dikirimkan melalui
cara yang relatif cepat dan berkelanjutan melalui pengguna media.
3. Pesan tersebut mencapai khalayak
yang besar dan beragam yang memilih media dengan cara selektif.
4. Para anggota khalayak secara
individual menafsirkan pesan tersebutdengan cara sedemikian rupa sehingga
mereka memahami makna yang kurang lebih sejajar dengan yang dimaksudkan
komunikator.
5.
Sebagai hasil dari pengalaman memberi makna ini, para anggota khalayak
dipengaruhi dalam cara tertentu atau dengan kata lain, komunikasi tersebut memberi
pengaruh tersebut.
Ciri-ciri Komunikasi Massa
1. Menggunakan media masa dengan
organisasi (lembaga media) yang jelas.
2. Komunikator memiliki keahlian
tertentu
3. Pesan searah dan umum, serta melalui
proses produksi dan terencana
4. Khalayak yang dituju heterogen dan
anonim
5. Kegiatan media masa teratur dan
berkesinambungan
6. Ada pengaruh yang dikehendaki
7. Dalam konteks sosial terjadi saling
memengaruhi antara media dan kondisi masyarakat serta sebaliknya.
8. Hubungan antara komunikator
(biasanya media massa) dan komunikan (pemirsanya) tidak bersifat pribadi.
2.
Pengaruh Komunikasi Massa Terhadap Individu
Tiga teori pengaruh komunikasi massa.
·
Stimulus-Respon (S-R)
Prinsip stimulus respon pada dasarnya merupakan suatu prinsip belajar
yang sederhana, dimana efek merupakan suatu reaksi terhadap stimuli tertentu.
Dengan demikian seseorang mengharapkan atau memperkirakan suatu kaitan erat
anatara pesan-pesan media dan reaksi audience. Elemen-elemen utama dari teori
ini adalah:
1.
Pesan (stimulus)
2.
Penerima/ receiver
3.
Efek (respon)
Pada tahun 1970, Melvin DeFleur
melakukan modifikasi terhadap teori stimulus respon dengan teorinya yang
dikenal sebagai perbedaan individu dalam komunikasi massa. Disini diasumsikan
bahwa pesan-pesan media berisi stimulus tertentu yang berinteraksi secara
berbeda dengan karakteristik pribadi dari anggota khalayak.
·
Two Step Flow dan pengaruh
antar pribadi
Teori
ini berawal dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Paul Lazarsfeld mengenai efek media massa dalam suatu kampanye
pemilihan presiden Amerika Serikat pada tahun 1940. Teori dan
penelitian-penelitian two step flow memiliki asumsi sebagai berikut:
1.
Individu tidak terisolasi dari
kehidupan social, tetapi merupakan anggota dari kelompok-kelompok social dalam
berinteraksi dengan orang lain.
2.
Respon dan reaksi terhadap
pesan dari media tidak akan terjadi secara langsung dan segera, tetapi melalui
perantara dan dipengaruhi oleh hubungan-hubungan social tersebut.
3.
Ada dua proses yang
berlangsung;
1.
Mengenai penerimaan dan
perhatian
2.
Berkaitan dengan respon dalam
bentuk persetujuan atau penolakan terhadap upaya mempengaruhi atau penyampaian
informasi.
4.
Informasi tidak bersikap sama
terhadap pesan/kampanye media, melainkan memiliki berbagai pesan yang berbeda
dalam proses komunikasi.
·
Divusi Inovasi
Everet M. Rogers dan Floyd G. Shoemaker
(1973) merumuskan teori ini dengan memberikan asumsi bahwa sedikitnya ada empat
tahap dalam suatu proses difusi inovasi yaitu:
1.
Pengetahuan. Kesadaran individu
akan adanya inovasi dan adanya pemahaman tertentu tentang bagaimana inovasi
tersebut berfungsi.
2.
Persuasi. Individu memiliki
bentuk sifat yang menyetujui atau tidak menyetujui inovasi tersebut.
3.
Keputusan. Individu terlibat
dalam aktivitas yang membawa pada suatu pilihan atau mengadopsi atau menolak
inovasi.
4.
Konfirmasi. Individu akan
mencari pendapat yang mengutamakan keputusan yang telah diambilnya, namun dia
dapat berubah dari keputusan sebelumnya mengenai inovasi yang diterimanya
berlawanan satu arah dengan yang lain.
3. Komponen Komunikasi Massa
Everett M. Rogers bahwa dalam kegiatan komunikasi ada empat
elemen yang harus diperhatikan, yaitusource,
message, channel dan receiver. Kemudian komponen tersebut
dibagi lagi menjadi lima bagian oleh Wilburr Schramm, yaitu Source, Encoder, Signal, Decoder, Destination. Komponen-komponen
tersebut merupakan suatu syarat yang harus ada dalam suatu proses komunikasi,
baik pada komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok maupun komunikasi
massa.
a) Komunikator
Jeremy Tunshallmendefinisikan komunikator sebagai petugas
nonadministratif (nonclerical)
di dalam organisasi-organisasi komunikasi, orang-orang yang bekerja dalam
memilih, menyusun dan merencanakan program-program, cerita-cerita dan
pesan-peasan lainnya untuk akhirnya disebarkan kepada khalayak. Definisi
tersebut menunjukkan komunikator meliputi para jurnalis, para petugas
perusahaan periklanan, produser siaran siaran radio dan televisi, serta para
penyunting. Melihat uraian tadi komunikasi massa pada umumnya adalah suatu
organisasi yang kompleks, yang dalam operasionalnya membutuhkan biaya yang
sangat besar .
Ditinjau
dari komponen komunikator, maka terdapat dua faktor yang sangat menentukan
yaitu :
·
Source Credibility
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kepercayaan yang besar akan meningkatkan daya perubahan sikap, sedangkan
kepercayaan yang rendah akan menyebabkan berkurangnya daya perubahan yang
diharapkan.
·
Source Attractiveness
Seorang komunikator harus mempunyai
kemampuan untuk mengubah sikap komunikan melalui mekanisme daya tarik, artinya
komunikan merasa bahwa komunikator terlibat atau turut serta dengan
mereka.
b) Pesan
Pesan komunikasi massa bersifat
umum, maka pesan harus diketahui oleh setiap orang. Severin dan Tankard(1992) bahwa komunikasi massa
adalah sebagian ketrampilan (skill),
seni (art) dan ilmu (science). Tanpa dimensi seni menata
pesan, tidak mungkin media surat kabar, majalah, radio siaran, televise dan
film dapat memikat perhatian khalayak, yang pada akhirnya pesan tersebut dapat
mengubah sikap, pandangan, dan perilaku komunikan.
c) Media
Media massa yang memiliki ciri khas,
mempunyai kemampuan untuk memikat perhatian khalayak secara serempak
(simultaneous) dan serentak (instantaneous).
Jenis-jenis media yang digolongkan dalam media massa adalah pers, radio siaran,
televisi dan film.
a)
Pers
Pers memiliki ciri yang khas dibandingkan media massa lainnya. Khalayak
yang diterpanya bersifat aktif. Pesan melalui media pers diungkapkan dengan
kata-kata, yang baru menimbulkan makna apabila khalayak menggunakan tatanan
mentalnya (mental set) secara aktif. Selain itu diperlukan suatu tatanan bahasa
yang khas yang disebut bahasa pers.
b)
Radio Siaran
Media radio siaran termasuk media elektronik yang sifatnya sebagai
pendengar media audio (didengar). Kelebihan media siaran radio yaitu pesan yang
dibawakan oleh komunikator dapat ditata menjadi suatu kisah yang dihiasi dengan
musik sebagai ilustrasi (backsound)
dan efek suara (sound effect)
sebagai unsur dramatisasi.
c)
Televisi
Televisi mempunyai kelebihan dari media massa lainnya yaitu bersifat audio
visual (didengar dan dilihat), dapat menggambarkan kenyataan dan langsung dapat
menyajikan peristiwa yang sedang terjadi.
d. Film
Yang dimaksud dengan media film
disini adalah film yang dipertunjukkan di gedung-gedugn bioskop. Film dan
prosesnya mempunyai fungsi dan sifat mekanik atau nonelektronik, rekreatif,
edukatif, persuasive atau noninformatif.
d) Khalayak
Khalayak yang dituju oleh komunikasi
massa adalah massa atau sejumlah besar khalayak. Karena banyaknya jumlah
khalayak serta sifatnya yang anonim dan heterogen, maka sangat penting bagi
media untuk memperhatikan khalayak.
e) Filter dan Regulator Komunikasi
Massa
Khalayak yang heterogen ini akan
menerima pesan melalui media sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi,
pendidikan, agama, usia, budaya dan sebagainya. Oleh karena itu, pesan itu akan
difilter oleh khalayak yang menerimanya
Filter utama yang dimiliki oleh
khalayak adalah indra yang dipengaruhi oleh tiga kondisi, yaitu :
1. Budaya
Pesan yang disampaikan oleh
komunikator melalui media massa akan diberi arti yang berbeda-beda sesuai
dengan latar belakang budaya khalayak.
2. Psikologikal
Pesan yang disampaikan media akan
diberi arti sesuai dengan frame of
reference dan field of
experience khalayak.
3. Fisikal
Kondisi fisik seseorang baik
internal maupun eksternal akan mempengaruhi khalayak dalam mempersepsi pesan
media massa.
·
Kondisi fisik Internal, keadaan kesehatan seseorang
·
Kondisi fisik Eksternal, keadaan lingkungan di sekitar komunikan ketika
menerima pesan dari media massa.
Regulator adalah lembaga atau
individu yang mewakili lembaga berwenang yang memberi perhatian atau tekanan
berlebih terhadap poin-poin/kasus-kasus tertentu serta mengurangi perhatian
pada hal-hal lain.
f) Gatekeeper
Istilah Gatekeeper pertama kali
digunakan oleh Kurt Lewinpada
bukunya Human Relation.
Istilah ini mengacu pada proses: (1) suatu pesan berjalan melalui berbagai
pintu, selain juga pada (2) orang atau kelompok yang memungkinkan pesan lewat.
Gatekeepers dapat berupa seseorang atau satu kelompok yang dilalui suatu pesan
dalam perjalanannya dari sumber kepada penerima.
Fungsi utama gatekeeper adalah
menyaring pesan yang diterima seseorang. Gatekeeper membatasi pesan yang
diterima komunikan. Editor surat kabar, majalah, penerbitan juga dapat disebut
gatekeepers. Seorang gatekeepers dapat memilih, mengubah, bahkan menolak pesan
yang disampaikan kepada penerima.
Keputusan Gatekeepers mengenai
informasi yang harus dipilih atau ditolak dipengaruhi oleh beberapa variabel.
Bittner (1985) dalam bukunya Human Communication mengidentifikasikan
variabel-variabel tersebut sebagai berikut :
1.
Ekonomi, kebanyakan media massa mencari keuntungan dari memasang iklan,
sponsor dan kontributor yang dapat mempengaruhi seleksi berita dan editorial.
2.
Pembatasan Ilegal, semacam hokum atau peraturan baik yang bersifat local
maupun nasional yang dapat mempengaruhi seleksi dan penyajian berita.
3.
Batas Waktu, deadline dapat
mempengaruhi apa yang akan disiarkan.
4.
Etika Pribadi dan Profesionalisme dari seorang gatekeepers.
5.
Kompetisi, diantara media juga berpengaruh terhadap sebuah berita.
6.
Nilai Berita, Intensitas sebuah berita dibandingkan dengan berita lainnya
yang tersedia dalam ruang berita, jumlah ruang dan waktu yang diperlukan untuk
menyajikan berita harus diseimbangkan.
7. Reaksi Terhadap Feedback Tertunda,,
menulis feedback dalam bentuk surat.
9 komentar:
haloo Lathifa, saya juga Mahasiswi Ilmu Komuikasi ULM Banjarmasin. *salambungkuk*
berguna dan sangat bermanfaat,
luar biasa karyanya.
terimakasih
artikel anda sangat membantu
sangat bermanfaat
http://http%3A%2F%2Fblog.binadarma.ac.id%2Fherisuroyo%2F.wordpress.com
sangat bermanfaat
http://http%3A%2F%2Fblog.binadarma.ac.id%2Fkurniawan.wordpress.com
sangat bermanfaat
my blog
my campus
damayanti ydama073@gmail.com blog.binadarma.ac.id/ay_ranius/
Mau tanya itu refresi bukunya apa ya? mampir ke CATATAN KULIAH KU ya.... salam kenal.... :)
ilmu yang berupaya mendeskripsikan, menguraikan, menerka dan meramalkan peristiwa mental (proses berpikir) dalam perilaku komunikasi? Tel U
Posting Komentar