BAB
I: PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
SMK Negeri
12 Surabaya merupakan penggabungan 2 sekolah yaitu SMK Negeri 9 (SMKI) dan SMK
Negeri 11 (SMSR) Surabaya sejak tanggal 12-12-2012. SMK Negeri 9 merupakan
sekolah Pertunjukan yang dibuka pada tahun 1987. Dengan Jurusan: Karawitan,
Pedalangan, Seni Tari, Seni Musik, dan Seni teater. Sedang SMK Negeri 11 (SMSR)
dibuka pada tahun 1989 merupakan sekolah bidang SENI RUPA dan Teknologi dengan
Jurusan: Seni Lukis, Animasi, Desain Komunikasi Visual, Multimedia, Produk dan
Desain Kria kayu, Kria Logam, Kria Tekstil, Kria Kulit, Interior dan
Lanscaping, dan Teknik Mesin. Pada awalnya sekolah ini memang menjadi satu.
Pada awal
berdiri SMSR terdapat dua jurusan, yaitu Seni Lukis dan Grafis Komunikasi.Tahun
1995 SMSR Surabaya berubah menjadi SMK Negeri 11 Surabaya dengan jurusan Seni
Rupa, Kria Kayu, Kria Tekstil, dan Kria Logam.
Seiring
Program Reengineering SMK pada tahun 2002, lahir jurusan baru yaitu Multimedia,
Teknik Pemesinan, Desain Grafis dan Animasi. Dengan adanya spektrum SMK, maka
penamaan dan jumlah jurusan berubah menjadi 10 kompetensi keahliannya yaitu:
Seni Lukis, Desain dan Produksi Kria Kayu, Desain dan Produksi Kria Tekstil,
Desain dan Produksi Kria Logam, Multimedia, Teknik Pemesinan, Desain Komunikasi
Visual, Animasi, Desain dan Produk Kria Kulit, dan Desain Interior dan
Landscaping.
Saat ini SMK Negeri 12 Surabaya
menyandang RSBI dan menerapkan ISO 9001-2008 dan 14001-2004 yang siap memasuki
pasar bebas dan industri kreatif serta untuk meningkatkan kualitas tamatan
telah melaksanakan program sister school dengan sekolah dan praktek di luar
negeri.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana pola sosiologi komunikasi antar
siswa yang terjadi di SMK Negeri 12 Surabaya ?
2. Kendala-kendala apa saja dihadapi oleh siswa dalam
melakukan menerapkan sosiologi di SMK Negeri 12 Surabaya ?
C. Tujuan
Penelitian
1. Untuk
mengetahui pola sosiologi
komunikasi antar siswa di SMK Negeri 12 Surabaya.
2. Untuk
mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh siswa dalam melakukan
menerapkan sosiologi di SMK Negeri 12 Surabaya.
3. Untuk
mencari solusi dari kendala-kendala
yang dihadapi oleh siswa dalam melakukan
menerapkan sosiologi di SMK Negeri 12 Surabaya.
D. Manfaat
Penelitian
Penelitian ini tentu diharapkan
dapat bermanfaat:
1. Bagi
Siswa, agar lebih memahami karakter orang lain yang sedang berkomunikasi
melalui interaksi sosial.
2. Bagi
Guru, agar dapat memahami karakter siswa/i dalam bersosialisasi di sekolah.
3. Bagi
Peneliti, agar lebih mengetahui pola sosiologi yang diterapkan di dunia luar.
E. Definisi
Konsep
Sosiologi
komunikasi adalah kekhususan sosiologi dalam mempelajari interaksi sosial yaitu suatu hubungan atau komunikasi yang menimbulkan proses
saling pengaruh-memengaruhi antara para individu, individu dengan kelompok
maupun antarkelompok.
F. Sistematika
Pembahasan
Laporan
penelitian ini dibagi atas beberapa bagian. Bagian pertama adalah pendahuluan.
Pada bagian ini diuraikan latar belakang penelitian, permasalahan-permasalahan
yang tercakup pada penelitian, tujuan penelitian, manfaat yang dapat diambil
dari penelitian, serta definisi konsep. Dan dibagian akhir diuraikan
sistematikan penyajian laporan penelitian.
Bagian kedua berisi tinjauan pustaka. Pada bagian ini
dipaparkan teori-teori serta pustaka yang dipakai pada waktu penelitian.
Teori-teori ini diambil dari buku literatur dan dari internet. Teori yang
dibahas meliputi teori tentang sosiologi komunikasi beserta ruang lingkupnya,
pola-pola pendekatan sosiologi komunikasi, dsb.
Bagian ketiga memaparkan langkah-langkah yang digunakan untuk
membahas permasalahan dalam penelitian. Pada bagian ini dijelaskan bagaimana
penelitian yang dilakukan, menggunakan pendekatan apa, siapa subjek dan apa
objek penelitiannya. Bagian ini diberi judul Metode Penelitian.
Bagian keempat menjelaskan tentang analisis data. Pada bagian
ini berisi deskripsi tentang data-data penelitian dan juga analisis hasil
penelitian.
Dibagian akhir (bagian ke lima) akan dituliskan simpulan dari
hasil penelitian serta saran bagi pihak lain yang akan melanjutkan penelitian
ini.
BAB
II: TINJAUAN PUSTAKA
A.
Sosiologi Komunikasi
a. Pengertian
Sosiologi Komunikasi
Sosiologi pada
hakikatnya bukanlah semata-mata ilmu murni (pure science)yang hanya
mengembangkan ilmu pengetahuan secara abstrak demi usaha peningkatan kualitas
ilmu itu sendiri, namun sosiologi bisa juga menjadi ilmu terapan (applied
science) yang menyajikan cara-cara untuk mempergunakan pengetahuan ilmiyahnya
guna memecahkan masalah praktis atau masalah sosial yang perlu ditanggulangi. [1]
seorang sosiolog yang bekerja ditataran praksis, ia tidak sekedar meneliti
masalah sosial untuk membangun proposisi dan mengembangkan teori, tetapi
sosiologi bukanlah seperangkat doktrin yang kaku dan selalu menekan apa yang
seharusnya terjadi, melainkan ia adalah semacam ilmu yang selalu mencoba
“menelanjangi” realitas, yaitu mengunkap fakta-fakta tersembunyi dibalik realitass
yang tampak.[2]
Beberapa ciri sosiolog yang inheren adalah pengauannya yang rendah hati
terhadap realitas dan sifatnya yang subversif. Sosiologi selalu tidak percaya
pada apa yang tampak sekilas dan selalu mencoba menguak serta membongkar apa
yang tersembunyi dibalik realitas nyata, karena sosiologi berkeyakinan bahwa
“dunia bukanlah sebagaimana nampaknya, tetapi dunia yang sebenarnya baru bisa
dipahami jika dikaji secara mendalam dan diinterpretasikan.”[3]
Subjek kajian
sosiologi paling sulit dimengerti dan diramalkan karena perilaku manusia
meruakan persilangan antara individualitas dan sosialitas, yaitu keduanya
saling mengisi dan meresapi. Sosiologi mempelajari perilaku sosial manusia
dengan meneliti kelompok yang dibangunnya. Kelompok tersebut mencakup:
keluarga, suku bangsa, komunitas dan pemerintahan, dan berbagai organisasi
sosial, agama, politik, bisnis, dan organisasi lainnya. Sosiolog mempelajari
perilaku dan interaksi kelompok, menelusuri asal-usul pertumbunhannya, serta
menganalisis pengaruh kegiatan kelompok terhadap anggotanya, yaitu: masyarakat,
komunitas, keluarga, perubahan gaya hidup, struktur, mobilitas sosial, gender,
interaksi sosial, perubahan sosial, perlawanan sosial, konflik, intergrasi
sosial, dan lain sebagainya.[4]
Sosiologi mempelajari tingkah laku manusia sebagai anggota masyarakatbukan
sebagai individu yang terlepas dari kehidupan masyarakat. Fokus bahasan
sosiologi adalah interaksi mausia, yaitu pada pengaruh imbal balik diantara dua
orang atau lebih dalam perasaan, sikap, dan tindakan. Sosiologi tidak begitu
menitikberatkan pada apa yang terjadi di dalam diri manusia melainkan pada apa
yang berlangsung diantara manusia.[5]
Selo Soemardjan dan Soeleman Soemarsi mendefinisikan sosiologi adalah ilmu yang
memperlajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan
sosial. Struktur sosial adalah keseluruhan jarinagn antara unsur-unsur sosial
yang pokok, yaitu kaidah-kaidah sosial, lembaga-lembaga sosial,
kelompok-kelompok sosial, serta lapisan-lapisan sosial. Sedangkan proses sosial
adalah pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama. [6]
Pada intinya
dapat dikatakan bahwa sosiologi bukan hanya suatu kumpulan subdisiplin segala
bidang kehidupan, melainkan merupakan suatu studi tentang masyarakat. Walaupun
sebagian objek sosiologi sama dengan pengetahuan lainnya tetapi sosiologi
memandang kehidupan bernasyarakat dengan cara sendiri.
b. Ruang
Lingkup Sosiologi Komunikasi
Ruang lingkup
sosiologi lebih luas daripada ilmu-ilmu pengetahuan sosial lainnya, karena
sosiologi mencakup semua interaksi antara individu-individu dan
kelompok-kelompok dalam kehidupan masyarakat.[7]
Ruang lingkup kajian sosiologi tersebut dirincikan menjadi beberapa hal,
sebagai berikut:[8]
1. Ekonomi
beserta kegiatan usahanya secara prinsipil yang berhubungan dengan produksi,
distribusi, dan penggunaan sumber-sumber kekayaan alam
2. Masalah
manajemen yaitu pihak-pihak yang membuat kajian berkaitan dengan apa yang
dialami warganya
3. Persoalan
sejarah yaitu berhubungan dengan catatan kronologis, misalnya usaha kegiatan
manusia beserta prestasinya yang tercatat
Sosiologi
menggabungkan data dari berbagai ilmu pengetahuan sebagai dasar penelitiannya.
Sosiologi dapat juga dihubungkan dengan kejadian-kejadian sejarah sepanjang
kejadian tersebut memberikan keterangan beserta uraiannya beserta proses
kelangsungan hidup kelompok-kelompok atau, atas ketahanan-ketahanan yang umum
pada beberapa peristiwa dalam perjalanan sejarah dari kelompok-kelompok
manusia. Sejarah sosiologi adalah bidang-bidang studi yang dikhususkan untuk
memanfaatkn metode-metode dan teknik-teknik ilmu pengetahuan kesejarahan,
meskipun demikian persoalan pokoknya adalah denganmemperhatikan fakta serta
nilai bagi para mahasiswa dari berbagai bidang ilmu dan pengetahuan.
Sosiologi
mempertimbangkan keseluruhan lingkungan dan kebiasaan manusia sepanjang
kenyataan-kenyataan mempengaruhi pengalaman-pengalaman yang ditanggung manusia
dan proses-proses dari kehidupan kelompoknya. Sepanjang kelompok itu hidup,
dengan jelas sedikit banyak akan membedakan bentuk-bentuk, cara-cara, standar,
mekanisme, masalah-masalah dan perkembangan sifat-sifat kelompok tersebut.
Semua fakta ini mempengaruhi hubungan-hubungan diantara manusia-manusia dan
menyusun pengaruh besar bagi analisasi sosiologi.[9]
Menurut Burhan
Bungin, sosiologi komunikasi terdiri dari lima konsep sekaligus menjadi ruang
lingkup sosiologi komunikasi, ke-lima konsep tersebut yakni; sosiologi,
masyarakat, teknlogi telematika, komunikasi, dan sosiologi komunikasi.[10]
1. Sosiologi
Kata sosiologi
berasala dari kata sofie, yaitu
bercocok tanam atau bertaman, kemudian berkembang menjadi socius dalam bahasa Latin yang berarti teman, kawan. Berkembang
lagi menjadi kata sosial yang artinya
berteman, bersama, berserikat. Kata sosial maksudnya adalah hal-hal mengenai
berbagai kejadian dalam masyarakat yaitu persekutuan manusia, dan selanjutnya
dengan pengertian itu untuk dapat berusaha mendatangkan perbaikan dalam
kehidupan bersama. Menurut Pitirin Sorokin sosiologi adalah ilmu yang mempelajari:
-
Hubungan dan pengaruh timbal balik
antara aneka macam gejala-gejala sosial (misalnya, antara gejala ekonomi dan
agama, keluarga dengan moral, hukum dengan ekonomi, gerak politik dengan
masyarakat, dan lain sebagainya).
-
Hubungan dengan pengaruh timbal balik
antara gejala sosial dengan gejala nonsosial (misalnya, gejala geografis,
gejala biologis, dan lain sebagainya).
-
Ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala
sosial
Roucek dan Warren mengemukakan bahwa sosiologi
adalah ilmu yang mempelajari hubungan antar manusia dalam kelompok. Selo
Soemardjan dan Soeleman Soemardi mengatakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan
proses-proses sosial, termsuk perubahan-perubahan sosial. Struktur sosial
adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok, yaitu
kaidah-kaidah sosial atau norma-norma sosial, lembaga-lembaga sosial,
kelompok-kelompok, serta lapisan-lapisan sosial. Proses sosial adalah pengaruh
timbal balik antara segi kehidupan hukum dan segi kehidupan agama, antara segi
kehodupan hukum dan segi kehidupan ekonomi, dan lain sebgainya. Salah satu
proses sosial yang bersifat tersendiri ialah dalam hal terjadi
perubahan-perubahan didalam struktur sosial. Pembentukan struktur sosial
sendiri tidak terlepas dari adanya aktivitas interaksi sosial. Interaksi sosial
adalah suatu hubungan dimana terjadi proses saling pengaruh-mempengaruhi antara
para individu, antara individu sengan lkelompok, maupun antar kelompok.
2. Masyarakat
Masyarakat
adalah objek sosiologi, beberapa pengertian dibuat oleh Ralph Linton bahwa
masyarakat merupakan sekelompok manusia yang telah hidup dan beekerja sama
cukup lama, sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri
mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan
jelas. Selo Soemardjan menyatakan masyarakat adalah orang-orang yang hidup
bersama, yang menghasilkan kebudayaan.
Pengertian
manusia yang hidup bersama dalam ilmu sosial tidak mutlak jumlahnya, bisa saja
dua orang atau lebih. Manusia tersebut hidup dalam waktu yang relatif lama, dan
akhirnya melahirkan manusia-manusia baru yang saling berhubungan satu dengan
yang lainnya. Hubungan antar manusia itu, kemudian melahirkan keinginan,
kepentingan, perasaan, kesan, penilaiaan dan lain sebagainya. Keseluruhan itu
kemudian mewujudkan adanya sistem komunikasi dan peraturan-peraturan yang
mengatur hubungan antara manusia dengan masyarakat tersebut. Dalam sistem hidup
tersebut, maka, muncullah budaya yang mengingkat antara satu manusia dengan
manusia lainnya.
Dari dua
definisi yang telah dipaparkan di atas jelaslah bahwa masyarakat itu terdiri
dari kumpulan orang-orang yang hidup berdampingan (hidup bersama) dalam satu
wilayah dan terkait oleh aturan-aturan atau norma-norma sosial yang mereka
tentukan dan taati.
3. Teknologi
telematika
Istilah
teknologi telematika (telekomunikasi, media, dan informatika) bermula dari
istilah teknlogi informasi (Information
Technology atau IT). Istilah ini mulai populer diakhir dekade 70-an. Pada
masa sebelumnya, teknologi komputer atau pengelohan data elektronik atau PDE (Electronic Data Processing atau EDP).
Istilah
telematika lebih ke arah penyebutan kelompok teknologi yang disebutkan secara
bersama-sama, namun sebenarnya yang dimaksudkan adalah teknologi informasi yang
digunakan di media massa serta teknologi elekomunikasi yang umumnya digunakan
dalam bidang komunikasi lainnya.
Istilah
teknologi sering kali rancu dengan istlah sistem informasi itu sendiri dan
kadang menjadi bahan perdebatan. Ada yang menggunakan istilah teknologi
informasi untuk menjabarkan sekumpulan sistem informasi, pemakai, dan
manajemen. Pendapat ini menggambarkan teknologi dalam erspektif yang luas.
Namun menurut Alter teknologi informassi hanyalah bagian dari sistem
komunikasi.
Menurut kamus
Oxford (1995), teknologi informasi adalah studi atau penggunaan peralatan
elektronika, terutama komputer untuk menyimpan, menganalisis, dan
mendistribusikan informasi apa saja temasuk kata-kata, bilangan, dan gambar.
Menurut Alter (1992), teknologi informasi mencakup perangkat keras dan
perangkat lunak untuk melaksanakan satu atau sejumlah tugas pemrosesan data
seperti menangkap, mentransmisikan, menyimpan, mengambil, mamanipulasi atau
menampilkan data. Martin (1999) mendefinisikan teknologi informasi tidak hanya
terbatas pada teknologi komputer (perangkat keras dan perangkat lunak) yang
digunkan untuk memproses dan menyimpan informasi, melainkan juga mencakup
teknologi komunikasi untuk mengirim informasi. Secara lebih umum, Lucas (2000)
menyatakan bahwa teknologi informasi adalah segala bentuk teknologi yang
diterapkan untuk memproses dan mengirimkan informasi dalam bentuk elektronis.
Mikrokomputer, komputer mainframe, pembaca
barcode, perangkat lunak pemroses
transaksi perangkar lunak lembar kerja (spreadsheet),
dan peralatan komunikasi dan jaringan merupakan contoh teknologi informasi.
Secara garis
besar, teknologi informasi dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yakni
perangkat lunak (software) dan
perangkat keras (hardware). Perangkat
keras menyangkut pada peralatan-peralatan yang bersifat fisik, seperti memori,
printer, dan keyboard. Adapun perangkat lunak terkait dengan
instruksi-instruksi untuk megatur perangkat keras agar bekerja sesuai dengan
tujuan instruksi-instruksi yang diinginkan.
Secara sederhana
Stephen F. Steele dalam Anne Arundel Community Collage and The Society for
applied Sociology menyatakan bahwa sosiologi komunikasi adalah studi yang
mempelajari perilaku kolektif akibat bermedia. Selanjutnya Liliwery sendiri
memahami sosiologi komunikasi dalam dua bagian yakni level makro dan level
mikro. Dalam arti luas (makro), Liliwery berpendapat bahwa sosiologi komunikasi
merupakan cabang dari sosiologi yang mempelajari atau menerangkan mengenai
prinsip-prinsip keilmuan (ilmu sosial, sosiologi) tentang bagaimana proses
komunikasi manusia dalam konteks komunikasi massa dari suatu masyarakat. Jadi
kesimpulannya bahwa ssiologi komunikasi adalah cabang dari sosiologi yang
mempelajari bagaimana proses pertukaran pesan atau informasi yang terjadi dalam
konteks masyarakat.
4. Komunikasi
Theodornoson
memberi batasan lingkup komunikasi berupa penyebaran informasi, ide-ide, sikap,
atau emosi dari seeorang atau kelompok kepada yang lain melalui simbol-simbol.
Garbner mangatakan komunikasi dapat didefinisikan sebagai aksi sosial melalui
pesan-pesan.
Onong Uchyana
mengatakan komunikasi sebagai proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses
penyampaian pemikiran atau perasaan oleh seseoang (komunikator) kepada orang
lain (komunikan). Pikiran tersebut bisa merupakan gagasan, informasi, opini,
dan lain-lain yang muncul dari benak komunikator. Perasaan tersebut bisa berupa
keyakinan, kepastian, karaguan, kekhawatiran, kemaraham, keberanian,
kagairahan, dan lain sebagainya yang timbul dari lubuk hati.
Harold Lasswell
dalam bukunya The Sructure and Function of Communication in Society memiliki
pandangan yang menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan berikut:
“Who Says What in Which Channel to Whom wirh What Effect?”bila diterjemahkan
memiliki arti: “Siapa Mengatakan apa dengan Saluran Apa kepada Siapa dan dengan
Efek apa?”
Kata Who dalam
konteks komunikasi merujuk kepada seorang pemberi pesan. Pemberi pesan ini
biasanya dikenal dengan sebutuan sumber informasi, komunikator, atau pengirim
pesan. Says What merujuk pada apa yang dikatakan. Dalam hal ini pesan atau isi
dari percakapan. Pesan ini kita kenal terbagi menjadi dua, yakni pesan verbal
(melalui kata-kata atau tulisan) dan pesan non-verbal (melalui simbol-simbol
tertentu atau isyarat tertentu). In Which channel mengarah pada alat atau saluran atau pun
media yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Manusia dapat menggunakan bermacam-macam saluran dalam berkomunikasi.
Media yang paling praktis dan semua orang menggunakannya saat berkomunikasi
adalah panca indera. Selain panca indera, kita juga mengenal saluran komunikasi
menggunakan alat bentu seperti telephone, telegram, dan surat. Ada juga saluran
komunikasi yang dipakai dalam komunikasi bermedia yakni media massa, baik itu
media cetak ataupun media elektronik. To Whom ditujukan untuk penerima pesan
(komunikan). With what effect merujuk pada pengaruh yang ditimbulkan dari
proses komunikasi. Pengaruh ini dapat meliputi aspek pengetahuan, keterampilan,
dan sikap lawan bicara.
Jadi,
berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada lima unsur komunikasi
yang terdiri dari: komunikator, komunikan, pesan, media, dan efek yang timbul.
5. Sosiologi
komunikasi
Menurut Soerjono
Soekanto sosiologi komunikasi merupakan kekhususan sosiologi dalam mempelajari
interaksi sosial yaitu suatu hubungan atau komunikasi yang menimbulkan proses
saling pengaruh-mempengaruhi antara para individu, individu dengan kelompok,
kelompok dengan kelompok. Menurut Soekanto sosiologi komunikasi juga ada
kaitannya dengan public speaking,
yaitu bagaimana seseorang berbicara kepada publik. Secara komprehensif
sosiologi komunikasi mempelajari tentang interaksi sosial dengan segala aspek
yang berhubungan dengan interaksi tersebut seperti bagaimana berkomunikasi itu
dilakukan dengan menggunakan media, bagaimana efek media sebagai akibat dari
interaksi tersebut, sampai dengan bagaimana perubahan-perubahan sosial di
masyarakat yang didorong oleh efek media berkembang serta konsekuensi sosial
macam apa yang ditanggung masyarakat sebagai akibat dari perubahan yang
didorong oleh media massa tersebut.
c. Pola-pola
Pendekatan Sosiologi Komunikasi
Dalam
teori-teori sosiologi ada tiga pendekatan utama, yakni:
1. Pendekatan
struktural-fungsional
Pendekatan ini
merupakan interdisiplin ilmu antara pendekatan strukturalisme dan
fungsionalisme. Pendekatan strukturalisme akan mengkaji struktur kehidupan
masyarakat dengan mengabaikan fungsi dari setiap struktur tersebut. Pendekatan
ini hanya melihat masyarakat sebagai sebuah komponen yang memiliki struktur
pembangunan di dalamnya. Sedangkan fungsionalisme lebih cenderung kepada kajian
bahwa setiap komponen dalam masyarakat memiliki fungsi dan peran di dalam
masyarakat. kajian inimengutamakan fungsi tersebut dan lebih mengabdikan
struktur, bahwa setiap komponen harus berfungsi selayaknya, jika tidak maka
akan terjadi kepincangan dalam kehidupan sosial.
Maka kombinasi antara strukturalisme dan
fungsionalisme ini memandang bahwa msyarakat tidak hanya sebagai satu kesatuan
struktur atau fungsi saja, tetapi cenderung untuk mengkaji masyarakat baik dari
strukturnya maupun fungsinya dan hubungan diantara keduanya. Pendekatan
struktural dan fungsional terkenal pada akhir 1930-an, dan mengandung pandangan
mikroskopis terhadap masyarakat. walaupun pendekatan ini bersumber dari
sosiolog-sosiolog Eropa seperti Max Webber, Emile Durkheim, Vill Predo Hareto,
dan beberapa antropolog sosial Inggris, namun yang pertama mengemukakan rumusan
sistematis mengenai teori in adalah Halcot Parsons dari Harvard University dan
dikembangkan oleh para mahasiswanya. Pendekatan ini didasarkan pada dua asumsi,
yakni:
-
Bahwa masyarakat terbentuk atas berbagai
sub-struktur yag dalam fungsi-fungsi mereka saling tergantung satu sama lain,
sehingga perubahan-perubahan yang terjadi dalam fungsi satu sub-struktur dengan
sendirinya akan tercermin pada perubahan-perubahan yang terjadi dalam
struktur-struktur lainnya pula. Karena itu, tugas analisis sosiologi adalah
menyelidiki mengapa suatu hal berpengaruh kepada hal lainnya, dan sampai sejauh
mana pengaruh tersebut berdampak.
-
Bahwa setiap struktur berfungsi sebagai
penopang aktivitas-aktivitas atau substruktur-substruktur lainnya dalam suatu
sistem sosial. Contohnya adalah keluarga, perkonomian,politik, agama,
pendidikan, daln lain sebagainya.
2. Pendekatan
konflik
Pendekatan
konflik atau pendekatan Marxien merupaka pendekatan alternatif paling menonjol
saat ini terhadap pendekatan struktural-fungsional sosial makro. Karl Max
adalah tokoh yang mencetuskan gerakan sosialis internasional. Meskipun sebagian
besar asumsinya yang dalam pengertian modern diakui sebagai teori sosiologis. [11]
Namun para engikut Marx menggunakan pedoman-pedoman sosiologis dan ideologi
Marx secara sangat eksplit, sedangkan praktek ideologis hanya secara implisit
terdapat dalam tulisan-tulisan para penganut pendekatan struktural-fungsional.
Sosiologi Karl Marx berdasarkan dua asumsi pokok, yaitu: ia memandang kegiatan
ekonomi sebagai faktor penentu utama semua kegiatan masyarakat dan juga ia
mlihat masyarakat terutama dari sudut konflik di sepanjang sejarah, menurutnya
motif-motif ekonomi dalam masyarakat mendominasi semua struktur lainnya,
seperti agama, keluarga, hukum, seni, sastra, sains, dan moralitas. Karena ia
menganggap cara produksi di sepanjang sejarah manusia secara sedemikian rupa,
sehingga sampai-sampai ia berpandangan sumber daya ekonomi dikuasai oelh
segelintir orang tertentu, sementara golongan masyarakat lainnya ditakdirkan
untuk bekerja dan tetap bergantung pada kebaikan hati segelintir penguasa. Oleh
sebab itu Karl Marx membagi manusia dalam dua kelas sosial, yaitu: kelas
pemilik yang selalu mengekploitasi yang disebut dengan kaum borjuis, dan kelas buruh yang senantiasa tereksploitasi yang
dikenal dengan kaum proletar.
Pengeksploitasian
terus-menerus terhadap manusia mengaharuskan terjadinya revolusi. Maka dari itu
Marx mengajukan teori sosialismenya yakni suatu solusi final agar seluruh
sumber daya dapat dimiliki oleh semua orang, jadi tidak perlu ada revolusi
karena tidak akan ada lagi pengeksploitasian, kelaparan dan konflik.
3. Pendekatan
interaksionisme-simbolis[12]
Pendekatan ini
merupakan pendekatan interdisiplin, yakni sebuah pendekatan yang mengkaji
hubungan-hubungan yang terjadi di masyarakat. Kemudian pendekatan ini
digabungkan dengan pendekatan simbolisme dengan asumsi bahwa semua interaksi
dalam masyarakat akan terlihat jelas apabila dihubungkan dengan simbol-simbol
yang berlaku dalam msyarakat itu sendiri. Jadi pendekatn
interaksionisme-simbolis ini merupakan sebuah perspektif mikro dalam sosiologi
yang sangat spesikulatif pada tahapan analisisna, tetapi pendekatan ini
mengansung sedikit sekali perasangaka ideologisnya.
Pendekatan ini
bisa dicontohkan dengan kajian interaksi pada tingkat keluarga, yang kemudian
juga mengkaji bagaimana interaksi itu bisa berpengaruh kepada interaksi pada
tingkat yang lebih tinggi yakni interaksi masyarakat. maka interaksi di tingkat
keluarga ini akan sangat kental mempengaruhi dan mencoraki interaksi di tingkat
yang lebih tinggi.
B.
Komunikasi Antarpersonal sebagai Bagian dari
Sosiologi Komunikasi
Komunikasi
antar pribadi adalah suatu proses komunikasi antara pribadi ataupun antar
perorangan dan bersifat pribadi baik yang terjadi secara langsung (tanpa
medium) maupun tidak langsung (melalui medium). Kegiatan-kegiatan seperti percakapan tatap muka (face to
face communication), percakapan melalui telepon, surat menyurat pribadi,
merupakan contoh-contoh komunikasi antar pribadi.
Komunikasi sendiri adalah proses
penyesuaian yang terjadi hanya bila komunikator menggunakan sistem isyarat yang
sama. Dengan itu, bagaimana kita untuk selalu mampu menyesesuaikan agar
terciptanya kesamaan makna. Manusia selalu berkomunikasi dan berkomunikasi yang
paling sering dilakukan adalah komunikasi antar pribadi maka, komunikasi
sebagai perwujudan kesamaan akan makna perlu dipelajari sebagaimana salah satu
karakteristik dari komunikasi antar pribadi itu sendiri adalah komunikasi antar
pribadi sesuatu yang dipelajari. Karena semua orang pasti berkomunikasi namun,
tidak semua orang memiliki skill dalam berkomunikasi.
Teori-teori komunikasi antar pribadi
umunya memfokuskan pengamatannya pada bentuk-bentuk dan sifat hubungan (relationships),
percakapan (discourse), interaksi dan karakteristik komunikator.
teori-teori yang menjadi kajian pada pembahasan dalam makalah ini diharapkan
mampu memberikan pengetahuan serta wawasan yang lebih memberikan referensi
serta pengetahuan dalam berkomunikasi yang lebih baik dan lebih jauh lagi dalam
perkembangan positif.
Teori
Atraksi Antarpribadi (Interpersonal Attraction Theory)
Dalam komunikasi antar pribadi (interpersonal) komunikasi yang melibatkan dua orang atau lebih yang
secara fisik berdekatan dan yang menyampaikan serta menjawab pesan-pesan baik
secara verbal maupun non verbal. Dalam komunikasi antarpribadi biasanya
dikaitkan dengan pertemuan dua, tiga atau mungkin empat orang yang terjadi
secara spontan dan tidak berstruktur biasa di sebut dengan atraksi interpersonal .
a. Model Teori Antar pribadi
Menurut Schutz teori ini dikembangkan untuk mengklasifikasikan
kebutuhan antarpribadi bertitik-tolak dari landasan psikoanalitis. Kebutuhan
antarpibadi yang berbeda-beda. Perbedaan di antara orang-orang dapat ditemukan
pula pada kedua dimensi kebutuhan pribadi lainnya. Dalam berkomunikasi yang efektif
ditandai dengan adanya hubungan atraksi interpersonal yang baik. Setiap kali
melakukan komunikasi kita bukan hanya sekedar menyampaikan isi pesan, kita juga
membutuhkan kadar dalam hubungan interpersonal.
Perlahan-lahan
studi komunikasi interpersonal bergeser dari isi pesan apad spek
relasional. Ada yang menyebutkan fokus ini sebagai paradigm baru dalam
penelitian komunikasi. Para psikolog pun mulai menaruh minat yang besar pada
hubungan interpersonal seperti tampak pada tulisan Fordon W.Allport (1960),
Erich fromm (1962), Martin Buber (1975), Carl Rogers (1951). Semua mewakili
mazhab psikologi humanistic.
Belakangan Arnold P.Goldstein (1975) mengembangkan
apa yang di sebut sebagai “relationship-enchancement methods” (metode
peningkatan hubungan) dalam psikoterapi. Ia merumuskan metode ini dengan tiga
prinsip : makin baik hubungan interpersonal,
1.
Makin terbuka pasien mengungkapkan
perasaannya
2.
Makin cendrung ia meneliti persaannya
secara mendalam beserta penolongnya (psikolog)
3.
Makin cenderung ia mendengar dengan
penuh perhatian dan bertindak atas nasihat yang diberikan penolongnya.
Karena pentingnya hubungan interpersonal ini, kita
akan membicarakan beberapa teori tentang hubungan interpersonal. Teori-teori
ini memberikan perspektif untuk memandang proses hubungan interpersonal dan
memberikan penjelasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan
interpersonal. Selanjutnya kita akan membicarakan tahap-tahap hubungan
interpersonal dan tiga faktor dalam komunikasi interpersonal yang menumbuhkan
hubungan interpersonal yang baik : percaya (trust),
sikap suportif (supportiveness), dan
sikap terbuka (open-mindedness).
Pada teori ini, diasumsikan suatu proses kesukaan
terhadap orang lain dalam bentuk sifat, perilaku dan daya tarik seseorang.
Karena dengan rasa suka yang semakin tertarik terhadap sesorang maka, akan
besar kecenderungan kita pada orang tersebut untuk berusaha berkomunikasi
dengannya.
Hal-hal tersebut bisa timbul suatu ketertarikan atau
atraksi seseorang dengan adanya faktor-faktor baik yang bersifat personal
maupun situasional.
b. Faktor Personal
·
Kesamaan Karakteristik Personal
Seseorang akan
tertarik dengan lawan berkomunikasinya jika memiliki kesamaan dalam hal
nilai-nilai, sikap, keyakinan, tingkat atau status sosial ekonomi, agama,
ideologi, dan sebagiannya. Dengan kesamaan karakteristik personal tersebut
maka, kecenderungan yang besar untuk menyukai satu sama lain.
·
Tekanan Emosional (stres)
Kondisi serta
situasi yang membuat orang tersebut berada di bawah tekanan emosional, stres,
bingung, cemas dan lain-lain. Maka, akan menginginkan kehadiran sosok orang
lain yang diharapkan untuk membantunya, sehingga kecenderungan untuk
menyukai orang lain tersebu semakin besar.
·
Rendah Diri
Seseorang yang
memiliki sikap rendah diri akan lebih mudah cenderung untuk menyukai orang lain. Orang yang merasa
penampilan dirinya kurang menarik atau kurang percaya diri maka, akan mudah
menerima persahabatan dari orang lain.
·
Isolasi sosial
Manusia
merupakan mahluk sosial maka, kehidupannya tak luput dari saling membutuhkan
satu sama lain antar manusia. Tanpa kehadiran orang lain manusia tidak akan
mampu hidup dalam kurun waktu yang cukup lama. Hal ini menimbulkan pengaruh
pada dirinya, sebagaimana pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa tingkat
isolasi sosial yang sangat tinggi dan besar pengaruhnya terhadap ketertarikan
diri kita pada orang lain.
c.
Faktor-faktor situasional
·
Daya tarik fisik (physical
attractiveness)
Fisik seseorang menjadi salah satu daya tarik
seseorang terhadap orang lain, cantik dan tampan seseorang, postur tubuh,
rambut, panca indera dan sebagiannya. Dalam hal ini, disurvei kesejumlah orang
dan dibuktikan bahwa fisik merupakan penyebab utama adanya ketertarikan
seseorang dengan orang lain (atraksi interpersonal) Mereka yang berpenampilan cantik
dan menarik biasanya lebih mudah mendapat perhatian dan simpati orang.
·
Ganjaran (reward)
Seseorang senang dan menyukai akan apa yang baik-baik dan ganjaran yang
diterima pada dirinya dari orang lain akan timbul ketertarikan serta kedekatan
dengan oarng yang memberikan ganjaran pada kita. Ganjaran
biasanya berupa bantuan, dorongan moral, pujian atau hal-hal yang meningkatkan
harga diri kita.
·
Familiarity
Seseorang atau
hal-hal yang sering kita jumpai dan sudah kita kenal serta akrab dengan kita
biasanya lebih disukai dan timbulnya ketertarikan daripada hal-hal atau orang
yang masih asing bagi kita.
·
Kedekatan (proximity) atau
closeness.
Dekat dan akrab
adalah hal yang nyaman saat berkomunikasi maka, hubungan kita dengan orang lain
tergantung seberapa dekat kita dengan orang tersebut.
·
Kemampuan (competence)
Kecenderungan
bahwa seseorang lebih menyukai orang lain yang memiliki kemampuan lebih tinggi
atau lebih berhasil dalam kehidupannya daripada dirinya.
d. Teori Liking
Dalam Atraksi Antar Pribadi memiliki alasan-alasan
yang menjelaskan mengapa kita menyukai orang lain, hal ini dijelaskan dalam
empat teori, yaitu:
·
Reinforcement Theory
Teori ini menjelaskan bahwa seseorang menyukai dan
tidak menyukai orang lain adalah sebagai hasil belajar (learning). Dalam hal
ini ada tiga unsur learning, yaitu :
-
Asosiatif,
Belajar Asosiatif: menyenangi dan tidak menyenangi seseorang berdasarkan
pengalaman kita dan stimuli yang kita asosiasikan dengan hal itu. Kita menyukai
orang yang kita asosiasikan denga pengalaman yang menyenangkan.
-
Instrumental, Belajar Instrumental: Kita
menyuaki orang yang memberikan iimbalan (reward) pada kita dan tidak menyuaki
orang yang memberikan hukuman.
-
Sosial, Belajar Sosial: Kita
cenderung lebih menyukai orang-orang yang kita lihat disukai oleh orang lain
tau oleh lingkungan sosial dan sebaliknya.
·
Equity theory
Teori ini mengatakan bahwa individu selalu cenderung
menjaga keseimbangan antara apa yang mereka berikan dan apa yang mereka
dapatkan, atau antara cost dan reward. Jika kita berharap banyak dari suatu
hubungan maka, kita juga harus menyumbang banyak untuk hubungan tersebut.
·
Exchange theory
Menurut teori
ini, interaksi sosial adalah semacam transaksi dagang. Orang berhubungan deng
orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Semakin banyak keuntungan yang
diperoleh maka hubungan tersebut akan terus dilangsungkan.
·
Gain-loss theory
Kita lebih cenderung menyukai orang yang
menguntungkan kita daripada yang merugikan bagi kita.
e. Pengaruh
Atraksi Antarpribadi pada Komunikasi Antarpribadi
Daya tarik seseorang sangat penting bagi komunikasi interpersonal.
Jika kita menyukai seeorang maka kita cenderung melihat segala sesuatu dari
diri orang tersebut dengan positif sebaliknya jika kita tidak menyukai
seseorang maka kita akan meliaht segala sesuatu dari orang tersebut secara
negatif. Situasi tersebut sangat penting bagi terciptanya komunikasi
interpersonal yang efektif, sebab semakin positif sikap kita terhadap lawan
bicara kita maka, makin efektif pula kegiatan komunikasi yang kita lakukan
dengan orang tersebut. Adapun hal-hal yang menjadi pengaruh atraksi
antarpribadi pada komunikasi antarpribadi, yaitu:
· Penafsiran pesan dan penilaian
Sudah diketahui bahwa pendpat dan
penilaian kita tentang orang lain tidak semata-mata berdasarkan pertimbangan
rasioanl. Kita juga makhluk emosional. Karena itu, kita menyenangi seseorang,
kita juga cenderung melihat segala hal yang berkaitan dengan dia secara
positif. Sebaliknya, jika kita membencinya, kita cenderung melihat
karakteristiknya secara negatif. Atraksi tidak saja mempengaruhi keputusan kita
dalam bidang politik, tetapi juga menentukan pola komunikasi interpersonal.
· Efektivitas Komunikasi
Komunikasi interpersonal dinyatakan
efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi
komunikan. Sudah di buktikan oleh wolosin (1975) kita perluas pada situasi
komunikasi lainnya, kita dapat menyatak bahwa komunikasi akan lebih efektif
bila para komunikan saling menyukai. Yang dapat diperluas lagi pada periklanan,
pidato, komunikasi kelompok, penatara, lokakarya, seminar, wawancara, dan
kegiatan-kegiatan komunikasi lainnya.
Teori
Konflik Sosial
a.
Definisi Konflik
Konflik didefinisikan sebagai suatu
“perjuangan yang diekspresikan antara sekurang-kurangnya dua pihak yang saling
bergantung, yang mempersepsi tujuan-tujuan yang tidak sepadan, imbalan yang
langka, dan gangguan dari pihak lain dalam mencapai tujuan mereka” (Frost &
Wilmot, 1978). Dan konflik berasal dari kata confligere yang artinya “bersama” atau “bersaling-saling” dan fligere yang artinya “tubruk” atau
“bentur”.
Adapun konflik secara harfiah adalah perbenturan
antara dua pihak yang tengah berjumpa dan bersilang jalan pada suatu titik
kejadian, yang berujung pada terjadinya benturan. Sedangkan secara umum konflik
didefinisikan sebagai suatu peristiwa yang timbul karena adanya niat-niat
disengaja antara pihak-pihak yang berkonflik itu.
Menurut
Coser, konflik itu memiliki fungsi sosial. Konflik sebagai proses sosial dapat
merupakan mekanisme lewat mana kelompok-kelompok dan batas-batasnya dapat
terbentuk dan dipertahankan. Konflik juga mencegah suatu pembekuan sistem
sosial dengan mendesak adanya inovasi dan kreativitas (Garna, 1992: 67). Karena
konflik lebih banyak dilihat dari segi fungsi positifnya, maka Teori Konflik
yang dikembangkan Coser disebut pula Fungsionalisme Konflik Sosial.
Konflik
sering memperkuat dan mempertegas batas kelompok dan meningkatkan penggalangan
solidaritas internal kelompok.
Konflik
antarkelompok merupakan penghadapan antara in-group dan out-group.
Ketika konflik terjadi, masing-masing anggota dalam suatu kelompok akan meningkatkan
kesadaran sebagai sebuah kelompok (in-group) untuk berhadapan dengan
kelompok lain (out-group). Konflik dapat menetapkan dan menjaga garis
batas antara dua atau lebih kelompok. Konflik dengan kelompok lain dapat
memperkuat kembali identitas kelompok dan melindunginya agar tidak lebur ke
dalam dunia sosial lainnya. (Poloma, 1987: 108). Ketika ada ancaman dari luar,
maka kelompok tidak mungkin memberikan toleransi pada perselisihan internal.
b. Definisi Sosial
Sosial
bisa berarti kemasyarakatan. Sosial adalah keadaan dimana terdapat kehadiran
orang lain. Kehadiran itu bisa nyata kita dan kita rasakan namun juga bisa
hanya dalam bentuk imajinasi. Setiap kita bertemu orang meskipun hanya melihat
atau mendengarnya saja, itu termasuk situasi sosial.
c. Teori Konflik Sosial
Teori
Konflik telah diulas dan dikembangkan oleh para sosiolog. Mereka antara lain,
Karl Marx, Ralf Dahrendorf, George Simmel, dan Lewis Coser. Teori konflik sosial adalah Marxis berbasis teori sosial yang berargumen bahwa
individu-individu dan kelompok-kelompok (kelas sosial) dalam masyarakat mempunyai
pendapat yang berbeda dalam jumlah materi dan non-sumber daya materi (orang
kaya vs orang miskin) dan bahwa kelompok-kelompok yang lebih kuat menggunakan kekuatan dalam untuk untuk mengeksploitasi
kelompok-kelompok dengan daya yang lebih kecil.
Garis
besar teori Marx tentang konflik mencakup beberapa pokok bahasan :
§
Penyebab
konflik
Konflik terjadi dan
biasanya karena faktor ekonomi ( determinasi ekonomi ). Yang dimaksud dengan
Faktor ekonomi disini adalah penguasaan terhadap alat produksi.
§
Siapa
yang terlibat konflik
Konflik terjadi
antara dua kelas (Borjuis dan Proletar ). Konflik ini bersifat mendalam dan
sulit diselesaikan. Perbedaannya bukan dalam cara hidup melainkan perbedaan
dalam kesadaran kelas. Dalam teori Marx eksistensi sosial menentukan kesadaran
dan perbedaan kelas (kaya miskin) .Perbedaan ini mencakup dalam materi dan
psikologi. Perbedaan antara kelas borjuis dan kelas proletar tidak hany
terdapat pada cara hidup melainkan juga cara berfikir.
§
Pola
konflik
Pola Konflik : Kelas
sosial-----Konflik------Revolusi.
Dalam konflik sosial
kaum proletar tidak mau dan tidak bisa melepaskan diri . Mereka terpaksa dan
ditindas. Dalam paksaan dan penindasn ini hukum tidak dapat dijatuhkan kepada
majikan
§
Solusi
konflik
Menurut Johnson
(1990: 162), perhatian utama Teori Konflik adalah pada mengenal dan
menganalisis kehadiran konflik dalam kehidupan sosial, sebab, dan bentuknya,
dan dalam banyak hal, akibatnya dalam perubahan sosial. Dengan demikian,
konflik perlu dikelola. Konflik yang tidak dikelola dapat menimbulkan perubahan
sosial yang tidak diharapkan, sementara konflik yang dikelola dapat mengarahkan
perubahan sosial ke arah yang diharapkan. Teori Konflik dengan analisis
fungsional terus dikembangkan oleh sejumlah pakar, antara lain melalui berbagai
studi eksperimen, di antaranya yang sangat menonjol adalah eksperimen Muzafer
Sherif.
Dalam upaya
pengembangan teori ini, Sherif melakukan eksperimen, dengan mengumpulkan
sejumlah orang, dengan tahapan sebagai berikut:
(1)
pemilihan teman secara spontan,
(2)
pembentukan kelompok,
(3)
konflik antarkelompok, dan
(4)
kerja sama antarkelompok atau pengurangan konflik
antarkelompok (Taylor dan Moghaddam,
1994).
Pada awalnya setiap
orang mencari pilihan kawan yang cocok sehingga terbentuklah kelompok-kelompok.
Dalam pembentukan kelompok ini diperlukan adanya kerja sama antar individu.
Mereka melakukan serangkaian tugas bersama. Pada saat yang sama, mereka juga
membangun kultur kelompok. Ketika konflik terjadi, di kalangan para anggota
kelompok terjadi persepsi yang bias. Terjadi peningkatan sikap positif terhadap
kelompok dirinya masing-masing (in-group) berupa solidaritas internal,
dan sikap negatif terhadap kelompok lain (out-group). Kekompakan,
komitmen, konformitas pada in-group makin tinggi, juga muncul
kepemimpinan yang bersifat agresif.
Konflik
antarkelompok ini kemudian dapat dikendalikan ketika semua kelompok dihadapkan
pada tugas bersama yang merupakan tujuan bersama yang lebih tinggi (superordinate
goals), yang pencapaiannya tak mungkin tanpa partisipasi seluruh kelompok.
Maka terjadilah tranformasi dari situasi konflik ke relasi antarkelompok yang
harmonis.
Penyelesaian konflik
antarkelompok yang didalamnya individu-individu berdasarkan Teori Konflik,
menurut eksperimen Sherif adalah berada pada tahap terakhir, yakni bagaimana
mengubah konflik, pertikaian, atau perselisihan menjadi sebuah bentuk kerja
sama. Menurut Sherif, konflik antarkelompok itu akan berubah menjadi kerja sama
antarkelompok apabila kepada mereka diintroduksikan superordinate goals
secara meyakinkan bahwa di atas hal-hal yang membuat mereka saling bermusuhan
itu, ada hal yang jauh lebih penting untuk dihadapi bersama.
Teori Komunikasi Antar Pribadi sebagai
suatu proses yang berkembang
Sejarah pekembangan komunikasi manusia dapat ditelusuri
sejak sekitar 4000 tahun sebelum Masehi. Sejak zaman itu hingga sekarang,
sejarah perkembangan komunikasi manusia dapat dibagi dalam 4 (empat) era
perubahan:
§
era komunikasi tulisan,
§
era komunikasi cetakan,
§
era komunikasi telekomunikasi, dan
§
era komunikasi interaktif.
Era komunikasi tulisan terjadi sejak Bangsa Sumeria
mulai mengenal kemampuan menulis dalam lembaran tanah liat sekitar 4000 tahun
sebelum Masehi. Era komunikasi cetakan diawali dengan ditemukannya mesin cetak
hand-pres oleh Gutenberg pada tahun 1456.
Era telekomunikasi dimulai sejak penemuan alat telegrap
oleh Samuel Morse pada tahun 1844. Era komunikasi interaktif, mulai terjadi
pada tahun 1946, dengan ditemukannya Mainframe computer ENIAC dengan 18.000
vacuum tubes oleh para ahli dari universitas Pennsylvania, Amerika Serikat.
b. Sejarah
Perkembangan Ilmu Komunikasi
Sejarah perkembangan ilmu komunikasi dapat ditelusuri
sejak zaman Yunani kuno, beberapa ratus tahun sebelum Masehi. Sejak itu
perkembangan ilmu komunikasi dapat dibagi dalam (4) empat periode tradisi
retorika. Kedua, periode pertumbuhan yang terjadi dari tahun 1900 hingga Perang
Dunia II. Ketiga, periode konsolidasi yakni sejak usainya Perang Dunia II
hingga tahun 1960-an. Keempat, adalah periode teknoloi komunikasi yang terjadi
sejak tahun 1960-an hingga sekarang.
Di Indonesia, pendidikan ilmu komunikasi baru dimulai
pada tahun 1949. Hingga tahun 1970-an bidang kajian komunikasi yang dipelajari
umumnya dititikberatkan pada bidang jurnalistik dan penerangan. Pada masa
sekarang ini, jumlah perguruan tingi yang semakin luas, tidak hanya terbatas
pada bidang jurnalistik dan penerangan.
Perspektif pengembangan, yaitu
definisi komunikasi antarpribadi yang dilihat dari proses pengembangannya.
Komunikasi dalam definisi ini dianggap sebagai proses yang berkembang, yakni
dari hubungan yang bersifat impersonal meningkat menjadi hubungan
interpersonal. Suatu proses komunikasi dikatakan besifat interpersonal bila
berdasarkan pada :
a) data psikologis,
b) pengetahuan yang dimiliki, dan
c) aturan-aturan yang ditentukan
sendiri oleh para pelaku komunikasi.
Analisis pada tingkat psikologis.
Apabila prediksi/prakira yang dibuat komunikator terhadap reaksi komunikan
sebagai akibat menerima suatu pesan didasarkan atas analisis pengalaman
individual yang unik dari komunikan, maka dapat diaktakan komunikator melakukan
prediksi pada tataran psikologis.
Pada mulanya komunikasi hanya sekedar alat antar
manusia untuk saling berhubungan. Dan pada waktu itu, komunikasi dianggap
sebagai kegiatan biasa yang tidak dianggap sebagai sesuatu yang harus
diperhatikan, dikaji, atau distrukturkan dalam bentuk yang pasti. Pada abad
ke-5 sebelum masehi, Diyunani berkembang suatu ilmu yang mengkaji proses
pernyataan antar manusia, namanya retorika berasal dari bahasa yunan retorike
yang berarti berdebat, dari akar kata rekor (orang yang
berpidato). Retorika berarti seni pidato dan berargumentasi yang
bersifat menggugah atau seni menggunakan bahasa secara lancar untuk memengaruhi
dan mengajak. Sejak abad itu, segala urusan yang berhubungan dengan gagasan,
pernyataan, dan keinginan untuk menyampaikan kepada orang lain mendapatkan
perhatian khusus. Banyak tokoh bermunculan yang mengkaji retorika, mulai
dari mazhab filsafat Sophis, yang tokohnya Georgias dan Protagoras. Pada hal
ini retorika mendapat perhatian khusus, bahkan ada beberapa pemikir
yang menempatkan retorika sebagai hal penting dalam masyarakat dan
pemerintah.
Komunikasi antar pribadi merupakan proses sosial dimana individu-individu
yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Rogers menyatakan bahwa
komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi
dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi (Allo Liliweri, 1991: 12).
Pemahaman mengani hubungan merupakan suatu aspek
penting dari studi komunikasi antar pribadi, karena hubungan berkembang dan
berakhir melalui komunikasi. Telah puluhantahun para ahli mencoba untuk
menentukan bagaimana hubungan terbentuk dan bagaimana hubungan berakhir. Pada
bagian ini kita akan menyimak sejumlah teori yang menjelaskan bagaimana
berkembangnya suatu hubungan. Dan tentunya penjelasan tersebut diharapkan akan
memperkaya pemahaman kita terhdap proses pengembangan hubungan.
Steve Duck (1985) menganggap bahwa kualitas dan
sifat hubungan dapat diperkirakan hanya dengan mengetahui atribut masing-masing
sebagai individu dan kombinasi antara atribut-atribut tadi. Sebagai contoh,
seorang ibu yang langsung menanggapi anaknya yang menangis akan membentuk
hubungan ibu-anak yang berbeda dengan ibu lain yang menunggu sekian lama
sebelum menanggapi anaknya yang menangis. Meskipun demikian mengetahui atribut
masing-masing hanyalah salah satu aspek yang mempengaruhi hubungan. Untuk
mengenali tahap (kualitas hubungan) yang terjadi kita dapat melihatnya dari
bagaimana saling menanggapi. Lebih jauh Duck mengungkapkan bahwa hubungan tidak
selalu berkembang dalam bentuk linear dan berjalan mulus, dan bahwa orang tidak
selalu aktif mencari informasi mengenai partnernya, baisanya malahan informasi
tersebut didapat secara kebetulan dan bukan sengaja dicari. Bagi Duck tidak
semua hubungan akrab, tidak semua hubungan berkembang, dan hubungan dapat
sekaligus stabil dan memuaskan.
c. Pengembangan Hubungan
Barangkali tidak ada yang lebih penting bagi kita
selain kontak atau hubungan dengan sesama manusia. Begitu pentingnya kontak ini
sehingga bila kita tidak berhubungan dengan orang lain dalam waktu yang lama,
rasa tertekan akan timbul, rasa ragu terhadap diri sendiri muncul, dan orang
merasa sulit untuk menjalani hidup sehari-harinya. Desmond Morris, dalam Intimate Behavior (1972), mencatat bahwa
kontak dengan orang lain begitu pentingnya sehingga kultur kita telah membentuk
segala macam subtitusi untuk menggantikan ketiadaan hubungan ini. Orang sering
kali mengunjungi profesional seperti dokter, perawat, dan pemijat bukan karena
sakit fisik, melainkan karena kebutuhan untuk kontak.
Setiap hubungan bersifat unik. Begitu juga,
masing-masing dari kita membina hubungan karena alasan-alasan yang unik. Namun
demikian, dalam semua keragaman ini, ada beberapa alasan umum untuk
mengembangkan sebagian besar hubungan. Kedua, kita membahas proses memprakarsai
hubungan dan beberapa saran nonverbal serta verbal untuk membuat jumpa pertama
lebih efektif.
d. Alasan-alasan untuk Pengembangan
Hubungan
Empat alasan umum untuk
pengembangan hubungan adalah :
§ Mengurangi Kesepian
Kontak
dengan sesama manusia mengurangi kesepian. Adakalanya kita mengalami kesepian
karena secara fisik kita sendirian, walaupun kesendirian tidak selalu berarti
kesepian. Kita mempunyai kebutuhan yang terpenuhi akan kontak yang dekat,
kadang-kadang secara fisik, adakalanya secara emosional, dan lebih sering dari
keduanya (Pelpau & Periman, 1982; Rubenstein & Shaver, 1982).
Sementara
orang, dalam upaya mengurangi kesepian, berusaha melingkungi dirinya dengan
banyak kenalan. Kadang-kadang ini membantu, tetapi sering kali malah membuat
rasa sepi makin parah. Satu hubungan yang dekat biasanya malah lebih baik. Kebanyakan
dari kita mengetahui hal ini, dan itulah sebabnya kita berusaha membina
hubungan antarpribadi (Perlman & Pelpau, 1981)
§ Mendapatkan Rangsangan
Manusia
membutuhkan stimulasi. Jika kita tidak menerima stimulasi, kita mengalami
kemunduran dan bisa mati. Kontak antar manusia merupakan salah satu cara
terbaik untuk mendapatkan stimulasi ini. Kita merupakan gabungan dari banyak
dimensi yang berbeda-beda, dan semua dimensi kita membutuhkan stimulasi. Kita
adalah mahluk intelektual, dan karena kita membutuhkan stimulasi intelektual.
Kita membicarakan gagasan, mengikuti kegiatan kelas, dan berdebat tentang
interpretasi yang berbeda mengenai film atau novel. Dengan cara itu kita
mengasah kemampuan penalaran, analitik, dan interpretasi kita. Dengan melakukannya,
kita meningkatkan, mempertajam, dan mengembangkan kemampuan-kemampuan ini.
Kita
juga mahluk fisik yang membutuhkan stimulasi fisik. Kita butuh membelai dan
dibelai, memeluk dan dipeluk. Selanjutnya, kita adalah mahluk emosional yang
membutuhkan stimulasi emosional. Kita perlu tertawa dan menangis, membutuhkan
harapan dan kejutan, dan mengalami kehangatan dan afeksi. Kita membutuhkan
latihan untuk emosi kita selain juga untuk kemampuan intelektual kita.
§ Mendapatkan Pengetahuan Diri
Sebagian
besar melalui kontak dengan sesama manusialah kita belajar mengenai diri kita
sendiri. Dalam diskusi tentang kesadaran diri telah dijalaskan bahwa kita
melihat diri sendiri sebagian melalui mata orang lain. Jika kawan-kawan kita
melihat kita sebagai orang yang hangat dan pemurah, misalnya, barangkali kita
juga akan memandang diri sendiri sebagai hangat dan pemurah. Persepsi diri kita
sangat dipengaruhi oleh apa yang kita yakini dipikirkan orang tentang diri
kita.
§ Memaksimalkan Kesenangan,
Meminimalkan Penderitaan
Alasan
paling umum untuk membina hubungan, dan alasan yang dapat mencakup semua alasan
lainnya, adalah bahwa kita berusaha berhubungan dengan manusia lain untuk
memaksimalkan kesenangan kita dan meminimalkan penderitaan kita. Kita perlu
berbagi rasa dengan orang lain mengenai nasib baik kita mengenai penderitaan
emosi atau fisik kita. Barangkali kebutuhan yang terakhir ini bermula di masa
kanak-kanak, ketika anda berlari mendekati ibu sehingga beliau dapat mengecup
luka anda atau ikut menikmati kegembiraan anda. Sekarang anda tentu sulit untuk
berlari mendekati ibu, karenanya anda mencari orang lain, umumnya kawan-kawan
yang memberikan dukungan yang sama seperti yang pernah dilakukan ibu di waktu
yang lalu.
Dalam
komunikasi antar pribadi mengalami perkembangan dalam hubungan antar manusia.
Pemahaman mengenai hubungan merupakan suatu aspek penting dari studi komunikasi
antar pribadi, karena hubungan berkembang dan berakhir melalui komunikasi.
Namun, dengan perkembangannya hubungan mengalami pasang surut antar individu.
Suatu
kenyataan dalam kehidupan kita adalah bahwa banyak hubungan dengan orang lain
bersifat temporer. Ketika mengembangkan dan mengakhiri hubungan, kita melewati
serangkaian tahap keakraban atau keintiman.
Antara lain dari hubungan yang bukan yang bukan bersifat pribadi dengan
menggunakan aturan-aturan ekstrinsik sampai kepada hubungan antarpribadi yang
diatur oleh aturan-aturan intrinsik.
Knapp
(1978) merumuskan model tahapan hubungan yang menunjukan bahwa orang
mempertimbangkan untuk menuju hubungan yang lebih akrab dengan orang lain.
Menurutnya hubungan berkembang melalui lima tahap, yaitu inisiasi, eksperimen,
intensifikasi, integrasi dan ikatan.
Dalam
perkembangan hubungan seseorang tak luput dari komunikasi. Maka, komunikasi
antar pribadi selalu mengalami perkembangan yang disetiap situasinya,
kondisinya, dimana dan kapanpun. Sehingga, skill dalam berkomunikasi dalam
berkomunikasi perlu dimiliki setiap orang untuk tercapainya tujuan yang
diharapkan.[13]
Keterkaitan
Sosiologi Komunikasi Dengan Proses Sosial
Proses sosial
adalah cara-cara berhubungan yang dilihat apabila orang-perorangan
dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem serta bentu-bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan
goyahnya pola-pola kehidupan yang telah ada. Proses
sosial dapat diartikan sebagai pengaruh timbal-balik
antara berbagai segi kehidupan bersama, misalnya pengaruh-mempengaruhi antara sosial dengan politik,
politik dengan ekonomi,
ekonomi dengan hukum.
Lalu apa yang dimaksud dengan
interaksi sosial ?
Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antara individu dengan individu,
individu dengan kelompok dan antara
kelompok dengan kelompok.
Interaksi sosial merupakan proses komunikasi diantara orang-orang untuk saling
mempengaruhi perasaan, pikiran dan tindakan.
Interaksi sosial akan berlangsung apabila seorang individu melakukan tindakan dan
dari tindakan tersebut menimbulkan reaksi individu yang lain. Interaksi sosial terjadi
jika dua orang atau lebih saling berhadapan, bekerja sama, berbicara, berjabat tangan
atau bahkan terjadi persaingan dan pertikaian.
Interaksi sosial merupakan hubungan tersusun dalam bentuk tindakan berdasarkan norma dan nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Dan disinilah dapat kita amati
atau rasakan bahwa apabila sesuai
dengan norma dan nilai dalam masyarakat,
interaksi tersebut akan berlangsung secara baik, begitu pula sebaliknya, manakala interaksi
sosial yang dilakukan tidak
sesuai dengan norma
dan nilai dalam masyarakat,
interaksi yang terjadi kurang berlangsung dengan baik.
Pengertian dan Faktor-faktor yang mendorong terjadinya Interaksi Sosial a. Pengertian Interaksi Sosial
Interaksi berasal dari kata inter dan aksi. Aksi (action) yang dimaksud adalah
tindakan. Tindakan oleh Max Weber diartikan sebagai perilaku yang mempunyai makna subjektif bagi pelakunya (the subjective meaning of action). Maksudnya adalah bahwa makna yang sebenarnya dari
suatu tindakan hanya diketahui dengan benar
oleh
pelakunya (aktor) sendiri. Misalnya si A, seorang pemuda, menyanyi di kamar mandi.
Apa
makna tindakan A tersebut, apakah sekedar iseng, belajar bernyanyi ataukah agar
didengar oleh si B gadis tetangga yang kepadanya si A menaruh perhatian? Orang lain,
bapaknya, ibunya, kakaknya, adiknya atau tetangga si pemuda A tadi dapat memberikan penafsirannya masing-masing berdasarkan pengalaman dan pengetahuannya yang saling berbeda atas tindakan si A. Tetapi makna yang sebenarnya dari
tindakan tadi benar-benar hanya diketahui
oleh
si A.
Pernyataan seorang ahli sosiologi bernama Peter L. Berger bahwa dalam hidup ini kenyataan yang sering dihadapi adalah bahwa “things are not what they
seem”, bahwa
segala sesuatu sering tidak seperti yang terlihat, kiranya dapat lebih menjelaskan apa
yang dimaksud oleh Max Weber.
Apabila dilihat dari orientasinya, tindakan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a. Tindakan non-sosial, yakni tindakan-tindakan yang dilakukan oleh seseorang tetapi
tidak diorientasikan kepada pihak lain. Sebagai contoh: seseorang yang sedang
memandangi potret dirinya atau seseorang berdiam diri di kamar pribadinya sambil merenungi nasibnya.
b. Tindakan sosial, yakni tindakan-tindakan yang oleh pelakunya diorientasikan
kepada pihak lain. Sebagai contoh: seseorang menyapa teman yang lewat di depan rumahnya atau seorang murid berbicara dengan gurunya. Dilihat dari tekanannya
tentang cara dan tujuan tindakan itu dilakukan, dapat
dibedakan menjadi empat
macam tindakan, yaitu:
1) tindakan
rasional-instrumental;
yakni tindakan yang dilakukan dengan memperhitungkan kesesuaian
antara cara dan tujuan; dalam hal ini actor memperhitungkan efisiensi dan efektivitas dari sejumlah
pilihan tindakan. Contoh: tindakan memilih program atau jurusan di SMU dengan mempertimbangkan bakat,
minat dan cita-cita, tindakan rajin belajar supaya lolos seleksi penerimaan
mahasiswa baru, bekerja
keras untuk mendapatkan nafkah yang
cukup, dan sebagainya.
2) Tindakan
berorientasi
nilai; yakni
tindakan-tindakan yang berkaitan dengan
nilai-nilai dasar
dalam masyarakat, sehingga aktor tidak lagi mempermasalahkan
tujuan dari tindakan, yang menjadi persoalan dan perhitungan aktor hanyaalah tentang cara. Contoh: tindakan-tindakan yang bersifat religio-magis atau berdasarkan keyakinan agama tertentu.
3) Tindakan tradisional; merupakan tindakan yang tidak memperhitungkan
pertimbangan rasional. Tindakan ini dilaksanakan berdasarkan pertimbangan
kebiaasaan dan adat istiadat. Contohnya: berbagai macam upacara
atau tradisi yang
dimaksudkan untuk melestarikan kebudayaan leluhur. Agak tidak mudah membedakan tindakan tradisional dengan tindakan yang berorientasi nilai,
karena dua tindakan ini memang memiliki kesamaan, misalnya ketidakpeduliannya tentang tujuan dari tindakan, orientasinya kepada caracara
atau tahapan-tahapan yang harus
dilalui, dan sebuah tradisi biasanya dipertahankan oleh sebagian besar warga masyarakat karena terkait dengan nilai tertentu. Namun, tetap dapat dibedakan yakni orientasi suatu tindakan tradisional adalah pada bahwa cara tersebut dilakukan menurut cara yang diwariskan oleh generasi
terdahulu. Makna dari tindakan tidak
begitu dipermasahkan, sedangkan pada tindakan berorientasi nilai makna tindakan sangat
diperhatikan karena berkait
dengan nilai yang
dijunjung tinggi.
4) Tindakan
afektif; yakni tindakan-tindakan yang dilakukan oleh actor
berdasarkan perasaan (afeksi). Contohnya: tindakan mengamuk karena marah,
meloncat-loncat kegirangan karena perasaan senang yang berlebihan, tindakan
menolak karena benci, jatuh cinta, dan sebagainya.
Interaksi sosial dapat diberi pengertian sebagai
hubungan timbal-balik yang dinamis dan saling mempengaruhi yang terjadi di antara individu atau kelompok
individu dalam masyarakat. Pola interaksi sosial dapat berupa hubungan timbalbalik antara:
1) individu dengan individu, misalnya dua orang teman yang
sedang bercakap-cakap 2) individu
dengan kelompok, misalnya seorang
guru yang sedang
mengajar di kelas 3) kelompok dengan kelompok, misalnya interaksi yang terjadi pada sebuah
pertandingan
sepakbola.
Interaksi sosial dapat berlangsung apabila terpenuhi
syarat-syarat sebagai berikut:
1) Kontak sosial, yaitu peristiwa terjadinya hubungan, sambungan atau
sentuhansosial (dapat disertai sentuhan jasmaniah maupun tidak) antara dua
orang atau lebih.
2) Komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan atau informasi dari satu pihak (komunikator) ke pihak lain (komunikan) dengan menggunakan symbol simbol.
Simbol dapat berupa kata-kata, suara, gerak isyarat, benda, dsb. Proses
komunikasi dinyatakan berlangsung apabila telah terjadi pemahaman yang sama atas simbol-simbol yang
digunakan, baik oleh komunikator maupun komunikan.
Kontak dan komunikasi dapat berlangsung secara primer maupun sekunder. Yang dimaksud kontak atau komunikasi primer adalah kontak atau komunikasi yang terjadi secara langsung berhadap-hadapan atau tatap muka (face to face).
Misalnya: dua
orang atau lebih yang saling bertemu dann berbicara dalam sebuah ruang pertemuan. Sedangkan kontak atau komunikasi sekunder adalah kontak atau komunikasi yang terjadi dengan bantuan alat-alat komunikasi seperti surat, telepon, e-mail, percakapan
di internet, dan seterusnya (sekunder langsung), maupun yang melalui bantuan pihak
ketiga (sekunder tidak
langsung).
Terjadinya interaksi sosial dapat
digambarkan secara berurutan sebagai berikut:
1) ada dua
orang
atau lebih
2) terjadi kontak sosial di antaranya
3) terjadi komunikasi
4) terjadi reaksi atas komunikasi
5) akhirnya, terjadi
aksi timbal-balik (aksi-reaksi)
yang saling mempengaruhi
Faktor-faktor yang mempengaruhi Interaksi Sosial, antara lain:
1) Imitasi (peniruan)
Imitasi adalah proses sosial ayau tindakan seseorang untuk meniru orang lain melalui
sikap, penampilan, gaya hidup, atau apa saja yang dimiliki
oleh orang lain tersebut.
Misalnya seorang anak meniru kebiasaan-kebiasaan orang tuanya, baik cara berbicara
atau tutur kata, cara berjalan, cara berpakaian, dan sebagainya. Proses imitasi yang dilakukan oleh seseorang berkembang dari lingkup keluarga kepada lingkup lingkungan yang lebih luas, seperti lingkungan tetangga, lingkungan sekolah, lingkungan kerja, dan seterusnya, seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan
pergaulan orang tersebut. Ruang lingkup imitasi menjadi semakin luas seiring dengan
berkembangnya media massa, terutama media audio-visual.
Proses imitasi dapat berlangung terhadap hal-hal yang positif maupun negatif,
maka pengaruhnya terhadap interaksi sosial juga dapat positif maupun negatif. Apabila imitasi berlangsung terhadap cara-cara atau hal-hal yang positif maka akan
menghasilkan interaksi sosial yang berlangsung dalam keteraturan, sebaliknya apabila imitasi berlangsung terhadap cara-cara atau hal-hal yang negatif, maka akan berperan besar
terhadap munculnya prosesproses
interaksi sosial yang negatif.
2) Identifikasi (menyamakan ciri)
Identifikasi adalah upaya yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk
menjadi sama (identik) dengan seseorang atau sekelompok orang lain. Identifikasi
dapat dinyatakan sebagai proses yang lebih dalam atau lebih lanjut dari imitasi. Apabila pada imitasi orang hanya meniru cara yang dilakukan oleh orang lain, maka dalam identifikasi ini orang tidak hanya meniru tetapi mengidentikkan dirinya dengan orang lain tersebut. Dalam identifikasi
yang terjadi tidak sekedar peniruan pola atau
cara, namun melibatkan proses kejiwaan yang dalam. Sebagai contoh: seorang
pengagum tokoh besar, apakah seorang pemikir, tokoh politik,
ilmuwan, penyanyi ataupun bintang film, sebegitu berat kekaguman orang tersebut sehingga tidak hanya pola atau gaya perilaku tokoh yang dikaguminya yang ditiru, tetapi juga pikiran-pikiran dan nilai yang didukung
sang tokoh. Bahkan, orang tersebut menyamakan dirinya dengan sang
tokoh.
Dalam sosiologi orang-orang yang ditiru (dijadikan sumber imitasi atau identifikasi)
disebut sebagai role
model (model peran).
3) Sugesti (diterimanya suatu sikap atau tindakan secara emosional)
Sugesti adalah rangsangan, pengaruh atau stimulus yang diberikan
oleh seseorang
kepada individu lain sehingga
orang yang dipengaruhi tersebut menerima pengaruh
tersebut secara emosional, tanpa
berfikir lagi secara kritis dan rasional.
Sugesti dapat diberikan dari seorang individu kepada
kelompok, kelompok kepada individu ataupun kelompok terhadap kelompok. Wujud sugesti dapat bermacam-macam, dapat berupa tindakan, sikap-perilaku, pendapat, saran, pemikrian, dan
sebagainya. Contoh: iklan obat batuk yang diperagakan oleh seorang bintang film
ternama yang dengan sangat sempurna memerankan sebagai orang yang sedang batuk dan
langsung sembuh begitu meminum obat tersebut, dapat mensugesti orang yang benar-benar sedang menderita batuk untuk membeli dan meminum
obat tersebut. Contoh
lain, pernyataan seorang tokoh besar sering diterima oleh pengagumnya sebagai kebenanaran yang diterimanya tanpa
berfikir panjang lagi.
Orang yang mudah tersugesti biasanya adalah orang-orang yang dalam kondisi lemah,
tertekan, frustasi, kelompok minoritas atau berwawasan tidak luas. Orang yang
mampu memberikan sugesti adalah orang-orang yang dikagumi, diakui luas ilmu, keahlian dan wawasannya, jumlahnya besar
atau berkuasa.
4) Motivasi
Motivasi merupakan dorongan, rangsangan, pengaruh atau stimulus yang diberikan
oleh seseorang individu atau sekelompok individu kepada individu atau sekelompok
individu lain dan diterima secara rasional, kritis serta bertanggungjawab. Apabila
dibandingkan dengan sugesti, yang membedakan adalah cara penerimaan pengaruh,
dalam sugesti pengaruh diterima secara tidak rasional, pada motivasi pengaruh
diterima dengan
pertimbangan
akal dan pikiran yang jernih dan
kritis. Contoh seorang
guru
yang dikenal jujur dan berwibawa memberikan motivasi kepada para muridnya
untuk rajin belajar dan
bekerja keras demi meraih prestasi.
5)
Simpati (kemampuan merasakan diri dalam
keadaan orang lain)
Simpati adalah suatu proses ketika seorang individu atau sekelompok individu tertarik kepada (atau merasakan diri) dalam keadaan orang atau kelompok orang lain yang sedemikian rupa sehingga menyentuh jiwa dan perasaannya.
Dinyatakan sedemikian rupa karena dapat jadi bagi jiwa dan perasaan orang lain
keadaan tersebut biasa-biasa
saja, artinya tidak menimbulkan simpati. Karena merupakan proses kejiwaan, berlangsungnya tidak selalu mudah dipahami secara rasional. Misalnya apa yang menjadi alasan sehingga seorang gadis yang cantik rupa
dan perilakuannya menaruh simpati kepada seorang jejaka yang buruk rupa maupun perilakuanya.
6) Empati
Empati lebih dari simpati. Apabila
pada simpati hanya melibatkan
proses kejiwaan, maka pada empati
proses kejiwaan tersebut diikuti dengan
proses organisma tubuh. Misalnya ketika seseorang mendapatkan teman dekat atau saudaranya mengalami kecelakaan sehingga luka berat atau meninggal dunia, maka orang tersebut akan ikut
merasakan dan menghayati kecelakaan itu seolah-olah terjadi pada dirinya atau
diliputi perasaan kehilangan yang
luar biasa sehingga sampai menitikkan air
mata.
Interaksi Sosial dalam hubungannya dengan Status dan
Peran Sosial Antar-Individu dalam Masyarakat
Status atau kedudukan sosial adalah tempat, posisi atau kedudukan individu di dalam struktur sosial kelompok atau masyarakat. Individu yang status sosialnya berbeda
akan memiliki hak-hak, tanggung jawab dan kewajiban-kewajiban yang berbeda pula. Untuk memudahkan pemahaman tentang status dapat dinyatakan bahwa di dalam
masyarakat ada orang-orang yang berkedudukan tinggi, menengah dan ada pula yang
berkedudukan rendah.
Kedudukan atau status tersebut ada yang diperoleh oleh seseorang sejak kelahirannya
(dinamakan ascribed statuses),
misalnya: jenis kelamin, gelar kebangsawanan, gelar dalam kasta, dan sebagainya, ada yang diperoleh melalui perjuangan atau prestasi (dinamakan achieved statuses), misalnya: status sebagai seorang pakar, guru, dokter, wartawan, manejer perusahaan, dan sebagainya, dan ada yang diperoleh karena pemberian atas dasar jasa yang telah diberikan kepada masyarakat (dinamakan assigned statuses), misalnya gelar pahlawan pembangunan, pahlawan proklamasi, pahlawan reformasi,
doctor kehormatan, dan
sebagainya.
Dalam
hubungannya dengan tindakan dan interaksi
sosial, ternyata dijumpai
cara-cara bertindak dan berinteraksi sosial yang berbeda di antara orang-orang yang kedudukan sosialnya berbeda.
Perbedaan-perbedaan itu tampak pada misalnya cara berbicara, tutur kata dan bahasa yang digunakan, sikap tubuh, cara berpakaian, simbol status
yang digunakan, dan
sebagainya.
Status yang disandang oleh seseorang berhubungan pula dengan peran
sosialnya. Yang
dimaksud dengan peran sosial adalah perilaku yang diharapkan terhadap seseorang
atau kelompok
sehubungan dengan status atau kedudukan yang disandangnya.
Jelasnya, ketika seseorang menyandang status tertentu, misalnya seseorang berstatus sebagai ayah, guru, menteri ataupun presiden, maka masyarakat akan berharap atau
bahkan menuntut agar orang tersebut berperilaku tertentu yang sesuai dengan status dan
kedudukan yang disandangnya. Seorang ayah harus bertanggung jawab atas
nafkah bagi anakanak dan isterinya, seorang guru dituntut untuk berperilaku yang
dapat “digugu” dan “ditiru” oleh para muridnya, seorang menteri dituntut untuk menguasai seluruh permasalahan di departemennya, dan seorang presiden
dituntut untuk
dapat mengayomi seluruh golongan dan lapisan yang ada dalam masyarakat,
ucapan dan tindakannya harus mencerminkan budaya bangsa yang
mulia.
Ada tiga macam
peran sosial:
1) Peran
ideal, yaitu peran yang digagas,
dirumuskan atau diharapkan oleh
masyarakat terhadap orang-orang dengan status
tertentu.
2) Peran
dipersepsikan, yaitu peran yang dilaksanakan dalam situasi tertentu.
Misalnya seorang guru ketika mendampingi para siswanya berwidyawisata berperan seperti
halnya kakak atau
teman terhadap
para siswanya.
3) Peran
dilaksanakan, yaitu peran yang secara nyata dilaksanakan oleh seseorang
atau sekelompok orang. Dapat terjadi peran yang dilaksanakan tidak sama dengan
peran ideal.
Dalam pelaksanaan peran-peran
sosialnya, seseorang dapat mengalami apa yang disebut sebagai konflik status
dan
konflik peran.
Konflik status adalah pertentangan di antara status-status yang disandang oleh seseorang ketika suatu interaksi sosial berlangsung yang disebabkan oleh adanya
perbedaan kepentingan di antara status-status tersebut. Hal ini dapat terjadi karena dalam kenyataannya seseorang akan sekaligus menyandang berbagaimacam status sosial. Ketika suatu interaksi sosial berlangsung, terdapat status aktif,
yaitu status yang berfungsi ketika
sebuah interaksi sosial berlangsung, dan ada status laten,
yakni status yang tidak berfungsi ketika sebuah interaksi social berlangsung. Konflik status terjadi ketika dalam suatu interaksi sosial muncul lebih
dari status aktif dan kepentingannya berbeda. Contoh seorang polisi muda yang bertugas di jalan raya
harus memberikan sanksi kepada seorang gadis pengendara
sepeda motor yang melanggar peraturan lalu-lintas, dan kebetulan gadis tersebut adalah calon isteri yang sangat dicintainya. Dalam diri polisi muda tadi dapat terjadi konflik antara status sebagai polisi yang harus menindak pelanggar aturan lalu-lintas dengan status sebagai
calon suami yang harus melindungi.
Sedangkan yang dimaksud dengan Konflik peran adalah keadaan yang terjadi
apabila seseorang tidak dapat menjalankan peran sosialnya sesuai dengan harapan
masyarakat. Dalam diri pak Polisi pada contoh di atas dapat terjadi konflik peran karena tidak dapat berperan sebagai polisi yang berhadapan dengan pelanggar aturan lalu-lintas. Konflik peran juga dapat terjadi
ketika kita harus melakukan tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan kehendak hati kita. Seorang sarjana teknik yang bekerja sebagai bengkel sepeda,
atau seorang sarjana
ekonomi yang bekerja sebagai
pelayan pada sebuah toko kelontong, dapat mengalami konflik peran karena akan merasa terpaksa menjalankan pekerjaan
yang menurut penilaiannya tidak sesuai dengan status yang disandang
Bentuk Interaksi yang mendorong terciptanya Keteraturan dan Organisasi Sosial
Mark L. Knap merinci tentang pola tahapan-tahapan di antara orang-orang yang
terlibat interaksi, baik yang mendekatkan atau yang menjauhkan. Tahap-tahap yang
mendekatkan dirinci menjadi: (1) memulai (initiating), (2) menjajaki (experimenting), (3) meningkatkan (intensifying), (4) menyatupadukan (integrating), dan (5) mempertalikan (bonding). Peningkatan tahapan-tahapan
pendekatan diikuti
dengan peningkatan komunikasi pribadi dan komunikasi nonverbal dan meningkatnya
kebersamaan dalam tindakan.
Sedangkan tahapan-tahapan interaksi yang menjauhkan atau merenggangkan, oleh Knap dirinci sebagai berikut: (1) membeda-bedakan (differentiating), (2) membatasi
(circumscribing), (3) memacetkan (stagnating), (4) menghindari (avoiding), dan (5)
memutuskan (terminating). Latar belakang terjadinya hubungan sosial yang pada
giliran berikutnya membentuk lembaga, kelompok dan organisasi sosial
pada dasarnya adalah
keinginan manusia untuk
memenuhi
kebutuhan-kebutuhan hidupnya.
Maslow merinci kebutuhan hidup
manusia
ke
dalam tuju macam, yaitu:
a. kebutuhan fisik, seperti
makan, minum, istirahat,
tidur,
dan sebagainya
b. kebutuhan rasa aman seperti terhindar dari
bahaya dan kecemasan
c. kebutuhan diterima dan kasih sayang (keluarga, teman, dan
sebagainya)
d. kebutuhan untuk dihargai
e. kebutuhan perwujudan diri
f. kebutuhan untuk mengungkapkan rasa ingin
tahu
g. kebutuhan untuk mengungkapkan rasa seni
dan
keindahan
Sebagai pembanding, berikut dikemukakan klasifikasi kebutuhan hidup manusia
menurut Peddington:
a. Kebutuhan mendasar, yakni kebutuhan yang muncul dari aspek
biologis/organisme
manusia (misalnya: makanan/minuman, pelepasan dorongan seksual, buang air besar/kecil, perlindungan dari iklim/cuaca, istirahat/tidur dan kesehatan yang
baik)
b. Kebutuhan sosial, yakni kebutuhan yang terwujud dari adanya usaha manusia memenuhi kebutuhan
dasarnya
dengan cara melibatkan pihak lain (berkomunikasi dengan sesama, kegiatan bersama, pendidikan, keteraturan dan kontrol sosial)
c. Kebutuhan integratif, yakni kebutuhan yang muncul dan terpancar dari hakikat
manusia sebagai mahluk yang berfikir dan bermoral (perasaan/prinsip benarsalah, ungkapan kebersamaan, ungkapan estetika dan keindahan, perasaan kayakinan diri, rekreasi dan
hiburan).
Pola (Bentuk Umum) Interaksi Sosial
Gillin dan Gillin membedakan interaksi sosial ke dalam
dua bentuk, yaitu:
a. Bentuk interaksi sosial asosiatif, meliputi berbagai macam bentuk kerjasama, akomodasi
dan asimilasi
b. Bentuk interaksi sosial disosiatif, meliputi berbagai macam bentuk konflik,
kompetisi dan kontravensi.
Kimball Young mengemukakan bentuk-bentuk interaksi
sosial sebagai berikut:
a. Oposisi, yaitu proses yang meliputi persaingan,
pertikaian dan pertentangan
b. Koperasi
atau kerjasama yang menghasilkan akomodasi
c. Diferensiasi, yakni kecenderungan ke arah perkembangan sosial yang berlawanan,
misalnya pembedaan ciri-ciri biologis, sosial,
ekonomi
dan kultural
Ciri-ciri interaksi
sosial
Interaksi sosial memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
a. Interaksi sosial dapat berpola: (1) individu dengan individu, (2) individu dengan
kelompok, dan (3) kelompok
dengan kelompok
b. Interaksi dapat berlangsung sebagai proses positif (asosiatif) maupun negative
(disosiatif),
namun ada kecenderungan
interaksi berlangsung positif.
c. Hubungan dalam interaksi sosial
dapat berlangsung dalam tingkat dangkal ataupun tingkat dalam
d. Interaksi sosial menghasilkan penyesuaian diri bagi para pelakunya
e. Interaksi sosial berpedoman kepada kaidah-kaidah dan norma-norma yang berlaku.
Sehubungan dengan
hal
ini, perlu diidentifikasi bentuk interaksi
sosial yang cenderung berlangsung
positif dan berkesinambungan. Interaksi yang demikian penting artinya
dalam pembentukan lembaga, kelompok dan organisasi sosial, yaitu interaksi sosial
yang memiliki ciri:
·
didasarkan kepada kebutuhan yang
nyata
·
memperhatikan efektifitas
·
memperhatikan efisiensi
·
menyesuaikan diri kepada kebenaran dan kaidah-kaidah yang
berlaku
·
tidak bersifat
memaksa baik secara fisik dan mental
Lembaga, kelompok dan organisasi sosial
pada dasarnya adalah bentuk-bentuk atau wujud adanya keteraturan dan dinamika sosial dan budaya dalam masyarakat. Oleh karena itu, untuk memahami tentang proses pembentukan lembaga,
kelompok dan organisasi sosial perlu memahami terlebih dahulu mengenai keteraturan sosial budaya dalam masyarakat.
Menurut para penganut teori fungsionalisme struktural, meskipun di dalam
masyarakat terdapat unsur-unsur sosial yang saling berbeda, tetapi unsur-unsur tersebut cenderung saling menyesuaikan sehingga membentuk suatu keseimbangan
(equilibrium)
dalam kehidupan sosial. Wujud
nyata dari keseimbangan ini adalah keteraturan sosial,
yaitu kondisi di mana cara
berfikir, berperasaan dan bertindak
serta interaksi sosial di antara para warga masyarakat selaras (konformis) dengan nilai-nilai dan
norma-norma sosial yang
belaku dalam masyarakat yang besangkutan.
Keteraturan sosial akan tercipta dalam masyarakat
apabila:
a. terdapat sistem nilai dan norma sosial yang jelas. Jika nilai dan norma dalam
masyarakat tidak jelas akan menimbulkan keadaan yang dinamakan anomie (kekacauan norma).
b. individu atau kelompok
dalam masyarakat mengetahui dan memahami nilai-nilai dan
norma-norma yang berlaku
c. individu atau kelompok menyesuaikan tindakan-tindakannya dengan nilai-nilai
dan norma-norma yang
berlaku
d. berfungsinya sistem pengendalian sosial (social control)[14]
C.
Teori Sosiologi Komunikasi tentang
Komunikasi Antarpersonal
Pengertian
pribadi, pribadi adalah individu yang berbeda satu dengan lainnya, perbedaan
tersebut menyebabkan orang mengenal individu secara khas dan membedakannya
dengan individu lainnya. Kualitas individu menentukan kekhasannya dalam
berhubungan dengan individu lainnya, dan kekhasan tersebut menentukan kualitas
komunikasi antar keduanya.[15]
1. Persepsi
tehadap diri sendiri (self perception)
Persepsi diri
ialah menyadari diri sendiri, yaiu mengungkapkan siapa dan apa kita ini, dan
sesungguhnya menyadari siapa diri kita adalah juga persepsi diri. Proses
psikologi diasosiasikan dengan interpretasi dan pemberian makna terhadap orang
atau objek tertentu, proses yang demikian dikenal dengan persepsi. Cohen Fisher
mengungkapkan bahwa persepsi adalah interpretasi terhadap berbagai sensasi
sebagai representasi dari objek-objek eksternal, jadi persepsi adalah
pengetahuan tentang apa yang ditangkap oleh indera kita. Defini ini melibatkan
sejumlah karakeristik yang mendasari upaya kita untuk memahami proses
antarpribadi. Selanjutnya Sendjaja mengatakan bahwa;
Pertama,
suatu tuindakan mensyaratkan kehadiran objek-objek eksternal untuk dapat ditangkap
oleh indera kita. Dalam hal persepsi terhadap diri pribadi, kehadirannya
sebagai objek eksternal bisa jadi kurang nyata, tetapi keberadaannya jelas
dapat dirasakan.
Kedua,
adanya informasi untuk diinterpretasikan. Informasi yang dimaksud ini adalah segala
sesuatu yang diperoleh melalui sensasi atau indera.
Ketiga,
menyangkut sifat representatif dari pengindraan. Maksudnya adalah kita tidak
bisa mengartikan makna suatu persepsi didasarkan pada pengamatan langsung.
Konsekuensinya adalah pengetahuan yang kita peroleh melalui persepsi bukanlah
tentang apakah suatu objek, melainkan apa yang tampak sebagai onjek tersebut.
Dengan demikian, persepsi diri perlu otokoreksi karena bisa jadi persepsi kita
tentang diri kita adalah sebuah tipu muslihat yang diciptakan oleh proses
persepsi individu tentang dirinya sendiri (yang salah).
2. Kesadaran
pribadi (self awareness)
Memahami tentang diri sendiri
bagaikan kita berkacakan cermin, bahwa apa yang dilihat adalah wajah kita yang
sebenarnya. Ketika orang menyadari siapa dirinya secara simultan ia juga telah
mempersepsikan dirinya sendiri. Agar seseorang dapat menyadari dirinya sendiri
ada langkah yang harus ia lakukan, yakni: pertama kali orang yang bersangkutan
harus memahami apakah dirinya tesebut. “diri” secara sederhana dapat
ditafsirkan sebagai identitas individu. Dengan demikian, identitas diri adalah
cara-cara yang digunakan seseorang untuk membedakan individu satu dengan
individu-individu yang lain-lainnya. Karena itu, diri adalah suatu pengertian
yang mengacu kepada identitas spesifik dari seseorang.
3. Pengungkapan
diri (self disclosure)
Self disclosure atau proses
pengungkapan diri yang telah lama menjadi fokus penelitian dan teori kmunikasi
mengenai hubungan. Dengan kata lain pengungkapan diri merupakan proses mengungkapkan
informasi pribadi seseorang kepada orang lain dan sebaliknya. Sedney Journal
menandai sehat atau tidaknya suatu komunikasi pribadi dengan melihat
keterbukaan yang terjadi didalam komunikais tersebut. Mengungkapkan yang
sebenarnya tentang dirinya, dipandang sebagai ukuran dari hubungan yang ideal.
Joseph Luft juga memiliki pendangan
tentang apa yang dimaksud pengungkapan diri, menurutkan teori pengungkapan diri
didasarkan pada model interaksi manusia yaitu teori Johari Window. Menurut
Luft, orang memiliki atribut yang hanya diketahui oleh dirinya sendiri dan
orang lain dan tidak diketahui oleh siapapun.
Jika komunikasi antara dua orang
beralangsung dengan baik, maka akan terjadi disclosure yang mendorong informasi
mengenai diri masing-masing kedalam kuadran terbuka “open area”. Meskipun self
disclosure mendorong adanya keterbukaan, namun keterbukaan itu sendiri ada
batasnya. Artinya, kita perlupertimbangan kembali apakah menceritakan segala
sesuatu tentang diri sendiri kepada orang lain akan menghasilkan efek positif
atau negatif bagi hubungan kita dengan orang tersebut. Karena berdasarkan pada
beberapa penelitian menunjukkan, bahwa keterbukaan yang ekstrim akan memberikan
efek negatif terhadap hubungan komunikasi seseorang dengan orang lain.
Di
dalam komunikasi antarpribadi (interpersonal
Relationship) terdapat beberapa teori hubungan antarpribadi, antara lain:
1. Memahami hubungan antar pribadi
Di dalam kehidupan masyarakat
sehari-hari, hubungan antar pribadi memainkan peran penting dalam membentuk kehidupan.
Masyarakat, terutama katika hubungan itu mampu memberi dorongan kepada orang
tertentu yang berhubungan dengan perasaan, pemahaman informasi, dukungan, dan
berbagai bentuk komunikasi yang mempengaruhi citra diri orang serta membantu
orang untuk memahami harapan-harapan orang lain.
Komunikasi antar pribadi dalam
keluarga dan tempat kerja yang penuh ketegangan, bisa jadi meningkatkan
kemungkinan seseorang untuk terserang stroke, hipertensi, dan berbagai penyakit
lainnya. Sebaliknya pasangan suamu istri yang saling mencintai dan mereka yang
memiliki jaringan teman yang menyenangkan cenderung terhindar dari hipertensi.
Uraian ini menunjukkan bahwa manusia tidak dapat terhindar dari jalinan
hubungan dengan sesamanya. Seseorang memiliki kadar yang berbeda dalam
membutuhkan orang lain, demikian pula mengenai nilai penting kualitas dan
kuantitas hubungan antar pribadi. Meskipun demikian secara pasti dapat
dikatakan bahwa setiap orang memerlukan hubungan antar pribadi.
2. Teori-teori
pengembangan hubungan
Pemahaman mengenai hubungan
merupakan suatu aspek penting dalam studi komunikasi antarpribadi, karena
hubungan berkembang dan juga berakhir melaui komunikasi. Berikut akan dibahas
bagaimana hubungan terbentuk dan berakhir.
a. Self
Disclosure
Proses pengungkapan diri adalah
proses pengungkapan informasi diri seseorang kepada orang lain atau sebaliknya.
Pengungkapan diri merupakan kebutuhan seseorang sebagai jalan keluar atas
tekanan-tekanan yang terjadi pada dirinya. Proses ini dilakukan dalam dua
bentuk; pertama, dilakukan secara
tertutup yaitu seseorang mengungkapkan informasi diri kepada ornag lain dengan
cara sembunyi-sembunyi melalui ungkapan dan tindakan, dimana ungkapan dan
tindakan tersebut merupakan sebuah keterbukaan tentang apa yang terjadi pada
diri seseorang. Kedua, dilakukan
secara terbuka, jadi seseorang mengungkapkan diri pribadinya kepada rang lain
secara langsung melaui ungkapan dan tindakan yang dikatan secara langsung tanpa
sembunyi-sembunyi.
b. Social
Penetration
Altman dan Talylor mengemukakan
suatu model perkembangan hubungan yang disebut social peneration yaitu proses
dimana orang saling mengenal satu sama lainnya. Penetrasi sosial merupakan
proses bertahap, dimulai dari komunikasi basa basi ang tidak akrab dan terus
berlangsung hingga menyangkut topik pembicaraan yang lebih pribadi dan akrab,
seiring dengan berkembangnya hubungan. Dalam teori ini orang akan membiarkan
orang lain untuk lebih mengenal dirinya secara bertahap. Altman dan Taylor
menggunakan permisalan bawang merah untuk menjelaskan bagaimana orang melalui
interaksi saling mengelupas lapisan-lapisan informasi superfisial, seperti
nama, alamat, atau umur. Ketika lapisan-lapisan ini sudah terkelupas maka kita
semakin mendekati lapisan terdalam yang berisi informasi yang lebih yang lebih
mendasar tentang kepribadian. Altman dan Taylor juga mengatakan adanya dimensi
“keluasan dan kedalaman” dari jenis-jenis informasi yang menjelaskan bahwa pada
setiap lapisan kepribadian. Dimensi keluasan mengacu kepada banyaknya
jenis-jenis informasi pada lapisan tertentu yang dapat diketahui oleh orang
lain dalam pengembangan hubungan. Dimensi kedalaman mengacu pada lapisan
informasi mana yang dapat dikemukakan pada orang lain. Kedalaman ini
diasumsikan dapat terus meningkat sejalan dengan perekembangan hubungan. Model
ini menggambarkan perkembangan hubungan sebagai suatu proses, dimana hubungan
adalah sesuatu yang terus berlangsung dan berubah.
c. Prosess
View
Process view menganggap bahwa
kualitas sifat hubungan dapat diperkirakan hanya dengan menggunakan atribut
masing-masing sebagai individu dan kombinasi antara atribut-atribut tadi.
Hubungan intensif antara orang-orang dalam kelompok primer dapat menyebabkan
lahirnya proocess view. Process view membutuhkan waktu dalam memahami
atribut-atribut yang digunakan diantara orang-orang dalam kelompok primer itu.
d. Social
Exchange
Teori ini menelaah bagaimana
kontribusi seseorang dalam suatu hubungan, dimana hubungan itu menpengaruhi
hubungan itu mempengaruhi kontribusi orang lain. Thibaut dan Kelley, pencetus teori
ini mengemukakan bahwa orang mengevaluasi hubungannya dnegan orang lain dengan
mempertimbangkan konsekuensinya, khususnya terhadap ganjaran yang diperoleh dan
upaya yang telah dilakukan, maka orang akan memutuskan untuk tinggal dalam
hubungan tersebut atau ergi meninggalkannya. Ukuran bagi keseimbangan
pertukaran antara untung dan rugi dalam hubungan dengan orang lain itu disebut
comparison levels, apabila seseorang mendapatkan keuntungan dari hubungannya
dengan orang lain maka orang yang bersangkutan merasa puas dengang hubungan
tersebut. Sebaliknya apabila seseorang merasa rugi berhubungan dengan orang
lain dalam konteks upaya dan ganjaran, maka orang itu cenderung menahan diri
atau meninggalkan hubungan tersebut. Di dalam hubungan ini terdapat banyak
alternatif yang dapat diberikan dalam model pertukaran sosial dimana
pilihan-pilihan dan alternatif tersebut memiliki ukuran yang dapat ditoleransi
seseorang dengan mempertimbangkan alternatif-alternatif yang dimilikinya.
Asumsi tentang perhitungan antara
ganjaran dan upaya (untung-rugi) tidak berarti bahwa orang selalu berusaha
untuk saling mnegeksploitasi, tetapi bahwa orang lebih memilih lingkungan dan
hubungan yang dapat memberikan hasil yang diinginkannya. Tentunya kepentingan
masing-masing orang akan dapat dipertemukan untuk dapat saling memuaskan
daripada mengarah pda hubungan yang eksploiatif. Hubungan yang ideal akan
terjadi bilamana kedua belah pihak dapat saling memberikan cukup keuntungan
sehingga hubungan tersebut menjadi sumber yang dapat diandalkan bagi kepuasan
kedua belah pihak.[16]
BAB
III: METODE PENELITIAN
A. Pendekatan
Penelitian
Pendekatan
yang dilakukan adalah dengan metode kualitatif, dimana metode ini digunakan
untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah. Dengan tujuan untuk memahami
suatu fenomena dalam konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses
interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang
diteliti.
B. Lokasi
Penelitian
SMKN 12
SURABAYA:
Alamat: Jl. Siwalankerto Permai No.1 Surabaya
Phone: 031 - 8436687, Fax. (031) 8491495
Website : smkn12sby.sch.id
Email: smkn12surabaya@yahoo.com
Alamat: Jl. Siwalankerto Permai No.1 Surabaya
Phone: 031 - 8436687, Fax. (031) 8491495
Website : smkn12sby.sch.id
Email: smkn12surabaya@yahoo.com
PETA LOKASI
C. Tahap-Tahap
Penelitian
D. Instrumen
Penelitian
Dalam
penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah
peneliti itu sendiri sehingga peneliti harus “divalidasi”. Validasi terhadap
peneliti, meliputi; pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan
terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki objek
penelitian -baik secara akademik maupun logiknya- (Sugiono,2009:305).
Peneliti
kualitatif sebagai human instrumen berfungsi menetapkan fokus
penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data,
menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan
atas temuannya (Sugiono,2009:306).
E. Metode
Pengumpulan Data
·
WAWANCARA
Wawancara
merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya.
Tehnik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara
mendalam. Wawancara mendalam (in–depth
interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan
atau orang yang diwawancarai, dengan
atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara
dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.
·
KUESIONER
1.
Kamu masuk sekolah ini saat nama
sekolahnya?
a) SMKN
9 SURABAYA
b) SMKN
11 SURABAYA
c) SMKN
12 SURABAYA
2.
Setuju atau tidak dengan penggabungan
antara SMKN 9 dan SMKN 11?
a) Iya,
karena
.......................................................................................
..........................................................................................................
b) Tidak,
karena
...................................................................................
..........................................................................................................
3.
Menurutmu kenapa SMKN 9 dan SMKN 11
digabung?
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
4.
Apa cara yang kamu lakukan untuk
bersosialisasi dengan teman yang awalnya dari sekolah lain dan sekarang menjadi
satu sekolah dengan kalian?
........................................................................................................................
........................................................................................................................
5.
Sepengetahuan anda, apakah pernah ada perselisihan (pada diri anda
sendiri atau pada teman anda) setelah menjadi SMKN 12?
a) Pernah
b) Tidak
Pernah
6.
Jika pernah, perselisihan apa yang terjadi?
Dan mengapa?
........................................................................................................................
........................................................................................................................
7.
Menurutmu upaya apa yang harus dilakukan
para siswa agar tidak terjadi perselisihan lagi?
........................................................................................................................
........................................................................................................................
F. Analisis
Data
Data
yang telah didapat akan di analisis dan diolah menjadi narasi deskriptif untuk menarik
kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan.
BAB
IV: PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
A.
Deskripsi
Obyek Penelitian
SMK Negeri
12 Surabaya merupakan penggabungan 2 sekolah yaitu SMK Negeri 9 (SMKI) dan SMK
Negeri 11 (SMSR) Surabaya sejak tanggal 12-12-2012. SMK Negeri 9 merupakan
sekolah Pertunjukan yang dibuka pada tahun 1987. Dengan Jurusan: Karawitan,
Pedalangan, Seni Tari, Seni Musik, dan Seni teater. Sedang SMK Negeri 11 (SMSR)
dibuka pada tahun 1989 merupakan sekolah bidang SENI RUPA dan Teknologi dengan
Jurusan: Seni Lukis, Animasi, Desain Komunikasi Visual, Multimedia, Produk dan
Desain Kria kayu, Kria Logam, Kria Tekstil, Kria Kulit, Interior dan
Lanscaping, dan Teknik Mesin. Pada awalnya sekolah ini memang menjadi satu.
Pada awal berdiri SMSR terdapat dua jurusan, yaitu Seni Lukis dan Grafis Komunikasi.Tahun 1995 SMSR Surabaya berubah menjadi SMK Negeri 11 Surabaya dengan jurusan Seni Rupa, Kria Kayu, Kria Tekstil, dan Kria Logam.
Seiring
Program Reengineering SMK pada tahun 2002, lahir jurusan baru yaitu Multimedia,
Teknik Pemesinan, Desain Grafis dan Animasi. Dengan adanya spektrum SMK, maka
penamaan dan jumlah jurusan berubah menjadi 10 kompetensi keahliannya yaitu:
Seni Lukis, Desain dan Produksi Kria Kayu, Desain dan Produksi Kria Tekstil,
Desain dan Produksi Kria Logam, Multimedia, Teknik Pemesinan, Desain Komunikasi
Visual, Animasi, Desain dan Produk Kria Kulit, dan Desain Interior dan
Landscaping.
Saat ini SMK Negeri 12 Surabaya
menyandang RSBI dan menerapkan ISO 9001-2008 dan 14001-2004 yang siap memasuki
pasar bebas dan industri kreatif serta untuk meningkatkan kualitas tamatan
telah melaksanakan program sister school dengan sekolah dan praktek di luar
negeri.
SMKN
12 Surabaya memiliki area lahan yang cukup luas. Dibangun di atas lahan 1,7
Hektar tanah. Peralatan dan Mesin Bengkel dari Spanyol dan Laboratorium yang memadai:
1. Laboratorium Komputer Hardware Jaringan
2. Laboratorium Komputer Office Desain
3. Laboratorium Komputer Multi Education
4. Laboratorium KKPI
5. Laboratorium ICT
6. Laboratorium CAD
7. Laboratorium Grafis
8. Laboratorium Animasi
9. Studio Multimedia
10. Studio Fotografi
11. Studio Seni Lukis/Seni Rupa
12. studio lukis smkn11
13. Studio Grafis
14. Studio Airbrush
15. Studio Gambar Teknik
16. Bengkel Patung
17. Bengkel Desain Produk Kriya Kayu
18. Bengkel Kria Kayu
19. Bengkel Desain Produk Kriya Tekstil
20. Bengkel Desain Produk Kriya Logam dan Perhiasan
21. Bengkel Desain Produk Kriya Kulit
22. Bengkel Sablon
23. Bengkel Batik
24. Bengkel Pemesinan
25. Bengkel Mesin
26. Bengkel Kerja bangku dan Kerja Plat
27. Bengkel Las
28. Jaringan Internet/ WIFI
29. Perpustakaan I
30. Perpustakaan II
31. Koperasi
32. Masjid I
33. Masjid II
34. UKS
35. Kantin
36. Kantin sekolah smkn 11 surabaya
37. Unit Produksi
38. R. Bimbingan dan Konseling (BP)
39. Ruang OSIS
40. Studio Rekam
41. Studio Musik/Band
42. Musik Islami
dll
1. Laboratorium Komputer Hardware Jaringan
2. Laboratorium Komputer Office Desain
3. Laboratorium Komputer Multi Education
4. Laboratorium KKPI
5. Laboratorium ICT
6. Laboratorium CAD
7. Laboratorium Grafis
8. Laboratorium Animasi
9. Studio Multimedia
10. Studio Fotografi
11. Studio Seni Lukis/Seni Rupa
12. studio lukis smkn11
13. Studio Grafis
14. Studio Airbrush
15. Studio Gambar Teknik
16. Bengkel Patung
17. Bengkel Desain Produk Kriya Kayu
18. Bengkel Kria Kayu
19. Bengkel Desain Produk Kriya Tekstil
20. Bengkel Desain Produk Kriya Logam dan Perhiasan
21. Bengkel Desain Produk Kriya Kulit
22. Bengkel Sablon
23. Bengkel Batik
24. Bengkel Pemesinan
25. Bengkel Mesin
26. Bengkel Kerja bangku dan Kerja Plat
27. Bengkel Las
28. Jaringan Internet/ WIFI
29. Perpustakaan I
30. Perpustakaan II
31. Koperasi
32. Masjid I
33. Masjid II
34. UKS
35. Kantin
36. Kantin sekolah smkn 11 surabaya
37. Unit Produksi
38. R. Bimbingan dan Konseling (BP)
39. Ruang OSIS
40. Studio Rekam
41. Studio Musik/Band
42. Musik Islami
dll
Jurusan-jurusan yang ada di SMK
Negeri 12 Surabaya:
1. TEKNIK PEMESINAN
2. MULTIMEDIA
3. ANIMASI
4. SENI LUKIS
5. DESAIN KOMUNIKASI VISUAL
6. DESPRO INTERIOR & LANSCAPING
7. DESPRO KRIYA LOGAM
8. DESPRO KRIYA KAYU
9. DESPRO KRIYA KULIT
10. DESPRO KRIYA TEKSTIL
11. SENI TARI
12. SENI KARAWITAN
13. SENI PEDALANGAN
14. SENI MUSIK
15. SENI TEATER
2. MULTIMEDIA
3. ANIMASI
4. SENI LUKIS
5. DESAIN KOMUNIKASI VISUAL
6. DESPRO INTERIOR & LANSCAPING
7. DESPRO KRIYA LOGAM
8. DESPRO KRIYA KAYU
9. DESPRO KRIYA KULIT
10. DESPRO KRIYA TEKSTIL
11. SENI TARI
12. SENI KARAWITAN
13. SENI PEDALANGAN
14. SENI MUSIK
15. SENI TEATER
Diantara ke-15 jurusan di atas terdapat beberapa
diantara siswa yang kami wawancarai antara lain :
1)
Mutia Azizah (
X Tekstil )
2)
Farid F (X
Musik )
3)
Shella Salaz O
(XI Multimedia )
4)
Riza M ( XI
Multimedia )
5)
Bagas Septian
( X Teknik Pemesinan )
6)
Andri Puguh (
X Teknik Pemesinan )
7)
Jalla Pawaka (
XI Musik )
8)
Rias ( XI
Multimedia )
B.
Hasil Penelitian
Kamis 29 juni tahun 2014 kami beserta teman-teman berjumlah 6 orang pergi ke salah satu SMK Negeri yang ada di
Surabaya untuk melakukan penelitian. Kedua SMK Negeri itu adalah yang kini
telah bergabung menjadi satu yaitu SMK Negeri
9 dan SMK Negeri 11 yang menjadi SMK Negeri 12 Surabaya. Sebelum
bergabung menjadi satu, SMK Negeri itu berdiri sendiri tetapi berlokasi satu
tempat yang sama yaitu bersebelahan. Berikut profil dari salah satu SMK Negeri
yang kini bergabung menjadi satu, SMK Negeri 11 Surabaya awalnya, Merupakan
salah satu jurusan di SMKI Surabaya (SMK Negeri 9) yang dibuka pada tahun 1987.
Padasaat menjelang meluluskan angkatan yang pertama pada tahun 1989, memisahkan
diri dari SMKI dan berdirilah SMSR Surabaya.
Pada saat
terdapat dua jurusan, yaitu Seni Lukis dan Grafis Komunikasi. Tahun 1995 SMSR
Surabaya berubah menjadi SMK Negeri 11 Surabaya dengan jurusan Seni Rupa, Kria
Kayu, Kria Tekstil, dan Kria Loga
Seiring
Program Reengineering SMK pada tahun 2002, lahir jurusan baru yaitu Multimedia,
Teknik Pemesinan, Desain Grafis dan Animasi. Dengan adanya spektrum SMK, maka
penamaan dan jumlah jurusan berubah menjadi 10 kompetensi keahliannya yaitu:
Seni Lukis, Desain dan Produksi Kria Kayu, Desain dan Produksi Kria Tekstil,
Desain dan Produksi Kria Logam, Multimedia, Teknik Pemesinan, Desain Komunikasi
Visual, Animasi, Desain dan Produk Kria Kulit, dan Desain Interior dan
Landscaping.
Saat ini SMK Negeri 11 Surabaya menyandang RSBI dan menerapkan ISO
9001-2008 dan 14001-2004 yang siap memasuki pasar bebas dan industri kreatif
serta untuk meningkatkan kualitas tamatan telah melaksanakan program sister
school dengan sekolah dan praktek diluar negeri.
Sesuai dengan visi dan misi menjadikan dirinya sebagai pusat pendidikan
kejuruan SENI RUPA dan TEKNOLOGI terbaik di Indonesia, tujuan utama SMK Negeri
11 Surabaya adalah menghasilkan tenaga ahli dan terampil dalam bidang SENI RUPA
dan TEKNOLOGI yang mampu bekerja secara profesional, baik di lingkungan
masyarakat, pemerintah, maupun industri.
Untuk dapat menyesuaikan diri perkembangan Seni Rupa dan Teknologi, pencapaian tersebut perlu dilakukan dengan memberikan pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan Seni Rupa dan Teknologi saat ini. SMKN 9 dan SMKN 11 sebenarnya memiliki latar belakang yang sama namun karna adanya perbedaan kini kedua SMKN itu berpisah. Dan akhirnya pada tahun 2014 kedua SMKN itu kembali bergabung dengan menyamakan visi dan misi mereka menjadi SMK Negeri 12 surabaya.
Untuk dapat menyesuaikan diri perkembangan Seni Rupa dan Teknologi, pencapaian tersebut perlu dilakukan dengan memberikan pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan Seni Rupa dan Teknologi saat ini. SMKN 9 dan SMKN 11 sebenarnya memiliki latar belakang yang sama namun karna adanya perbedaan kini kedua SMKN itu berpisah. Dan akhirnya pada tahun 2014 kedua SMKN itu kembali bergabung dengan menyamakan visi dan misi mereka menjadi SMK Negeri 12 surabaya.
Kami beserta teman-teman sangat tertarik dengan penggabungan kedua
sekolah tersebut, setiap penggabugan sekolah pasti ada yang namanya setuju dan
tidak setuju. Itu sudah tak terbantahkan lagi, entah itu antara guru dengan
guru ataupun murid dengan sesama murid. Oleh karena itu untuk mengetahui
seberapa banyak yang mendukung penggabungan dan menolaknya kami mensurvey 10
orang murid dari penggabungan sekolah tersebut. Kesepuluh orang murid itu
berasal dari masing masing kelas yang berbeda serta dari jurusan yang berbeda
juga. Seteah kami mebagikan kuesioner, dari 10 murid yang setuju dengan
penggabungan sekeolah ada 5 murid sedangkan 5 murid sisanya mereka menolak
penggabungan kedua sekolah itu. Adapun berbagai alasan dari kesepuluh murid
tersebut, mereka yang setuju dengan penggabungan mengatakan supaya hubungan
kedua sekolah itu lebih harmonis dan bisa memperkuat tali kekeluargaan, ada
juga yang mengatakan supaya sekolahnya bisa menjadi lebih baik dan bertaraf
international, adapun juga yang mengatakan sesama sekolah seni sehingga kalo di
gabungkan bisa menjadi sekolah yang bagus. Namun ada beberapa murid juga yang
mengatakan mereka tidak setuju atau bahkan tidak mendukung dari penggabungan
kedua sekolah tersebut dengan berbagai alasan misalnya ada murid yang merasa
terbebani karena peraturan sekolahnya tidak sesuai atau bahkan peraturan
sekolahnya berbeda yang membuat murid-murid tidak disipin dan ada juga yang
mengatakan peraturannya semakin ketat, lalu ada juga yang mengatakan menurunnya
kualitas SMKN 11 karena dia menganggap bahwa sekolah dia sebelumnya mempunyai
kualitas yang baik dari SMKN 9 yang
tidak mempunyai kualitas yang baik sehingga jika kedua sekolah itu di gabung
maka kualitasnya akan tidak baik dan systemnya akan menjadi berantakan karena
memiliki peraturan yang berbeda.
Lantas kenapa SMKN 9 dan SMKN 11 di gabungkan banyak orang yang
mempertanyakan tentang hal ini begitu pula dengan murid yang tidak tahu, lalu
alasan kenapa kedua sekolah itu digabungkan banyak yang muncul dari murid-murid
di karenakan lokasi dari kedua sekolah tersebut berada di satu komplek yang
sama dan menjadi satu serta banyak juga pendapat yang muncul di karenakan
sekolah SMKN 9 kekurangan minat di karenakan jurusan yang kurang menunjang
sehingga kurangnya murid di sekolah tersebut. Namun ada juga yang beranggapan
mungkin dengan penggabungan kedua sekolah tersebut akan memunculkan
satu-satunya sekolah seni yang bisa memenuhi ke inginan para murid serta orang
tua sehingga bisa menjadi sekolah bagus
di wilayah jawa timur khususnya pada daerah Surabaya. Adapula yang beranggapan
dengan menggabungkan kedua sekolah yang sebenarnya memiliki latar belakang yang
sama ini supaya mempunyai sarana prasarana yang lengkap dan kualitas yang jauh
lebih baik. Namun ada juga murid yang berpendapat ngawur yaitu kepala sekolah
dari SMKN 11 meninggal dunia sehingga mereka kehilangan pemimpinnya. Namun dari
penggabungan sekolah tersebut sebenarnya memiliki tujuan yang baik yaitu untuk
memajukan sekolah.
Kemudian dari penggabungan sekolah tersebut pastilah murid-murid
memerlukan proses adaptasi dan bersosialisasi dari murid yang dahulu berbeda
sekolah, lantas upaya apa sajakah yang bisa di lakukan supaya hubungan murid
yang berbeda sekolah tetap harmonis. Setelah itu banyak upaya dan usaha yang
dilakukan murid-murid agar bisa menemukan kecocokan satu sama lain yaitu dengan
betegur sapa, saling mengingatkan satu sama lain atau bahkan ada yang memulai
berkenalan dengan murid yang lainnya namun ada juga dari murid yang lainnya
yaitu dengan misalnya mengikuti ekstrakulikuler yang dahulu tidak ada di
sekolahnya dan sekarang ada, sehingga murid-murid pun bisa sesegera mungkin bisa
cepat untuk beradaptasi dan sesegera mungkin bisa bersosialisasi serta
bercengkrama dengan murid yang lainnya. Proses sosialisasi ini sangat berguna
untuk kedua murid yang berbeda sekolah ini di karenakan jika tidak saling
besosialisasi ataupun beradaptasi maka tidak akan timbul rasa yang aman, nyaman
dan harmonis antara murid dari kedua sekolah tersebut.
Setelah begitu banyaknya persoalan karena terjadinya penggabungan antara SMK Negeri 9 dan SMK Negeri 11 menjadi SMK Negeri 12 ternyata murid-murid dari kedua sekolah tersebut sebagian ada yang mengatakan mempunyai hubungan yang baik dengan teman beda sekolahnya ada juga yang mempunyai banyak perselisihan. Peselisihan tersebut banyak terjadi antara sesama murid di karenakan ada yang tidak setuju sekolahnya yang lama di gabungkan dengan sekolah yang lain ada juga persoalan yang lain misalnya yang teradi di di dalam kelas di karenakan munculnya perbedaan pendapat antara murid yang satu dengan murid yang lainnya. Ada juga persoalan yang terjadi di luar sekolah seperti murid-murid saling menjelek-jelekkan sekolahnya yang dulu dan menganggap bahwa sekolahnya lebih baik sebelum di gabungkan sehingga terjadilah perkelahian antara murid-murid itu. Ada juga yang memperebutkan masalah cewek. Lalu ada persoalan yang terjdi sebelum kedua sekolah itu bergabung di antara sewaktu SMKN 11 mengadakan acara pensi namun anak sekolah SMKN 9 tidak ikut berpartisipasi dalam membantu mempersiapkan acara itu tersebut. Yang namanya perselisihan di antara kedua murid sekolah itu pasti terjadi, terlebih juga mereka masih anak remaja yang mempunyai emosi yang labil sehingga masih bisa terjadinya perselisihan namun ada juga murid yang bersikap dewasa dan tidak ingin mempermasalahkan soal penggabungan dan perbedaan sekolah mereka karena dia menganggap ini juga untuk kebaikan sekolah supaya bisa menjadi yang lebih baik.
Setelah begitu banyaknya persoalan karena terjadinya penggabungan antara SMK Negeri 9 dan SMK Negeri 11 menjadi SMK Negeri 12 ternyata murid-murid dari kedua sekolah tersebut sebagian ada yang mengatakan mempunyai hubungan yang baik dengan teman beda sekolahnya ada juga yang mempunyai banyak perselisihan. Peselisihan tersebut banyak terjadi antara sesama murid di karenakan ada yang tidak setuju sekolahnya yang lama di gabungkan dengan sekolah yang lain ada juga persoalan yang lain misalnya yang teradi di di dalam kelas di karenakan munculnya perbedaan pendapat antara murid yang satu dengan murid yang lainnya. Ada juga persoalan yang terjadi di luar sekolah seperti murid-murid saling menjelek-jelekkan sekolahnya yang dulu dan menganggap bahwa sekolahnya lebih baik sebelum di gabungkan sehingga terjadilah perkelahian antara murid-murid itu. Ada juga yang memperebutkan masalah cewek. Lalu ada persoalan yang terjdi sebelum kedua sekolah itu bergabung di antara sewaktu SMKN 11 mengadakan acara pensi namun anak sekolah SMKN 9 tidak ikut berpartisipasi dalam membantu mempersiapkan acara itu tersebut. Yang namanya perselisihan di antara kedua murid sekolah itu pasti terjadi, terlebih juga mereka masih anak remaja yang mempunyai emosi yang labil sehingga masih bisa terjadinya perselisihan namun ada juga murid yang bersikap dewasa dan tidak ingin mempermasalahkan soal penggabungan dan perbedaan sekolah mereka karena dia menganggap ini juga untuk kebaikan sekolah supaya bisa menjadi yang lebih baik.
Hingga akhirnya upaya apa yang harus di lakukan oleh murid-murid supaya
tidak akan terjadi perselisihan lagi, di sinilah peran penting guru untuk
mendamaikan perselisihan antar murid di sekolahnya. Tapi tak hanya guru saja
muridpun juga harus berusaha bersikap seperti biasa, seperti sopan, santun, santai, dewasa tidak
membesar-besarkan masalah dan saling
menghargai dan menghormati antar murid sehingga di sekoalah bisa tercipta rasa
aman dan nyaman. Selain itu rasa kekeluargaan juga harus di tumbuhkan antar
sesama murid agar tidak adanya perselisihan dan kalaupun perselisihan akan
kembali terulang lagi sebaiknya para guru segera mendamaikannya kembali agar tidak
ada rasa permusuhan serta dendam antara sesama murid. Sehingga di sekolahpun
akan terasa damai dan proses belajar mengajarpun bisa berlangsung dengan
evektif tanpa ada gangguan dari murid yang saling berselisih. Alangkah lebih
baiknya di antara warga sekolahan saling mempunyai sifat kekeluargaan yang erat
dan beginlah seharusnya yang terjadi di sekolahan sehingga akan membentuk
kepribadian serta karakter yang kuat dan positif dari seorang murid. Tak hanya
di sekolah saja, di lingkungan tempat tinggal kita pun kita harus menimbulkan
rasa saling menghargai dan menghormati antar sesama warga agar terciptanya rasa
yang rukun serta damai dan sentosa.
C.
Telaah Teori Tentang Hasil Penelitian
Hasil
pembagian kuensioner dan analisis tentang teori yang dapat disimpulkan sebagai
berikut
·
Mereka yang setuju dengan penggabungan mengatakan
supaya hubungan kedua sekolah itu lebih harmonis dan bisa memperkuat tali
kekeluargaan, ada juga yang mengatakan supaya sekolahnya bisa menjadi lebih
baik dan bertaraf international, adapun juga yang mengatakan sesama sekolah
seni sehingga kalo di gabungkan bisa menjadi sekolah yang bagus.
Menurut
teori
Mengapa
suatu hal itu terjadi dapat dimaksukan Bahwa masyarakat
terbentuk atas berbagai sub-struktur yag dalam fungsi-fungsi mereka saling
tergantung satu sama lain, sehingga perubahan-perubahan yang terjadi dalam
fungsi satu sub-struktur dengan sendirinya akan tercermin pada
perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur-struktur lainnya pula karena dari siswa yang setuju itu mengatakan katnya
supaya hubungan kedua sekolah itu lebih harmonis dan bisa memperkuat tali
persaudaraan.
·
Kedua sekolah itu digabungkan banyak yang muncul dari
murid-murid di karenakan lokasi dari kedua sekolah tersebut berada di satu
komplek yang sama dan menjadi satu serta banyak juga pendapat yang muncul di
karenakan sekolah SMKN 9 kekurangan minat di karenakan jurusan yang kurang
menunjang sehingga kurangnya murid di sekolah tersebut.
Menurut
teori
Pemahaman mengenai hubungan merupakan suatu aspek
penting dalam studi komunikasi antarpribadi, karena hubungan berkembang dan
juga berakhir melaui komunikasi. Berikut akan dibahas bagaimana hubungan
terbentuk dan berakhir.
·
Setelah
itu banyak upaya dan usaha yang dilakukan murid-murid agar bisa menemukan
kecocokan satu sama lain yaitu dengan betegur sapa, saling mengingatkan satu
sama lain atau bahkan ada yang memulai berkenalan dengan murid yang lainnya
namun ada juga dari murid yang lainnya yaitu dengan misalnya mengikuti
ekstrakulikuler yang dahulu tidak ada di sekolahnya dan sekarang ada, sehingga
murid-murid pun bisa sesegera mungkin bisa cepat untuk beradaptasi dan sesegera
mungkin bisa bersosialisasi serta bercengkrama dengan murid yang lainnya.
Proses sosialisasi ini sangat berguna untuk kedua murid yang berbeda sekolah
ini di karenakan jika tidak saling besosialisasi ataupun beradaptasi maka tidak
akan timbul rasa yang aman, nyaman dan harmonis antara murid dari kedua sekolah
tersebut
Menurut teori
Di
dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, hubungan antar pribadi memainkan peran
penting dalam membentuk kehidupan. Masyarakat, terutama katika hubungan itu
mampu memberi dorongan kepada orang tertentu yang berhubungan dengan perasaan,
pemahaman informasi, dukungan, dan berbagai bentuk komunikasi yang mempengaruhi
citra diri orang serta membantu orang untuk memahami harapan-harapan orang
lain.
Sehingga para siswa tersebut
bisa berinteraksi memahami image dari SMK 9 dan SMK 1. Ditambah lagi dengan
teori social penetration, teori tersebut mengemukakan dimana
orang saling mengenal satu sama lainnya.
·
Setelah
begitu banyaknya persoalan karena
terjadinya penggabungan antara SMK Negeri 9 dan SMK Negeri 11 menjadi
SMK Negeri 12 ternyata murid-murid dari kedua sekolah tersebut sebagian ada
yang mengatakan mempunyai hubungan yang baik dengan teman beda sekolahnya ada
juga yang mempunyai banyak perselisihan. Peselisihan tersebut banyak terjadi antara sesama murid di
karenakan ada yang tidak setuju sekolahnya yang lama di gabungkan dengan
sekolah yang lain ada juga persoalan yang lain
Menurut teori
Pendekatan
konflik atau pendekatan Marxien merupaka pendekatan alternatif paling menonjol
saat ini terhadap pendekatan struktural-fungsional sosial makro. Karl Max
adalah tokoh yang mencetuskan gerakan sosialis internasional. Meskipun sebagian
besar asumsinya yang dalam pengertian modern diakui sebagai teori sosiologis.
Namun para engikut Marx menggunakan pedoman-pedoman sosiologis dan ideologi
Marx secara sangat eksplit, sedangkan praktek ideologis hanya secara implisit
terdapat dalam tulisan-tulisan para penganut pendekatan struktural-fungsional.
·
peran
penting guru untuk mendamaikan perselisihan antar murid di sekolahnya. Tapi tak
hanya guru saja muridpun juga harus berusaha bersikap seperti biasa, seperti
sopan, santun, santai, dewasa tidak
membesar-besarkan masalah dan saling
menghargai dan menghormati antar murid sehingga di sekoalah bisa tercipta rasa
aman dan nyaman.
Menurut teori
Pendekatan ini merupakan pendekatan interdisiplin,
yakni sebuah pendekatan yang mengkaji hubungan-hubungan yang terjadi di
masyarakat. Kemudian pendekatan ini digabungkan dengan pendekatan simbolisme
dengan asumsi bahwa semua interaksi dalam masyarakat akan terlihat jelas
apabila dihubungkan dengan simbol-simbol yang berlaku dalam masyarakat itu sendiri. Jadi
pendekatn interaksionisme-simbolis ini merupakan sebuah perspektif mikro dalam
sosiologi yang sangat spesikulatif pada tahapan analisisna, tetapi pendekatan
ini mengansung sedikit sekali perasangaka ideologisnya.
·
persoalan
yang terjadi di luar sekolah seperti murid-murid saling menjelek-jelekkan
sekolahnya yang dulu dan menganggap bahwa sekolahnya lebih baik sebelum di
gabungkan sehingga terjadilah perkelahian antara murid-murid itu. Ada juga yang
memperebutkan masalah cewek. Lalu ada persoalan yang terjdi sebelum kedua sekolah
itu bergabung di antara sewaktu SMKN 11 mengadakan acara pensi namun anak
sekolah SMKN 9 tidak ikut berpartisipasi dalam membantu mempersiapkan acara itu
tersebut. Yang namanya perselisihan di antara kedua murid sekolah itu pasti
terjadi, terlebih juga mereka masih anak remaja yang mempunyai emosi yang labil
sehingga masih bisa terjadinya perselisihan namun ada juga murid yang bersikap
dewasa dan tidak ingin mempermasalahkan
soal penggabungan dan perbedaan sekolah mereka karena dia menganggap ini
juga untuk kebaikan sekolah supaya bisa menjadi yang lebih baik.
Menurut teori
Teori konflik adalah teori yang
memandang bahwa perubahan social tidak terjadi melalui proses penyesuaian nilai-nilai yang membawa perubahan,
tetapi terjadi akibat adanya konflik yang menghasilkan kompromi-kompromi yang berbeda
dengan kondisi semula. Teori
ini didasarkan pada pemilikan sarana- sarana produksi sebagai unsur pokok
pemisahan kelas dalam masyarakat.
BAB
V: PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Sosiologi pada hakikatnya bukanlah semata-mata ilmu
murni (pure science)yang hanya mengembangkan ilmu pengetahuan secara abstrak
demi usaha peningkatan kualitas ilmu itu sendiri, namun sosiologi bisa juga
menjadi ilmu terapan (applied science) yang menyajikan cara-cara untuk
mempergunakan pengetahuan ilmiyahnya guna memecahkan masalah praktis atau
masalah sosial yang perlu ditanggulangi.
Ruang lingkup sosiologi antara lain :
1.
Ekonomi beserta kegiatan usahanya secara
prinsipil yang berhubungan dengan produksi, distribusi, dan penggunaan sumber-sumber
kekayaan alam
2.
Masalah manajemen yaitu pihak-pihak yang
membuat kajian berkaitan dengan apa yang dialami warganya.
3.
Persoalan sejarah yaitu berhubungan
dengan catatan kronologis, misalnya usaha kegiatan manusia beserta prestasinya
yang tercatat.
Pola pendekaan sosiologi komunikasi :
1.
Pendekatan
strukural-fugsional,
2.
Pendekatan
konflik,
3.
Pendekatan
interaksionisme-simbolis.
Teori-teori sosiologi komunikasi mengenai komunikasi
antarpribadi, antara lain :
1. Persepsi
tehadap diri sendiri (self perception)
2. Kesadaran
pribadi (self awareness)
3. Pengungkapan
diri (self disclosure)
Adapun tambahan mengenai teori hubungan antarpribadi,
antara lain :
1. Memahami
hubungan antar pribadi
2. Teori-teori
pengembangan hubungan
a. Self
Disclosure
b. Social
Penetration
c. Prosess
View
d. Social
Exchange
Komunikasi antar pribadi merupakan
proses komunikasi yang terjadi antar individu ataupu antar perorangan dan
bersifat pribadi baik yang terjadi secara langsung (tanpa medium) maupun tidak
langsung (melalui medium). Kegiatan-kegiatan
seperti percakapan tatap muka (face to face communication), percakapan
melalui telepon, surat menyurat pribadi, merupakan contoh-contoh komunikasi
antar pribadi.
Teori
Atraksi Antar pribadi, yang menggambarkan faktor manusia tertarik dan menyukai
orang lain dengan itu Atraksi antar pribadi sebagai salah komponen utama yang
menjadikan kita berkomunikasi dengan orang lain.
Teori
Konflik Sosial, adalah Marxis berbasis teori sosial yang berargumen bahwa
individu-individu dan kelompok-kelompok (kelas sosial) dalam masyarakat
mempunyai pendapat yang berbeda dalam jumlah materi dan non-sumber daya materi
(orang kaya vs orang miskin) dan bahwa kelompok-kelompok yang lebih kuat
menggunakan kekuatan dalam untuk untuk mengeksploitasi
kelompok-kelompok dengan daya yang lebih kecil.
Teori Komunikasi Antar Pribadi
sebagai suatu proses yang berkembang, dalam realitanya segala sesuatu adanya
proses dan mengalami pasang surutnya. Dan perubahan-perubahan itu relah terjadi
abad sebelumnya dimana era komunikasi mengalami perkembangan, diantranya:
ĂĽ
era komunikasi tulisan,
ĂĽ
era komunikasi cetakan,
ĂĽ
era komunikasi telekomunikasi, dan
ĂĽ
era komunikasi interaktif.
B. SARAN
Berdasarkan penelitian yang kami lakukan, saran kami
untuk pihak sekolah atas penggabungan dua sekolah tersebut, yaitu:
1.
Siswa yang tidak setuju dan berontak ke pihak sekolah (kepala sekolah) dengan
cara memberikan alasan
tetapi tidak secara anarkis yaitu dengan berbicara baik-baik atau dengan
perwakilan dari pihak
osis.
2.
Seharusnya pihak sekolah juga
mempertimbangkan dampaknya,
yaitu para siswa menjadi malas
untuk belajar hanya bermain-main tidak akan konsen soalnya banyak konflik-konflik
yang menyebabkan ketidaknyamanan seperti perkelahian.
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin.
2000. Sosiologi: Suatu Pengantar Awal. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Bagong,
Suyanto J. Dwi Narwoko. 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta:
Kencana Media Group.
Ba-Yunus,
Ilyas dan Ahmad, Farid. 1996. Sosiologi Islam: Sebuah Pendekatan.
Bandung:Mizan.
Berger,
Peter L. & Hansfried Kellner. 1985. Sosiologi Ditafsirkan Kembali. Jakarta:
LP3ES.
Bungin,
Burhan. 2007. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus teknologi
Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana.
Devito, A. Joseph. 1997. Komunikasi
Antar Manusia, Kuliah Dasar Edisi Kelima. Jakarta: Professional Books.
Goldberg, A. Alvin, Larson, E. Carl,
2006. Komunikasi Kelompok, Jakarta :
Penerbit Universitas Indonesia.
Hidayat,
Dasrun. 2012. Komunikasi Antarpribadi dan Medianya. Yogyakarta: Graha Ilmu
Horton,
B. Paul & Hunt, L. Chester. 1987. Sosiologi Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Kartasapoetra,
G. 1987. Sosiologi Umum. Jakarta: Bina Aksara.
Marx, Karl. Capital: A Critic
of Political Economy. Volume 3. Penguin Classics and
New
Left Review. Translated by David
Frenbach.
Mills, C. Wright. 1962. The Marxist. Dell Publishing Co. Dalam: Ransford. Social Stratification.
Narwoko,
J. Dwi, Suyanto, Bagong. 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta:
Kencana.
Pace, R. Wayne, Faulus, F. Don. 2005. Komunikasi
Organisasi, Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Polak,
J.B.A.F. Maijor. 1991. Sosiologi: Suatu Buku Pengantar Ringkas. Jakarta:
Ichtiar Baru-Van Hoeve.
Rakhmat, Jalaludin, 2008. Psikologi
komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Randall
Collins. 1974. Conflict Sociology: Toward an Explanatory Science. New York:
Academic Press.
Ritzer,George.
1992. Sociological Theory. New York: Mc Graw-Hill.
Soemardjan,
Selo & Soemandi, Soelaeman. 1964. SetangkaiBunga Sosiologi. Jakarta:
Yayasan Penerbit Fakultas Ekonomi.
Stiglitz, Joseph. 2006. Dekade Keserakahan: era 90-1n dan awal mula petaka ekonomi dunia. Penerbit Marjin Kiri. Judul asli: ”The Roaring
Nineties, Towards a
New Paradigm
in Monetary Economics”.
Turner, Jonathan H. 1982. The Structure of Sociological Theory. Third edition. The
Dorsey Press, Homewood Illinois
dan Irwin-Dorsey Limited, Georgetown, Ontario
Turner, Jonathan H. dan Leonard Beeghley. 1981. The Emergence of Sociological Theory. The Dorsey Press, Homewood Illinois dan Irwin-Dorsey Limited, Georgetown,
Ontario.
Artikel dan Jurnal
[1] Horton dan Hunt, 1987:41
[2] Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto,
2004:2
[3] Berger dan Kellner, 1985:5
[4] Occupation Outlook handbook,
1980-1981, US Departement of labor, 1980:431
[5] Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto,
2004:4
[6] Soemardjan dan Soemardi, 1964:14
[7] Randall
Collins, Conflict Sosiology: Toward an Explanatory Science, 1974, New York,
halaman 19
[8] Geoge
Ritzer, Sociological Theory, 1992, Ne York, halaman 28
[9]
G.Kartasapoetra dan L.J.B. Kreimes, Sosiologi Umum, 1987, jakarta, halaman 1-2
[10] Burhan
Bungin, Sosiologi Komunikasi: teori, paradigma, dan diskursus teknologi
komunikasi di masyarakat, 2007, Jakarta Pusat, halaman 26-31
[11] Maijor
Polak, Sosiologi Suatu Pengentar Ringkas, 1991, Jakarta, halaman 22
[12] Ilyas
Ba-Yunus dan Farid Ahmad, Sosiologi Islam: Sebuah Pendekatan, 1996, Bandung,
halaman 20-24
[15] Burhan
Bungin, Sosiologi Komunikasi: teori, paradigma, dan diskursus teknologi
komunikasi di masyarakat, 2007, Jakarta Pusat, halaman 260-262
[16]
elib.unikom.ac.id/download.php?id=104344