DINAMIKA SOSIOLOGI KOMUNIKASI ANTAR SISWA DI SMK NEGERI 12 SURABAYA (84 Halaman Micr. Word)

on Jumat, 22 Agustus 2014
BAB I: PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
SMK Negeri 12 Surabaya merupakan penggabungan 2 sekolah yaitu SMK Negeri 9 (SMKI) dan SMK Negeri 11 (SMSR) Surabaya sejak tanggal 12-12-2012. SMK Negeri 9 merupakan sekolah Pertunjukan yang dibuka pada tahun 1987. Dengan Jurusan: Karawitan, Pedalangan, Seni Tari, Seni Musik, dan Seni teater. Sedang SMK Negeri 11 (SMSR) dibuka pada tahun 1989 merupakan sekolah bidang SENI RUPA dan Teknologi dengan Jurusan: Seni Lukis, Animasi, Desain Komunikasi Visual, Multimedia, Produk dan Desain Kria kayu, Kria Logam, Kria Tekstil, Kria Kulit, Interior dan Lanscaping, dan Teknik Mesin. Pada awalnya sekolah ini memang menjadi satu.
Pada awal berdiri SMSR terdapat dua jurusan, yaitu Seni Lukis dan Grafis Komunikasi.Tahun 1995 SMSR Surabaya berubah menjadi SMK Negeri 11 Surabaya dengan jurusan Seni Rupa, Kria Kayu, Kria Tekstil, dan Kria Logam.
Seiring Program Reengineering SMK pada tahun 2002, lahir jurusan baru yaitu Multimedia, Teknik Pemesinan, Desain Grafis dan Animasi. Dengan adanya spektrum SMK, maka penamaan dan jumlah jurusan berubah menjadi 10 kompetensi keahliannya yaitu: Seni Lukis, Desain dan Produksi Kria Kayu, Desain dan Produksi Kria Tekstil, Desain dan Produksi Kria Logam, Multimedia, Teknik Pemesinan, Desain Komunikasi Visual, Animasi, Desain dan Produk Kria Kulit, dan Desain Interior dan Landscaping.
Saat ini SMK Negeri 12 Surabaya menyandang RSBI dan menerapkan ISO 9001-2008 dan 14001-2004 yang siap memasuki pasar bebas dan industri kreatif serta untuk meningkatkan kualitas tamatan telah melaksanakan program sister school dengan sekolah dan praktek di luar negeri.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pola sosiologi komunikasi antar siswa yang terjadi di SMK Negeri 12 Surabaya ?
2.      Kendala-kendala apa saja dihadapi oleh siswa dalam melakukan menerapkan sosiologi di SMK Negeri 12 Surabaya ?  

C.     Tujuan Penelitian
1.      Untuk mengetahui pola sosiologi komunikasi antar siswa di SMK Negeri 12 Surabaya.
2.      Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh siswa dalam melakukan menerapkan sosiologi di SMK Negeri 12 Surabaya.
3.      Untuk mencari solusi dari kendala-kendala yang dihadapi oleh siswa dalam melakukan menerapkan sosiologi di SMK Negeri 12 Surabaya.

D.    Manfaat Penelitian
Penelitian ini tentu diharapkan dapat bermanfaat:
1.      Bagi Siswa, agar lebih memahami karakter orang lain yang sedang berkomunikasi melalui interaksi sosial.
2.      Bagi Guru, agar dapat memahami karakter siswa/i dalam bersosialisasi di sekolah.
3.      Bagi Peneliti, agar lebih mengetahui pola sosiologi yang diterapkan di dunia luar.
E.     Definisi Konsep
Sosiologi komunikasi adalah kekhususan sosiologi dalam mempelajari interaksi sosial yaitu suatu hubungan atau komunikasi yang menimbulkan proses saling pengaruh-memengaruhi antara para individu, individu dengan kelompok maupun antarkelompok.

F.      Sistematika Pembahasan
Laporan penelitian ini dibagi atas beberapa bagian. Bagian pertama adalah pendahuluan. Pada bagian ini diuraikan latar belakang penelitian, permasalahan-permasalahan yang tercakup pada penelitian, tujuan penelitian, manfaat yang dapat diambil dari penelitian, serta definisi konsep. Dan dibagian akhir diuraikan sistematikan penyajian laporan penelitian.
Bagian kedua berisi tinjauan pustaka. Pada bagian ini dipaparkan teori-teori serta pustaka yang dipakai pada waktu penelitian. Teori-teori ini diambil dari buku literatur dan dari internet. Teori yang dibahas meliputi teori tentang sosiologi komunikasi beserta ruang lingkupnya, pola-pola pendekatan sosiologi komunikasi, dsb.
Bagian ketiga memaparkan langkah-langkah yang digunakan untuk membahas permasalahan dalam penelitian. Pada bagian ini dijelaskan bagaimana penelitian yang dilakukan, menggunakan pendekatan apa, siapa subjek dan apa objek penelitiannya. Bagian ini diberi judul Metode Penelitian.
Bagian keempat menjelaskan tentang analisis data. Pada bagian ini berisi deskripsi tentang data-data penelitian dan juga analisis hasil penelitian.
Dibagian akhir (bagian ke lima) akan dituliskan simpulan dari hasil penelitian serta saran bagi pihak lain yang akan melanjutkan penelitian ini.
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

A.    Sosiologi Komunikasi
a.       Pengertian Sosiologi Komunikasi
Sosiologi pada hakikatnya bukanlah semata-mata ilmu murni (pure science)yang hanya mengembangkan ilmu pengetahuan secara abstrak demi usaha peningkatan kualitas ilmu itu sendiri, namun sosiologi bisa juga menjadi ilmu terapan (applied science) yang menyajikan cara-cara untuk mempergunakan pengetahuan ilmiyahnya guna memecahkan masalah praktis atau masalah sosial yang perlu ditanggulangi. [1] seorang sosiolog yang bekerja ditataran praksis, ia tidak sekedar meneliti masalah sosial untuk membangun proposisi dan mengembangkan teori, tetapi sosiologi bukanlah seperangkat doktrin yang kaku dan selalu menekan apa yang seharusnya terjadi, melainkan ia adalah semacam ilmu yang selalu mencoba “menelanjangi” realitas, yaitu mengunkap fakta-fakta tersembunyi dibalik realitass yang tampak.[2] Beberapa ciri sosiolog yang inheren adalah pengauannya yang rendah hati terhadap realitas dan sifatnya yang subversif. Sosiologi selalu tidak percaya pada apa yang tampak sekilas dan selalu mencoba menguak serta membongkar apa yang tersembunyi dibalik realitas nyata, karena sosiologi berkeyakinan bahwa “dunia bukanlah sebagaimana nampaknya, tetapi dunia yang sebenarnya baru bisa dipahami jika dikaji secara mendalam dan diinterpretasikan.”[3]
Subjek kajian sosiologi paling sulit dimengerti dan diramalkan karena perilaku manusia meruakan persilangan antara individualitas dan sosialitas, yaitu keduanya saling mengisi dan meresapi. Sosiologi mempelajari perilaku sosial manusia dengan meneliti kelompok yang dibangunnya. Kelompok tersebut mencakup: keluarga, suku bangsa, komunitas dan pemerintahan, dan berbagai organisasi sosial, agama, politik, bisnis, dan organisasi lainnya. Sosiolog mempelajari perilaku dan interaksi kelompok, menelusuri asal-usul pertumbunhannya, serta menganalisis pengaruh kegiatan kelompok terhadap anggotanya, yaitu: masyarakat, komunitas, keluarga, perubahan gaya hidup, struktur, mobilitas sosial, gender, interaksi sosial, perubahan sosial, perlawanan sosial, konflik, intergrasi sosial, dan lain sebagainya.[4] Sosiologi mempelajari tingkah laku manusia sebagai anggota masyarakatbukan sebagai individu yang terlepas dari kehidupan masyarakat. Fokus bahasan sosiologi adalah interaksi mausia, yaitu pada pengaruh imbal balik diantara dua orang atau lebih dalam perasaan, sikap, dan tindakan. Sosiologi tidak begitu menitikberatkan pada apa yang terjadi di dalam diri manusia melainkan pada apa yang berlangsung diantara manusia.[5] Selo Soemardjan dan Soeleman Soemarsi mendefinisikan sosiologi adalah ilmu yang memperlajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan sosial. Struktur sosial adalah keseluruhan jarinagn antara unsur-unsur sosial yang pokok, yaitu kaidah-kaidah sosial, lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok sosial, serta lapisan-lapisan sosial. Sedangkan proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama. [6]
Pada intinya dapat dikatakan bahwa sosiologi bukan hanya suatu kumpulan subdisiplin segala bidang kehidupan, melainkan merupakan suatu studi tentang masyarakat. Walaupun sebagian objek sosiologi sama dengan pengetahuan lainnya tetapi sosiologi memandang kehidupan bernasyarakat dengan cara sendiri.
b.      Ruang Lingkup Sosiologi Komunikasi
Ruang lingkup sosiologi lebih luas daripada ilmu-ilmu pengetahuan sosial lainnya, karena sosiologi mencakup semua interaksi antara individu-individu dan kelompok-kelompok dalam kehidupan masyarakat.[7] Ruang lingkup kajian sosiologi tersebut dirincikan menjadi beberapa hal, sebagai berikut:[8]
1.      Ekonomi beserta kegiatan usahanya secara prinsipil yang berhubungan dengan produksi, distribusi, dan penggunaan sumber-sumber kekayaan alam
2.      Masalah manajemen yaitu pihak-pihak yang membuat kajian berkaitan dengan apa yang dialami warganya
3.      Persoalan sejarah yaitu berhubungan dengan catatan kronologis, misalnya usaha kegiatan manusia beserta prestasinya yang tercatat
Sosiologi menggabungkan data dari berbagai ilmu pengetahuan sebagai dasar penelitiannya. Sosiologi dapat juga dihubungkan dengan kejadian-kejadian sejarah sepanjang kejadian tersebut memberikan keterangan beserta uraiannya beserta proses kelangsungan hidup kelompok-kelompok atau, atas ketahanan-ketahanan yang umum pada beberapa peristiwa dalam perjalanan sejarah dari kelompok-kelompok manusia. Sejarah sosiologi adalah bidang-bidang studi yang dikhususkan untuk memanfaatkn metode-metode dan teknik-teknik ilmu pengetahuan kesejarahan, meskipun demikian persoalan pokoknya adalah denganmemperhatikan fakta serta nilai bagi para mahasiswa dari berbagai bidang ilmu dan pengetahuan.
Sosiologi mempertimbangkan keseluruhan lingkungan dan kebiasaan manusia sepanjang kenyataan-kenyataan mempengaruhi pengalaman-pengalaman yang ditanggung manusia dan proses-proses dari kehidupan kelompoknya. Sepanjang kelompok itu hidup, dengan jelas sedikit banyak akan membedakan bentuk-bentuk, cara-cara, standar, mekanisme, masalah-masalah dan perkembangan sifat-sifat kelompok tersebut. Semua fakta ini mempengaruhi hubungan-hubungan diantara manusia-manusia dan menyusun pengaruh besar bagi analisasi sosiologi.[9]
Menurut Burhan Bungin, sosiologi komunikasi terdiri dari lima konsep sekaligus menjadi ruang lingkup sosiologi komunikasi, ke-lima konsep tersebut yakni; sosiologi, masyarakat, teknlogi telematika, komunikasi, dan sosiologi komunikasi.[10]
1.      Sosiologi
Kata sosiologi berasala dari kata sofie, yaitu bercocok tanam atau bertaman, kemudian berkembang menjadi socius dalam bahasa Latin yang berarti teman, kawan. Berkembang lagi menjadi kata sosial yang artinya berteman, bersama, berserikat. Kata sosial maksudnya adalah hal-hal mengenai berbagai kejadian dalam masyarakat yaitu persekutuan manusia, dan selanjutnya dengan pengertian itu untuk dapat berusaha mendatangkan perbaikan dalam kehidupan bersama. Menurut Pitirin Sorokin sosiologi adalah ilmu yang mempelajari:
-        Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial (misalnya, antara gejala ekonomi dan agama, keluarga dengan moral, hukum dengan ekonomi, gerak politik dengan masyarakat, dan lain sebagainya).
-        Hubungan dengan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala nonsosial (misalnya, gejala geografis, gejala biologis, dan lain sebagainya).
-        Ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial
Roucek dan Warren mengemukakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antar manusia dalam kelompok. Selo Soemardjan dan Soeleman Soemardi mengatakan bahwa sosiologi adalah ilmu  yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termsuk perubahan-perubahan sosial. Struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok, yaitu kaidah-kaidah sosial atau norma-norma sosial, lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok, serta lapisan-lapisan sosial. Proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara segi kehidupan hukum dan segi kehidupan agama, antara segi kehodupan hukum dan segi kehidupan ekonomi, dan lain sebgainya. Salah satu proses sosial yang bersifat tersendiri ialah dalam hal terjadi perubahan-perubahan didalam struktur sosial. Pembentukan struktur sosial sendiri tidak terlepas dari adanya aktivitas interaksi sosial. Interaksi sosial adalah suatu hubungan dimana terjadi proses saling pengaruh-mempengaruhi antara para individu, antara individu sengan lkelompok, maupun antar kelompok.


2.      Masyarakat
Masyarakat adalah objek sosiologi, beberapa pengertian dibuat oleh Ralph Linton bahwa masyarakat merupakan sekelompok manusia yang telah hidup dan beekerja sama cukup lama, sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas. Selo Soemardjan menyatakan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan.
Pengertian manusia yang hidup bersama dalam ilmu sosial tidak mutlak jumlahnya, bisa saja dua orang atau lebih. Manusia tersebut hidup dalam waktu yang relatif lama, dan akhirnya melahirkan manusia-manusia baru yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Hubungan antar manusia itu, kemudian melahirkan keinginan, kepentingan, perasaan, kesan, penilaiaan dan lain sebagainya. Keseluruhan itu kemudian mewujudkan adanya sistem komunikasi dan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antara manusia dengan masyarakat tersebut. Dalam sistem hidup tersebut, maka, muncullah budaya yang mengingkat antara satu manusia dengan manusia lainnya.
Dari dua definisi yang telah dipaparkan di atas jelaslah bahwa masyarakat itu terdiri dari kumpulan orang-orang yang hidup berdampingan (hidup bersama) dalam satu wilayah dan terkait oleh aturan-aturan atau norma-norma sosial yang mereka tentukan dan taati.



3.      Teknologi telematika
Istilah teknologi telematika (telekomunikasi, media, dan informatika) bermula dari istilah teknlogi informasi (Information Technology atau IT). Istilah ini mulai populer diakhir dekade 70-an. Pada masa sebelumnya, teknologi komputer atau pengelohan data elektronik atau PDE (Electronic Data Processing atau EDP).
Istilah telematika lebih ke arah penyebutan kelompok teknologi yang disebutkan secara bersama-sama, namun sebenarnya yang dimaksudkan adalah teknologi informasi yang digunakan di media massa serta teknologi elekomunikasi yang umumnya digunakan dalam bidang komunikasi lainnya.
Istilah teknologi sering kali rancu dengan istlah sistem informasi itu sendiri dan kadang menjadi bahan perdebatan. Ada yang menggunakan istilah teknologi informasi untuk menjabarkan sekumpulan sistem informasi, pemakai, dan manajemen. Pendapat ini menggambarkan teknologi dalam erspektif yang luas. Namun menurut Alter teknologi informassi hanyalah bagian dari sistem komunikasi.
Menurut kamus Oxford (1995), teknologi informasi adalah studi atau penggunaan peralatan elektronika, terutama komputer untuk menyimpan, menganalisis, dan mendistribusikan informasi apa saja temasuk kata-kata, bilangan, dan gambar. Menurut Alter (1992), teknologi informasi mencakup perangkat keras dan perangkat lunak untuk melaksanakan satu atau sejumlah tugas pemrosesan data seperti menangkap, mentransmisikan, menyimpan, mengambil, mamanipulasi atau menampilkan data. Martin (1999) mendefinisikan teknologi informasi tidak hanya terbatas pada teknologi komputer (perangkat keras dan perangkat lunak) yang digunkan untuk memproses dan menyimpan informasi, melainkan juga mencakup teknologi komunikasi untuk mengirim informasi. Secara lebih umum, Lucas (2000) menyatakan bahwa teknologi informasi adalah segala bentuk teknologi yang diterapkan untuk memproses dan mengirimkan informasi dalam bentuk elektronis. Mikrokomputer, komputer mainframe, pembaca barcode, perangkat lunak pemroses transaksi perangkar lunak lembar kerja (spreadsheet), dan peralatan komunikasi dan jaringan merupakan contoh teknologi informasi.
Secara garis besar, teknologi informasi dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yakni perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware). Perangkat keras menyangkut pada peralatan-peralatan yang bersifat fisik, seperti memori, printer, dan keyboard. Adapun perangkat lunak terkait dengan instruksi-instruksi untuk megatur perangkat keras agar bekerja sesuai dengan tujuan instruksi-instruksi yang diinginkan.
Secara sederhana Stephen F. Steele dalam Anne Arundel Community Collage and The Society for applied Sociology menyatakan bahwa sosiologi komunikasi adalah studi yang mempelajari perilaku kolektif akibat bermedia. Selanjutnya Liliwery sendiri memahami sosiologi komunikasi dalam dua bagian yakni level makro dan level mikro. Dalam arti luas (makro), Liliwery berpendapat bahwa sosiologi komunikasi merupakan cabang dari sosiologi yang mempelajari atau menerangkan mengenai prinsip-prinsip keilmuan (ilmu sosial, sosiologi) tentang bagaimana proses komunikasi manusia dalam konteks komunikasi massa dari suatu masyarakat. Jadi kesimpulannya bahwa ssiologi komunikasi adalah cabang dari sosiologi yang mempelajari bagaimana proses pertukaran pesan atau informasi yang terjadi dalam konteks masyarakat.

4.      Komunikasi 
Theodornoson memberi batasan lingkup komunikasi berupa penyebaran informasi, ide-ide, sikap, atau emosi dari seeorang atau kelompok kepada yang lain melalui simbol-simbol. Garbner mangatakan komunikasi dapat didefinisikan sebagai aksi sosial melalui pesan-pesan.
Onong Uchyana mengatakan komunikasi sebagai proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pemikiran atau perasaan oleh seseoang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran tersebut bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benak komunikator. Perasaan tersebut bisa berupa keyakinan, kepastian, karaguan, kekhawatiran, kemaraham, keberanian, kagairahan, dan lain sebagainya yang timbul dari lubuk hati.
Harold Lasswell dalam bukunya The Sructure and Function of Communication in Society memiliki pandangan yang menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan berikut: “Who Says What in Which Channel to Whom wirh What Effect?”bila diterjemahkan memiliki arti: “Siapa Mengatakan apa dengan Saluran Apa kepada Siapa dan dengan Efek apa?”
Kata Who dalam konteks komunikasi merujuk kepada seorang pemberi pesan. Pemberi pesan ini biasanya dikenal dengan sebutuan sumber informasi, komunikator, atau pengirim pesan. Says What merujuk pada apa yang dikatakan. Dalam hal ini pesan atau isi dari percakapan. Pesan ini kita kenal terbagi menjadi dua, yakni pesan verbal (melalui kata-kata atau tulisan) dan pesan non-verbal (melalui simbol-simbol tertentu atau isyarat tertentu). In Which channel  mengarah pada alat atau saluran atau pun media yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Manusia dapat menggunakan  bermacam-macam saluran dalam berkomunikasi. Media yang paling praktis dan semua orang menggunakannya saat berkomunikasi adalah panca indera. Selain panca indera, kita juga mengenal saluran komunikasi menggunakan alat bentu seperti telephone, telegram, dan surat. Ada juga saluran komunikasi yang dipakai dalam komunikasi bermedia yakni media massa, baik itu media cetak ataupun media elektronik. To Whom ditujukan untuk penerima pesan (komunikan). With what effect merujuk pada pengaruh yang ditimbulkan dari proses komunikasi. Pengaruh ini dapat meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap lawan bicara.
Jadi, berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada lima unsur komunikasi yang terdiri dari: komunikator, komunikan, pesan, media, dan efek yang timbul.

5.      Sosiologi komunikasi
Menurut Soerjono Soekanto sosiologi komunikasi merupakan kekhususan sosiologi dalam mempelajari interaksi sosial yaitu suatu hubungan atau komunikasi yang menimbulkan proses saling pengaruh-mempengaruhi antara para individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok. Menurut Soekanto sosiologi komunikasi juga ada kaitannya dengan public speaking, yaitu bagaimana seseorang berbicara kepada publik. Secara komprehensif sosiologi komunikasi mempelajari tentang interaksi sosial dengan segala aspek yang berhubungan dengan interaksi tersebut seperti bagaimana berkomunikasi itu dilakukan dengan menggunakan media, bagaimana efek media sebagai akibat dari interaksi tersebut, sampai dengan bagaimana perubahan-perubahan sosial di masyarakat yang didorong oleh efek media berkembang serta konsekuensi sosial macam apa yang ditanggung masyarakat sebagai akibat dari perubahan yang didorong oleh media massa tersebut.


c.       Pola-pola Pendekatan Sosiologi Komunikasi
Dalam teori-teori sosiologi ada tiga pendekatan utama, yakni:
1.      Pendekatan struktural-fungsional
Pendekatan ini merupakan interdisiplin ilmu antara pendekatan strukturalisme dan fungsionalisme. Pendekatan strukturalisme akan mengkaji struktur kehidupan masyarakat dengan mengabaikan fungsi dari setiap struktur tersebut. Pendekatan ini hanya melihat masyarakat sebagai sebuah komponen yang memiliki struktur pembangunan di dalamnya. Sedangkan fungsionalisme lebih cenderung kepada kajian bahwa setiap komponen dalam masyarakat memiliki fungsi dan peran di dalam masyarakat. kajian inimengutamakan fungsi tersebut dan lebih mengabdikan struktur, bahwa setiap komponen harus berfungsi selayaknya, jika tidak maka akan terjadi kepincangan dalam kehidupan sosial.


Maka  kombinasi antara strukturalisme dan fungsionalisme ini memandang bahwa msyarakat tidak hanya sebagai satu kesatuan struktur atau fungsi saja, tetapi cenderung untuk mengkaji masyarakat baik dari strukturnya maupun fungsinya dan hubungan diantara keduanya. Pendekatan struktural dan fungsional terkenal pada akhir 1930-an, dan mengandung pandangan mikroskopis terhadap masyarakat. walaupun pendekatan ini bersumber dari sosiolog-sosiolog Eropa seperti Max Webber, Emile Durkheim, Vill Predo Hareto, dan beberapa antropolog sosial Inggris, namun yang pertama mengemukakan rumusan sistematis mengenai teori in adalah Halcot Parsons dari Harvard University dan dikembangkan oleh para mahasiswanya. Pendekatan ini didasarkan pada dua asumsi, yakni:
-        Bahwa masyarakat terbentuk atas berbagai sub-struktur yag dalam fungsi-fungsi mereka saling tergantung satu sama lain, sehingga perubahan-perubahan yang terjadi dalam fungsi satu sub-struktur dengan sendirinya akan tercermin pada perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur-struktur lainnya pula. Karena itu, tugas analisis sosiologi adalah menyelidiki mengapa suatu hal berpengaruh kepada hal lainnya, dan sampai sejauh mana pengaruh tersebut berdampak.
-        Bahwa setiap struktur berfungsi sebagai penopang aktivitas-aktivitas atau substruktur-substruktur lainnya dalam suatu sistem sosial. Contohnya adalah keluarga, perkonomian,politik, agama, pendidikan, daln lain sebagainya.



2.      Pendekatan konflik
Pendekatan konflik atau pendekatan Marxien merupaka pendekatan alternatif paling menonjol saat ini terhadap pendekatan struktural-fungsional sosial makro. Karl Max adalah tokoh yang mencetuskan gerakan sosialis internasional. Meskipun sebagian besar asumsinya yang dalam pengertian modern diakui sebagai teori sosiologis. [11] Namun para engikut Marx menggunakan pedoman-pedoman sosiologis dan ideologi Marx secara sangat eksplit, sedangkan praktek ideologis hanya secara implisit terdapat dalam tulisan-tulisan para penganut pendekatan struktural-fungsional. Sosiologi Karl Marx berdasarkan dua asumsi pokok, yaitu: ia memandang kegiatan ekonomi sebagai faktor penentu utama semua kegiatan masyarakat dan juga ia mlihat masyarakat terutama dari sudut konflik di sepanjang sejarah, menurutnya motif-motif ekonomi dalam masyarakat mendominasi semua struktur lainnya, seperti agama, keluarga, hukum, seni, sastra, sains, dan moralitas. Karena ia menganggap cara produksi di sepanjang sejarah manusia secara sedemikian rupa, sehingga sampai-sampai ia berpandangan sumber daya ekonomi dikuasai oelh segelintir orang tertentu, sementara golongan masyarakat lainnya ditakdirkan untuk bekerja dan tetap bergantung pada kebaikan hati segelintir penguasa. Oleh sebab itu Karl Marx membagi manusia dalam dua kelas sosial, yaitu: kelas pemilik yang selalu mengekploitasi yang disebut dengan kaum borjuis, dan kelas buruh yang senantiasa tereksploitasi yang dikenal dengan kaum proletar.
Pengeksploitasian terus-menerus terhadap manusia mengaharuskan terjadinya revolusi. Maka dari itu Marx mengajukan teori sosialismenya yakni suatu solusi final agar seluruh sumber daya dapat dimiliki oleh semua orang, jadi tidak perlu ada revolusi karena tidak akan ada lagi pengeksploitasian, kelaparan dan konflik.
3.      Pendekatan interaksionisme-simbolis[12]
Pendekatan ini merupakan pendekatan interdisiplin, yakni sebuah pendekatan yang mengkaji hubungan-hubungan yang terjadi di masyarakat. Kemudian pendekatan ini digabungkan dengan pendekatan simbolisme dengan asumsi bahwa semua interaksi dalam masyarakat akan terlihat jelas apabila dihubungkan dengan simbol-simbol yang berlaku dalam msyarakat itu sendiri. Jadi pendekatn interaksionisme-simbolis ini merupakan sebuah perspektif mikro dalam sosiologi yang sangat spesikulatif pada tahapan analisisna, tetapi pendekatan ini mengansung sedikit sekali perasangaka ideologisnya.
Pendekatan ini bisa dicontohkan dengan kajian interaksi pada tingkat keluarga, yang kemudian juga mengkaji bagaimana interaksi itu bisa berpengaruh kepada interaksi pada tingkat yang lebih tinggi yakni interaksi masyarakat. maka interaksi di tingkat keluarga ini akan sangat kental mempengaruhi dan mencoraki interaksi di tingkat yang lebih tinggi.






B.     Komunikasi Antarpersonal sebagai Bagian dari Sosiologi Komunikasi
Komunikasi antar pribadi adalah suatu proses komunikasi antara pribadi ataupun antar perorangan dan bersifat pribadi baik yang terjadi secara langsung (tanpa medium) maupun tidak langsung (melalui medium). Kegiatan-kegiatan seperti percakapan tatap muka (face to face communication), percakapan melalui telepon, surat menyurat pribadi, merupakan contoh-contoh komunikasi antar pribadi.

Komunikasi sendiri adalah proses penyesuaian yang terjadi hanya bila komunikator menggunakan sistem isyarat yang sama. Dengan itu, bagaimana kita untuk selalu mampu menyesesuaikan agar terciptanya kesamaan makna. Manusia selalu berkomunikasi dan berkomunikasi yang paling sering dilakukan adalah komunikasi antar pribadi maka, komunikasi sebagai perwujudan kesamaan akan makna perlu dipelajari sebagaimana salah satu karakteristik dari komunikasi antar pribadi itu sendiri adalah komunikasi antar pribadi sesuatu yang dipelajari. Karena semua orang pasti berkomunikasi namun, tidak semua orang memiliki skill dalam berkomunikasi.
Teori-teori komunikasi antar pribadi umunya memfokuskan pengamatannya pada bentuk-bentuk dan sifat hubungan (relationships), percakapan (discourse), interaksi dan karakteristik komunikator. teori-teori yang menjadi kajian pada pembahasan dalam makalah ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan serta wawasan yang lebih memberikan referensi serta pengetahuan dalam berkomunikasi yang lebih baik dan lebih jauh lagi dalam perkembangan positif.



Teori Atraksi Antarpribadi (Interpersonal Attraction Theory)
Dalam komunikasi antar pribadi (interpersonal) komunikasi yang melibatkan dua orang atau lebih yang secara fisik berdekatan dan yang menyampaikan serta menjawab pesan-pesan baik secara verbal maupun non verbal. Dalam komunikasi antarpribadi biasanya dikaitkan dengan pertemuan dua, tiga atau mungkin empat orang yang terjadi secara spontan dan tidak berstruktur biasa di sebut dengan atraksi interpersonal .


a.      Model Teori Antar pribadi
Menurut Schutz teori ini dikembangkan untuk mengklasifikasikan kebutuhan antarpribadi bertitik-tolak dari landasan psikoanalitis. Kebutuhan antarpibadi yang berbeda-beda. Perbedaan di antara orang-orang dapat ditemukan pula pada kedua dimensi kebutuhan pribadi lainnya. Dalam berkomunikasi yang efektif ditandai dengan adanya hubungan atraksi interpersonal yang baik. Setiap kali melakukan komunikasi kita bukan hanya sekedar menyampaikan isi pesan, kita juga membutuhkan kadar dalam hubungan interpersonal.
Perlahan-lahan  studi komunikasi interpersonal bergeser dari isi pesan apad spek relasional. Ada yang menyebutkan fokus ini sebagai paradigm baru dalam penelitian komunikasi. Para psikolog pun mulai menaruh minat yang besar pada hubungan interpersonal seperti tampak pada tulisan Fordon W.Allport (1960), Erich fromm (1962), Martin Buber (1975), Carl Rogers (1951). Semua mewakili mazhab psikologi humanistic.
Belakangan Arnold P.Goldstein (1975) mengembangkan apa yang di sebut sebagai “relationship-enchancement methods” (metode peningkatan hubungan) dalam psikoterapi. Ia merumuskan metode ini dengan tiga prinsip : makin baik hubungan interpersonal,
1.         Makin terbuka pasien mengungkapkan perasaannya
2.         Makin cendrung ia meneliti persaannya secara mendalam beserta penolongnya (psikolog)
3.         Makin cenderung ia mendengar dengan penuh perhatian dan bertindak atas nasihat yang diberikan penolongnya.
Karena pentingnya hubungan interpersonal ini, kita akan membicarakan beberapa teori tentang hubungan interpersonal. Teori-teori ini memberikan perspektif untuk memandang proses hubungan interpersonal dan memberikan penjelasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan interpersonal. Selanjutnya kita akan membicarakan tahap-tahap hubungan interpersonal dan tiga faktor dalam komunikasi interpersonal yang menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik : percaya (trust), sikap suportif (supportiveness), dan sikap terbuka (open-mindedness).
Pada teori ini, diasumsikan suatu proses kesukaan terhadap orang lain dalam bentuk sifat, perilaku dan daya tarik seseorang. Karena dengan rasa suka yang semakin tertarik terhadap sesorang maka, akan besar kecenderungan kita pada orang tersebut untuk berusaha berkomunikasi dengannya.
Hal-hal tersebut bisa timbul suatu ketertarikan atau atraksi seseorang dengan adanya faktor-faktor baik yang bersifat personal maupun situasional.

b.      Faktor Personal
·         Kesamaan Karakteristik Personal
Seseorang akan tertarik dengan lawan berkomunikasinya jika memiliki kesamaan dalam hal nilai-nilai, sikap, keyakinan, tingkat atau status sosial ekonomi, agama, ideologi, dan sebagiannya. Dengan kesamaan karakteristik personal tersebut maka, kecenderungan yang besar untuk menyukai satu sama lain.

·         Tekanan Emosional (stres)
Kondisi serta situasi yang membuat orang tersebut berada di bawah tekanan emosional, stres, bingung, cemas dan lain-lain. Maka, akan menginginkan kehadiran sosok orang lain yang diharapkan  untuk  membantunya, sehingga kecenderungan untuk menyukai orang lain tersebu semakin besar.

·         Rendah Diri
Seseorang yang memiliki sikap rendah diri akan lebih mudah cenderung  untuk menyukai orang lain. Orang yang merasa penampilan dirinya kurang menarik atau kurang percaya diri maka, akan mudah menerima persahabatan dari orang lain.

·         Isolasi sosial
Manusia merupakan mahluk sosial maka, kehidupannya tak luput dari saling membutuhkan satu sama lain antar manusia. Tanpa kehadiran orang lain manusia tidak akan mampu hidup dalam kurun waktu yang cukup lama. Hal ini menimbulkan pengaruh pada dirinya, sebagaimana pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa tingkat isolasi sosial yang sangat tinggi dan besar pengaruhnya terhadap ketertarikan diri kita pada orang lain.




c.       Faktor-faktor situasional
·         Daya tarik fisik (physical attractiveness)
Fisik seseorang menjadi salah satu daya tarik seseorang terhadap orang lain, cantik dan tampan seseorang, postur tubuh, rambut, panca indera dan sebagiannya. Dalam hal ini, disurvei kesejumlah orang dan dibuktikan bahwa fisik merupakan penyebab utama adanya ketertarikan seseorang dengan orang lain (atraksi interpersonal) Mereka yang berpenampilan cantik dan menarik biasanya lebih mudah mendapat perhatian dan simpati orang.
·         Ganjaran (reward)
Seseorang senang dan menyukai akan apa yang baik-baik dan ganjaran yang diterima pada dirinya dari orang lain akan timbul ketertarikan serta kedekatan dengan oarng yang memberikan ganjaran pada kita. Ganjaran biasanya berupa bantuan, dorongan moral, pujian atau hal-hal yang meningkatkan harga diri kita.

·         Familiarity
Seseorang atau hal-hal yang sering kita jumpai dan sudah kita kenal serta akrab dengan kita biasanya lebih disukai dan timbulnya ketertarikan daripada hal-hal atau orang yang masih asing bagi kita.

·         Kedekatan (proximity) atau closeness.
Dekat dan akrab adalah hal yang nyaman saat berkomunikasi maka, hubungan kita dengan orang lain tergantung seberapa dekat kita dengan orang tersebut.



·         Kemampuan (competence)
Kecenderungan bahwa seseorang lebih menyukai orang lain yang memiliki kemampuan lebih tinggi atau lebih berhasil dalam kehidupannya daripada dirinya.

d.      Teori Liking
Dalam Atraksi Antar Pribadi memiliki alasan-alasan yang menjelaskan mengapa kita menyukai orang lain, hal ini dijelaskan dalam empat teori, yaitu:

·         Reinforcement Theory
Teori ini menjelaskan bahwa seseorang menyukai dan tidak menyukai orang lain adalah sebagai hasil belajar (learning). Dalam hal ini ada tiga unsur learning, yaitu :
-             Asosiatif, Belajar Asosiatif: menyenangi dan tidak menyenangi seseorang berdasarkan pengalaman kita dan stimuli yang kita asosiasikan dengan hal itu. Kita menyukai orang yang kita asosiasikan denga pengalaman yang menyenangkan.
-              Instrumental, Belajar Instrumental: Kita menyuaki orang yang memberikan iimbalan (reward) pada kita dan tidak menyuaki orang yang memberikan hukuman.
-              Sosial, Belajar Sosial: Kita cenderung lebih menyukai orang-orang yang kita lihat disukai oleh orang lain tau oleh lingkungan sosial dan sebaliknya.

·         Equity theory
Teori ini mengatakan bahwa individu selalu cenderung menjaga keseimbangan antara apa yang mereka berikan dan apa yang mereka dapatkan, atau antara cost dan reward. Jika kita berharap banyak dari suatu hubungan maka, kita juga harus menyumbang banyak untuk hubungan tersebut.

·         Exchange theory
Menurut teori ini, interaksi sosial adalah semacam transaksi dagang. Orang berhubungan deng orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Semakin banyak keuntungan yang diperoleh maka hubungan tersebut akan terus dilangsungkan.
·         Gain-loss theory
Kita lebih cenderung menyukai orang yang menguntungkan kita daripada yang merugikan bagi kita.

e.       Pengaruh Atraksi Antarpribadi pada Komunikasi Antarpribadi
Daya tarik seseorang sangat penting bagi komunikasi interpersonal. Jika kita menyukai seeorang maka kita cenderung melihat segala sesuatu dari diri orang tersebut dengan positif sebaliknya jika kita tidak menyukai seseorang maka kita akan meliaht segala sesuatu dari orang tersebut secara negatif. Situasi tersebut sangat penting bagi terciptanya komunikasi interpersonal yang efektif, sebab semakin positif sikap kita terhadap lawan bicara kita maka, makin efektif pula kegiatan komunikasi yang kita lakukan dengan orang tersebut. Adapun hal-hal yang menjadi pengaruh atraksi antarpribadi pada komunikasi antarpribadi, yaitu:
·      Penafsiran pesan dan penilaian
Sudah diketahui bahwa pendpat dan penilaian kita tentang orang lain tidak semata-mata berdasarkan pertimbangan rasioanl. Kita juga makhluk emosional. Karena itu, kita menyenangi seseorang, kita juga cenderung melihat segala hal yang berkaitan dengan dia secara positif. Sebaliknya, jika kita membencinya, kita cenderung melihat karakteristiknya secara negatif. Atraksi tidak saja mempengaruhi keputusan kita dalam bidang politik, tetapi juga menentukan pola komunikasi interpersonal.


·      Efektivitas Komunikasi
Komunikasi interpersonal dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan. Sudah di buktikan oleh wolosin (1975) kita perluas pada situasi komunikasi lainnya, kita dapat menyatak bahwa komunikasi akan lebih efektif bila para komunikan saling menyukai. Yang dapat diperluas lagi pada periklanan, pidato, komunikasi kelompok, penatara, lokakarya, seminar, wawancara, dan kegiatan-kegiatan komunikasi lainnya.

Teori Konflik Sosial
a.      Definisi Konflik
Konflik didefinisikan sebagai suatu “perjuangan yang diekspresikan antara sekurang-kurangnya dua pihak yang saling bergantung, yang mempersepsi tujuan-tujuan yang tidak sepadan, imbalan yang langka, dan gangguan dari pihak lain dalam mencapai tujuan mereka” (Frost & Wilmot, 1978). Dan konflik berasal dari kata confligere yang artinya “bersama” atau “bersaling-saling” dan fligere yang artinya “tubruk” atau “bentur”.
Adapun konflik secara harfiah adalah perbenturan antara dua pihak yang tengah berjumpa dan bersilang jalan pada suatu titik kejadian, yang berujung pada terjadinya benturan. Sedangkan secara umum konflik didefinisikan sebagai suatu peristiwa yang timbul karena adanya niat-niat disengaja antara pihak-pihak yang berkonflik itu. 
Menurut Coser, konflik itu memiliki fungsi sosial. Konflik sebagai proses sosial dapat merupakan mekanisme lewat mana kelompok-kelompok dan batas-batasnya dapat terbentuk dan dipertahankan. Konflik juga mencegah suatu pembekuan sistem sosial dengan mendesak adanya inovasi dan kreativitas (Garna, 1992: 67). Karena konflik lebih banyak dilihat dari segi fungsi positifnya, maka Teori Konflik yang dikembangkan Coser disebut pula Fungsionalisme Konflik Sosial.
Konflik sering memperkuat dan mempertegas batas kelompok dan meningkatkan penggalangan solidaritas internal kelompok.
Konflik antarkelompok merupakan penghadapan antara in-group dan out-group. Ketika konflik terjadi, masing-masing anggota dalam suatu kelompok akan meningkatkan kesadaran sebagai sebuah kelompok (in-group) untuk berhadapan dengan kelompok lain (out-group). Konflik dapat menetapkan dan menjaga garis batas antara dua atau lebih kelompok. Konflik dengan kelompok lain dapat memperkuat kembali identitas kelompok dan melindunginya agar tidak lebur ke dalam dunia sosial lainnya. (Poloma, 1987: 108). Ketika ada ancaman dari luar, maka kelompok tidak mungkin memberikan toleransi pada perselisihan internal.
b.      Definisi Sosial
Sosial bisa berarti kemasyarakatan. Sosial adalah keadaan dimana terdapat kehadiran orang lain. Kehadiran itu bisa nyata kita dan kita rasakan namun juga bisa hanya dalam bentuk imajinasi. Setiap kita bertemu orang meskipun hanya melihat atau mendengarnya saja, itu termasuk situasi sosial.
c.       Teori Konflik Sosial
Teori Konflik telah diulas dan dikembangkan oleh para sosiolog. Mereka antara lain, Karl Marx, Ralf Dahrendorf, George Simmel, dan Lewis Coser. Teori konflik sosial adalah Marxis berbasis teori sosial yang berargumen bahwa individu-individu dan kelompok-kelompok (kelas sosial) dalam masyarakat mempunyai pendapat yang berbeda dalam jumlah materi dan non-sumber daya materi (orang kaya vs orang miskin) dan bahwa kelompok-kelompok yang lebih kuat menggunakan kekuatan dalam untuk untuk mengeksploitasi kelompok-kelompok dengan daya yang lebih kecil.
Garis besar teori Marx tentang konflik mencakup beberapa pokok bahasan :

§  Penyebab konflik
Konflik terjadi dan biasanya karena faktor ekonomi ( determinasi ekonomi ). Yang dimaksud dengan Faktor ekonomi disini adalah penguasaan terhadap alat produksi.
§  Siapa yang terlibat konflik
Konflik terjadi antara dua kelas (Borjuis dan Proletar ). Konflik ini bersifat mendalam dan sulit diselesaikan. Perbedaannya bukan dalam cara hidup melainkan perbedaan dalam kesadaran kelas. Dalam teori Marx eksistensi sosial menentukan kesadaran dan perbedaan kelas (kaya miskin) .Perbedaan ini mencakup dalam materi dan psikologi. Perbedaan antara kelas borjuis dan kelas proletar tidak hany terdapat pada cara hidup melainkan juga cara berfikir.
§  Pola konflik
Pola Konflik : Kelas sosial-----Konflik------Revolusi.
Dalam konflik sosial kaum proletar tidak mau dan tidak bisa melepaskan diri . Mereka terpaksa dan ditindas. Dalam paksaan dan penindasn ini hukum tidak dapat dijatuhkan kepada majikan
§  Solusi konflik
Menurut Johnson (1990: 162), perhatian utama Teori Konflik adalah pada mengenal dan menganalisis kehadiran konflik dalam kehidupan sosial, sebab, dan bentuknya, dan dalam banyak hal, akibatnya dalam perubahan sosial. Dengan demikian, konflik perlu dikelola. Konflik yang tidak dikelola dapat menimbulkan perubahan sosial yang tidak diharapkan, sementara konflik yang dikelola dapat mengarahkan perubahan sosial ke arah yang diharapkan. Teori Konflik dengan analisis fungsional terus dikembangkan oleh sejumlah pakar, antara lain melalui berbagai studi eksperimen, di antaranya yang sangat menonjol adalah eksperimen Muzafer Sherif.

Dalam upaya pengembangan teori ini, Sherif melakukan eksperimen, dengan mengumpulkan sejumlah orang, dengan tahapan sebagai berikut:
(1)      pemilihan teman secara spontan,
(2)      pembentukan kelompok,
(3)      konflik antarkelompok, dan
(4)      kerja sama antarkelompok atau pengurangan konflik antarkelompok   (Taylor dan Moghaddam, 1994).
Pada awalnya setiap orang mencari pilihan kawan yang cocok sehingga terbentuklah kelompok-kelompok. Dalam pembentukan kelompok ini diperlukan adanya kerja sama antar individu. Mereka melakukan serangkaian tugas bersama. Pada saat yang sama, mereka juga membangun kultur kelompok. Ketika konflik terjadi, di kalangan para anggota kelompok terjadi persepsi yang bias. Terjadi peningkatan sikap positif terhadap kelompok dirinya masing-masing (in-group) berupa solidaritas internal, dan sikap negatif terhadap kelompok lain (out-group). Kekompakan, komitmen, konformitas pada in-group makin tinggi, juga muncul kepemimpinan yang bersifat agresif.
Konflik antarkelompok ini kemudian dapat dikendalikan ketika semua kelompok dihadapkan pada tugas bersama yang merupakan tujuan bersama yang lebih tinggi (superordinate goals), yang pencapaiannya tak mungkin tanpa partisipasi seluruh kelompok. Maka terjadilah tranformasi dari situasi konflik ke relasi antarkelompok yang harmonis.
Penyelesaian konflik antarkelompok yang didalamnya individu-individu berdasarkan Teori Konflik, menurut eksperimen Sherif adalah berada pada tahap terakhir, yakni bagaimana mengubah konflik, pertikaian, atau perselisihan menjadi sebuah bentuk kerja sama. Menurut Sherif, konflik antarkelompok itu akan berubah menjadi kerja sama antarkelompok apabila kepada mereka diintroduksikan superordinate goals secara meyakinkan bahwa di atas hal-hal yang membuat mereka saling bermusuhan itu, ada hal yang jauh lebih penting untuk dihadapi bersama.

Teori Komunikasi Antar Pribadi sebagai suatu proses yang   berkembang
Sejarah pekembangan komunikasi manusia dapat ditelusuri sejak sekitar 4000 tahun sebelum Masehi. Sejak zaman itu hingga sekarang, sejarah perkembangan komunikasi manusia dapat dibagi dalam 4 (empat) era perubahan:
§  era komunikasi tulisan,
§  era komunikasi cetakan,
§  era komunikasi telekomunikasi, dan
§  era komunikasi interaktif.
Era komunikasi tulisan terjadi sejak Bangsa Sumeria mulai mengenal kemampuan menulis dalam lembaran tanah liat sekitar 4000 tahun sebelum Masehi. Era komunikasi cetakan diawali dengan ditemukannya mesin cetak hand-pres oleh Gutenberg pada tahun 1456.
Era telekomunikasi dimulai sejak penemuan alat telegrap oleh Samuel Morse pada tahun 1844. Era komunikasi interaktif, mulai terjadi pada tahun 1946, dengan ditemukannya Mainframe computer ENIAC dengan 18.000 vacuum tubes oleh para ahli dari universitas Pennsylvania, Amerika Serikat.
b.      Sejarah Perkembangan Ilmu Komunikasi
Sejarah perkembangan ilmu komunikasi dapat ditelusuri sejak zaman Yunani kuno, beberapa ratus tahun sebelum Masehi. Sejak itu perkembangan ilmu komunikasi dapat dibagi dalam (4) empat periode tradisi retorika. Kedua, periode pertumbuhan yang terjadi dari tahun 1900 hingga Perang Dunia II. Ketiga, periode konsolidasi yakni sejak usainya Perang Dunia II hingga tahun 1960-an. Keempat, adalah periode teknoloi komunikasi yang terjadi sejak tahun 1960-an hingga sekarang.
Di Indonesia, pendidikan ilmu komunikasi baru dimulai pada tahun 1949. Hingga tahun 1970-an bidang kajian komunikasi yang dipelajari umumnya dititikberatkan pada bidang jurnalistik dan penerangan. Pada masa sekarang ini, jumlah perguruan tingi yang semakin luas, tidak hanya terbatas pada bidang jurnalistik dan penerangan.
Perspektif pengembangan, yaitu definisi komunikasi antarpribadi yang dilihat dari proses pengembangannya. Komunikasi dalam definisi ini dianggap sebagai proses yang berkembang, yakni dari hubungan yang bersifat impersonal meningkat menjadi hubungan interpersonal. Suatu proses komunikasi dikatakan besifat interpersonal bila berdasarkan pada :
a) data psikologis,
b) pengetahuan yang dimiliki, dan
c) aturan-aturan yang ditentukan sendiri oleh para pelaku komunikasi.
Analisis pada tingkat psikologis. Apabila prediksi/prakira yang dibuat komunikator terhadap reaksi komunikan sebagai akibat menerima suatu pesan didasarkan atas analisis pengalaman individual yang unik dari komunikan, maka dapat diaktakan komunikator melakukan prediksi pada tataran psikologis.
Pada mulanya komunikasi hanya sekedar alat antar manusia untuk saling berhubungan. Dan pada waktu itu, komunikasi dianggap sebagai kegiatan biasa yang tidak dianggap sebagai sesuatu yang harus diperhatikan, dikaji, atau distrukturkan dalam bentuk yang pasti. Pada abad ke-5 sebelum masehi, Diyunani berkembang suatu ilmu yang mengkaji proses pernyataan antar manusia, namanya retorika berasal dari bahasa yunan retorike yang berarti berdebat, dari akar kata rekor (orang yang berpidato). Retorika berarti seni pidato dan berargumentasi yang bersifat menggugah atau seni menggunakan bahasa secara lancar untuk memengaruhi dan mengajak. Sejak abad itu, segala urusan yang berhubungan dengan gagasan, pernyataan, dan keinginan untuk menyampaikan kepada orang lain mendapatkan perhatian khusus. Banyak tokoh bermunculan yang mengkaji retorika, mulai dari mazhab filsafat Sophis, yang tokohnya Georgias dan Protagoras. Pada hal ini retorika mendapat perhatian khusus, bahkan ada beberapa pemikir yang menempatkan retorika sebagai hal penting dalam masyarakat dan pemerintah.
Komunikasi antar pribadi merupakan proses sosial dimana individu-individu yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Rogers menyatakan bahwa komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi (Allo Liliweri, 1991: 12).
Pemahaman mengani hubungan merupakan suatu aspek penting dari studi komunikasi antar pribadi, karena hubungan berkembang dan berakhir melalui komunikasi. Telah puluhantahun para ahli mencoba untuk menentukan bagaimana hubungan terbentuk dan bagaimana hubungan berakhir. Pada bagian ini kita akan menyimak sejumlah teori yang menjelaskan bagaimana berkembangnya suatu hubungan. Dan tentunya penjelasan tersebut diharapkan akan memperkaya pemahaman kita terhdap proses pengembangan hubungan.
Steve Duck (1985) menganggap bahwa kualitas dan sifat hubungan dapat diperkirakan hanya dengan mengetahui atribut masing-masing sebagai individu dan kombinasi antara atribut-atribut tadi. Sebagai contoh, seorang ibu yang langsung menanggapi anaknya yang menangis akan membentuk hubungan ibu-anak yang berbeda dengan ibu lain yang menunggu sekian lama sebelum menanggapi anaknya yang menangis. Meskipun demikian mengetahui atribut masing-masing hanyalah salah satu aspek yang mempengaruhi hubungan. Untuk mengenali tahap (kualitas hubungan) yang terjadi kita dapat melihatnya dari bagaimana saling menanggapi. Lebih jauh Duck mengungkapkan bahwa hubungan tidak selalu berkembang dalam bentuk linear dan berjalan mulus, dan bahwa orang tidak selalu aktif mencari informasi mengenai partnernya, baisanya malahan informasi tersebut didapat secara kebetulan dan bukan sengaja dicari. Bagi Duck tidak semua hubungan akrab, tidak semua hubungan berkembang, dan hubungan dapat sekaligus stabil dan memuaskan.

c.       Pengembangan Hubungan
Barangkali tidak ada yang lebih penting bagi kita selain kontak atau hubungan dengan sesama manusia. Begitu pentingnya kontak ini sehingga bila kita tidak berhubungan dengan orang lain dalam waktu yang lama, rasa tertekan akan timbul, rasa ragu terhadap diri sendiri muncul, dan orang merasa sulit untuk menjalani hidup sehari-harinya. Desmond Morris, dalam Intimate Behavior (1972), mencatat bahwa kontak dengan orang lain begitu pentingnya sehingga kultur kita telah membentuk segala macam subtitusi untuk menggantikan ketiadaan hubungan ini. Orang sering kali mengunjungi profesional seperti dokter, perawat, dan pemijat bukan karena sakit fisik, melainkan karena kebutuhan untuk kontak.
Setiap hubungan bersifat unik. Begitu juga, masing-masing dari kita membina hubungan karena alasan-alasan yang unik. Namun demikian, dalam semua keragaman ini, ada beberapa alasan umum untuk mengembangkan sebagian besar hubungan. Kedua, kita membahas proses memprakarsai hubungan dan beberapa saran nonverbal serta verbal untuk membuat jumpa pertama lebih efektif.

d.      Alasan-alasan untuk Pengembangan Hubungan
Empat alasan umum untuk pengembangan hubungan adalah :
§  Mengurangi Kesepian
Kontak dengan sesama manusia mengurangi kesepian. Adakalanya kita mengalami kesepian karena secara fisik kita sendirian, walaupun kesendirian tidak selalu berarti kesepian. Kita mempunyai kebutuhan yang terpenuhi akan kontak yang dekat, kadang-kadang secara fisik, adakalanya secara emosional, dan lebih sering dari keduanya (Pelpau & Periman, 1982; Rubenstein & Shaver, 1982).
Sementara orang, dalam upaya mengurangi kesepian, berusaha melingkungi dirinya dengan banyak kenalan. Kadang-kadang ini membantu, tetapi sering kali malah membuat rasa sepi makin parah. Satu hubungan yang dekat biasanya malah lebih baik. Kebanyakan dari kita mengetahui hal ini, dan itulah sebabnya kita berusaha membina hubungan antarpribadi (Perlman & Pelpau, 1981)

§  Mendapatkan Rangsangan
Manusia membutuhkan stimulasi. Jika kita tidak menerima stimulasi, kita mengalami kemunduran dan bisa mati. Kontak antar manusia merupakan salah satu cara terbaik untuk mendapatkan stimulasi ini. Kita merupakan gabungan dari banyak dimensi yang berbeda-beda, dan semua dimensi kita membutuhkan stimulasi. Kita adalah mahluk intelektual, dan karena kita membutuhkan stimulasi intelektual. Kita membicarakan gagasan, mengikuti kegiatan kelas, dan berdebat tentang interpretasi yang berbeda mengenai film atau novel. Dengan cara itu kita mengasah kemampuan penalaran, analitik, dan interpretasi kita. Dengan melakukannya, kita meningkatkan, mempertajam, dan mengembangkan kemampuan-kemampuan ini.
Kita juga mahluk fisik yang membutuhkan stimulasi fisik. Kita butuh membelai dan dibelai, memeluk dan dipeluk. Selanjutnya, kita adalah mahluk emosional yang membutuhkan stimulasi emosional. Kita perlu tertawa dan menangis, membutuhkan harapan dan kejutan, dan mengalami kehangatan dan afeksi. Kita membutuhkan latihan untuk emosi kita selain juga untuk kemampuan intelektual kita.

§ Mendapatkan Pengetahuan Diri
Sebagian besar melalui kontak dengan sesama manusialah kita belajar mengenai diri kita sendiri. Dalam diskusi tentang kesadaran diri telah dijalaskan bahwa kita melihat diri sendiri sebagian melalui mata orang lain. Jika kawan-kawan kita melihat kita sebagai orang yang hangat dan pemurah, misalnya, barangkali kita juga akan memandang diri sendiri sebagai hangat dan pemurah. Persepsi diri kita sangat dipengaruhi oleh apa yang kita yakini dipikirkan orang tentang diri kita.

§ Memaksimalkan Kesenangan, Meminimalkan Penderitaan
Alasan paling umum untuk membina hubungan, dan alasan yang dapat mencakup semua alasan lainnya, adalah bahwa kita berusaha berhubungan dengan manusia lain untuk memaksimalkan kesenangan kita dan meminimalkan penderitaan kita. Kita perlu berbagi rasa dengan orang lain mengenai nasib baik kita mengenai penderitaan emosi atau fisik kita. Barangkali kebutuhan yang terakhir ini bermula di masa kanak-kanak, ketika anda berlari mendekati ibu sehingga beliau dapat mengecup luka anda atau ikut menikmati kegembiraan anda. Sekarang anda tentu sulit untuk berlari mendekati ibu, karenanya anda mencari orang lain, umumnya kawan-kawan yang memberikan dukungan yang sama seperti yang pernah dilakukan ibu di waktu yang lalu.
Dalam komunikasi antar pribadi mengalami perkembangan dalam hubungan antar manusia. Pemahaman mengenai hubungan merupakan suatu aspek penting dari studi komunikasi antar pribadi, karena hubungan berkembang dan berakhir melalui komunikasi. Namun, dengan perkembangannya hubungan mengalami pasang surut antar individu.
Suatu kenyataan dalam kehidupan kita adalah bahwa banyak hubungan dengan orang lain bersifat temporer. Ketika mengembangkan dan mengakhiri hubungan, kita melewati serangkaian tahap keakraban atau keintiman.  Antara lain dari hubungan yang bukan yang bukan bersifat pribadi dengan menggunakan aturan-aturan ekstrinsik sampai kepada hubungan antarpribadi yang diatur oleh aturan-aturan intrinsik.
Knapp (1978) merumuskan model tahapan hubungan yang menunjukan bahwa orang mempertimbangkan untuk menuju hubungan yang lebih akrab dengan orang lain. Menurutnya hubungan berkembang melalui lima tahap, yaitu inisiasi, eksperimen, intensifikasi, integrasi dan ikatan.
Dalam perkembangan hubungan seseorang tak luput dari komunikasi. Maka, komunikasi antar pribadi selalu mengalami perkembangan yang disetiap situasinya, kondisinya, dimana dan kapanpun. Sehingga, skill dalam berkomunikasi dalam berkomunikasi perlu dimiliki setiap orang untuk tercapainya tujuan yang diharapkan.[13]
           
Keterkaitan Sosiologi Komunikasi Dengan Proses Sosial
Proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dilihat apabila orang-perorangan dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem serta bentu-bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya pola-pola kehidupan yang telah ada. Proses sosial dapat diartikan sebagai pengaruh timbal-balik antara berbagai segi kehidupan bersama, misalnya pengaruh-mempengaruhi antara sosial dengan politik, politik dengan ekonomi, ekonomi dengan hukum.

Lalu apa yang dimaksud dengan interaksi sosial ?

Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok dan antara kelompok dengan kelompok.

Interaksi sosial merupakan proses komunikasi diantara orang-orang untuk saling mempengaruhi perasaan, pikiran dan tindakan.

Interaksi sosial akan berlangsung apabila seorang individu melakukan tindakan dan dari tindakan tersebut menimbulkan reaksi individu yang lain. Interaksi sosial terjadi jika dua orang atau lebih saling berhadapan, bekerja sama, berbicara, berjabat tangan atau bahkan terjadi persaingan dan pertikaian.

Interaksi sosial merupakan hubungan tersusun dalam bentuk tindakan berdasarkan norma dan nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Dan disinilah dapat kita amati atau rasakan bahwa apabila sesuai dengan norma dan nilai dalam masyarakat, interaksi tersebut akan berlangsung secara baik, begitu pula sebaliknya, manakala interaksi sosial yang dilakukan tidak sesuai dengan norma dan nilai dalam masyarakat, interaksi yang terjadi kurang berlangsung dengan baik.

Pengertian dan Faktor-faktor yang mendorong terjadinya Interaksi Sosial a. Pengertian Interaksi Sosial
Interaksi berasal dari kata inter dan aksi. Aksi (action) yang dimaksud adalah tindakan. Tindakan oleh Max Weber diartikan sebagai perilaku yang mempunyai makna subjektif bagi pelakunya (the subjective meaning of action). Maksudnya adalah bahwa makna yang sebenarnya dari suatu tindakan hanya diketahui dengan benar oleh pelakunya (aktor) sendiri. Misalnya si A, seorang pemuda, menyanyi di kamar mandi. Apa makna tindakan A tersebut, apakah sekedar iseng, belajar bernyanyi ataukah agar didengar oleh si B gadis tetangga yang kepadanya si A menaruh perhatian? Orang lain, bapaknya, ibunya, kakaknya, adiknya atau tetangga si pemuda A tadi dapat memberikan                         penafsirannya        masing-masing  berdasarkan      pengalaman  dan pengetahuannya yang saling berbeda atas tindakan si A. Tetapi makna yang sebenarnya dari tindakan tadi benar-benar hanya diketahui oleh si A.

Pernyataan seorang ahli sosiologi bernama Peter L. Berger bahwa dalam hidup ini kenyataan yang sering dihadapi adalah bahwathings are not what they seem, bahwa


segala sesuatu sering tidak seperti yang terlihat, kiranya dapat lebih menjelaskan apa yang dimaksud oleh Max Weber.

Apabila dilihat dari orientasinya, tindakan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

a. Tindakan non-sosial, yakni tindakan-tindakan yang dilakukan oleh seseorang tetapi tidak diorientasikan kepada pihak lain. Sebagai contoh: seseorang yang sedang memandangi potret dirinya atau seseorang berdiam diri di kamar pribadinya sambil merenungi nasibnya.

b. Tindakan sosial, yakni tindakan-tindakan yang oleh pelakunya diorientasikan kepada pihak lain. Sebagai contoh: seseorang menyapa teman yang lewat di depan rumahnya atau seorang murid berbicara dengan gurunya. Dilihat dari tekanannya tentang cara dan tujuan tindakan itu dilakukan, dapat dibedakan menjadi empat macam tindakan, yaitu:

1) tindakan rasional-instrumental; yakni tindakan yang dilakukan dengan memperhitungkan kesesuaian antara cara dan tujuan; dalam hal ini actor memperhitungkan efisiensi dan efektivitas dari sejumlah pilihan tindakan. Contoh: tindakan memilih program atau jurusan di SMU dengan mempertimbangkan bakat, minat dan cita-cita, tindakan rajin belajar supaya lolos seleksi penerimaan mahasiswa baru, bekerja keras untuk mendapatkan nafkah yang cukup, dan sebagainya.



2) Tindakan berorientasi nilai; yakni tindakan-tindakan yang berkaitan dengan

nilai-nilai dasar dalam masyarakat, sehingga aktor tidak lagi mempermasalahkan tujuan dari tindakan, yang menjadi persoalan dan perhitungan aktor hanyaalah tentang cara. Contoh: tindakan-tindakan yang bersifat religio-magis atau berdasarkan keyakinan agama tertentu.

3) Tindakan tradisional; merupakan tindakan yang tidak memperhitungkan pertimbangan rasional. Tindakan ini dilaksanakan berdasarkan pertimbangan kebiaasaan dan adat istiadat. Contohnya: berbagai macam upacara atau tradisi yang dimaksudkan            untuk        melestarikan    kebudayaan       leluhur.                          Agak     tidak                 mudah membedakan tindakan tradisional dengan tindakan yang berorientasi nilai, karena dua tindakan ini memang memiliki kesamaan, misalnya ketidakpeduliannya tentang tujuan dari tindakan, orientasinya kepada caracara atau tahapan-tahapan yang harus dilalui, dan sebuah tradisi biasanya dipertahankan oleh sebagian besar warga masyarakat karena terkait dengan nilai tertentu. Namun, tetap dapat dibedakan yakni orientasi suatu tindakan tradisional adalah pada bahwa cara tersebut dilakukan menurut cara yang diwariskan oleh generasi terdahulu. Makna dari tindakan tidak begitu dipermasahkan, sedangkan pada tindakan berorientasi nilai makna tindakan sangat diperhatikan karena berkait dengan nilai yang dijunjung tinggi.

4)    Tindakan afektif; yakni tindakan-tindakan yang dilakukan oleh       actor berdasarkan perasaan (afeksi). Contohnya: tindakan mengamuk karena marah, meloncat-loncat kegirangan karena perasaan senang yang berlebihan, tindakan menolak karena benci, jatuh cinta, dan sebagainya.

Interaksi sosial dapat diberi pengertian sebagai hubungan timbal-balik yang dinamis dan saling mempengaruhi yang terjadi di antara individu atau kelompok individu dalam masyarakat. Pola interaksi sosial dapat berupa hubungan timbalbalik antara:

1) individu dengan individu, misalnya dua orang teman yang sedang bercakap-cakap 2) individu dengan kelompok, misalnya seorang guru yang sedang mengajar di kelas 3) kelompok dengan kelompok, misalnya interaksi yang terjadi pada sebuah
pertandingan sepakbola.

Interaksi sosial dapat berlangsung apabila terpenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1) Kontak    sosial,     yaitu     peristiwa     terjadinya     hubungan,     sambungan     atau sentuhansosial (dapat disertai sentuhan jasmaniah maupun tidak) antara dua orang atau lebih.

2) Komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan atau informasi dari satu pihak (komunikator) ke pihak lain (komunikan) dengan menggunakan symbol simbol. Simbol dapat berupa kata-kata, suara, gerak isyarat, benda, dsb. Proses komunikasi dinyatakan berlangsung apabila telah terjadi pemahaman yang sama atas simbol-simbol yang digunakan, baik oleh komunikator maupun komunikan.

Kontak dan komunikasi dapat berlangsung secara primer maupun sekunder. Yang dimaksud kontak atau komunikasi primer adalah kontak atau komunikasi yang terjadi secara langsung berhadap-hadapan atau tatap muka (face to face). Misalnya: dua orang atau lebih yang saling bertemu dann berbicara dalam sebuah ruang pertemuan. Sedangkan kontak atau komunikasi sekunder adalah kontak atau komunikasi yang terjadi dengan bantuan alat-alat komunikasi seperti surat, telepon, e-mail, percakapan di internet, dan seterusnya (sekunder langsung), maupun yang melalui bantuan pihak ketiga (sekunder tidak langsung).
Terjadinya interaksi sosial dapat digambarkan secara berurutan sebagai berikut:
1) ada dua orang atau lebih

2) terjadi kontak sosial di antaranya

3) terjadi komunikasi

4) terjadi reaksi atas komunikasi

5) akhirnya, terjadi aksi timbal-balik (aksi-reaksi) yang saling mempengaruhi

Faktor-faktor yang mempengaruhi Interaksi Sosial, antara lain:
1) Imitasi (peniruan)
Imitasi adalah proses sosial ayau tindakan seseorang untuk meniru orang lain melalui sikap, penampilan, gaya hidup, atau apa saja yang dimiliki oleh orang lain tersebut. Misalnya seorang anak meniru kebiasaan-kebiasaan orang tuanya, baik cara berbicara atau tutur kata, cara berjalan, cara berpakaian, dan sebagainya. Proses imitasi yang dilakukan oleh seseorang berkembang dari lingkup keluarga kepada lingkup lingkungan yang lebih luas, seperti lingkungan tetangga, lingkungan sekolah, lingkungan kerja, dan seterusnya, seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan pergaulan orang tersebut. Ruang lingkup imitasi menjadi semakin luas seiring dengan berkembangnya media massa, terutama media audio-visual.

Proses imitasi dapat berlangung terhadap hal-hal yang positif maupun negatif, maka pengaruhnya terhadap interaksi sosial juga dapat positif maupun negatif. Apabila imitasi berlangsung terhadap cara-cara atau hal-hal yang positif maka akan menghasilkan interaksi sosial yang berlangsung dalam keteraturan, sebaliknya apabila imitasi berlangsung terhadap cara-cara atau hal-hal yang negatif, maka akan berperan besar terhadap munculnya prosesproses interaksi sosial yang negatif.

2) Identifikasi (menyamakan ciri)
Identifikasi adalah upaya yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk menjadi sama (identik) dengan seseorang atau sekelompok orang lain. Identifikasi dapat dinyatakan sebagai proses yang lebih dalam atau lebih lanjut dari imitasi. Apabila pada imitasi orang hanya meniru cara yang dilakukan oleh orang lain, maka dalam identifikasi ini orang tidak hanya meniru tetapi mengidentikkan dirinya dengan orang lain tersebut. Dalam identifikasi yang terjadi tidak sekedar peniruan pola atau cara, namun melibatkan proses kejiwaan yang dalam. Sebagai contoh: seorang pengagum tokoh besar, apakah seorang pemikir, tokoh politik, ilmuwan, penyanyi ataupun bintang film, sebegitu berat kekaguman orang tersebut sehingga tidak hanya pola atau gaya perilaku tokoh yang dikaguminya yang ditiru, tetapi juga pikiran-pikiran dan nilai yang didukung sang tokoh. Bahkan, orang tersebut menyamakan dirinya dengan sang tokoh.

Dalam sosiologi orang-orang yang ditiru (dijadikan sumber imitasi atau identifikasi) disebut sebagai role model (model peran).


3) Sugesti (diterimanya suatu sikap atau tindakan secara emosional)
Sugesti adalah rangsangan, pengaruh atau stimulus yang diberikan oleh seseorang kepada individu lain sehingga orang yang dipengaruhi tersebut menerima pengaruh tersebut secara emosional, tanpa berfikir lagi secara kritis dan rasional.

Sugesti dapat diberikan dari seorang individu kepada kelompok, kelompok kepada individu ataupun kelompok terhadap kelompok. Wujud sugesti dapat bermacam-macam, dapat berupa tindakan, sikap-perilaku, pendapat, saran, pemikrian, dan sebagainya. Contoh: iklan obat batuk yang diperagakan oleh seorang bintang film ternama yang dengan sangat sempurna memerankan sebagai orang yang sedang batuk dan langsung sembuh begitu meminum obat tersebut, dapat mensugesti orang yang benar-benar sedang menderita batuk untuk membeli dan meminum obat tersebut. Contoh lain, pernyataan seorang tokoh besar sering diterima oleh pengagumnya sebagai kebenanaran yang diterimanya tanpa berfikir panjang lagi.

Orang yang mudah tersugesti biasanya adalah orang-orang yang dalam kondisi lemah, tertekan, frustasi, kelompok minoritas atau berwawasan tidak luas. Orang yang mampu memberikan sugesti adalah orang-orang yang dikagumi, diakui luas ilmu, keahlian dan wawasannya, jumlahnya besar atau berkuasa.




4) Motivasi
Motivasi merupakan dorongan, rangsangan, pengaruh atau stimulus yang diberikan oleh seseorang individu atau sekelompok individu kepada individu atau sekelompok individu lain dan diterima secara rasional, kritis serta bertanggungjawab. Apabila dibandingkan dengan sugesti, yang membedakan adalah cara penerimaan pengaruh, dalam sugesti pengaruh diterima secara tidak rasional, pada motivasi pengaruh
diterima dengan pertimbangan akal dan pikiran yang jernih dan kritis. Contoh seorang guru yang dikenal jujur dan berwibawa memberikan motivasi kepada para muridnya untuk rajin belajar dan bekerja keras demi meraih prestasi.

5) Simpati (kemampuan merasakan diri dalam keadaan orang lain)
Simpati adalah suatu proses ketika seorang individu atau sekelompok individu tertarik kepada (atau merasakan diri) dalam keadaan orang atau kelompok orang lain yang sedemikian rupa sehingga menyentuh jiwa dan perasaannya.

Dinyatakan sedemikian rupa karena dapat jadi bagi jiwa dan perasaan orang lain keadaan tersebut biasa-biasa saja, artinya tidak menimbulkan simpati. Karena merupakan proses kejiwaan, berlangsungnya tidak selalu mudah dipahami secara rasional. Misalnya apa yang menjadi alasan sehingga seorang gadis yang cantik rupa dan perilakuannya menaruh simpati kepada seorang jejaka yang buruk rupa maupun perilakuanya.




6) Empati
Empati lebih dari simpati. Apabila pada simpati hanya melibatkan proses kejiwaan, maka pada empati proses kejiwaan tersebut diikuti dengan proses organisma tubuh. Misalnya ketika seseorang mendapatkan teman dekat atau saudaranya mengalami kecelakaan sehingga luka berat atau meninggal dunia, maka orang tersebut akan ikut merasakan dan menghayati kecelakaan itu seolah-olah terjadi pada dirinya atau diliputi perasaan kehilangan yang luar biasa sehingga sampai menitikkan air mata.

Interaksi Sosial dalam hubungannya dengan Status dan Peran Sosial Antar-Individu dalam Masyarakat

Status atau kedudukan sosial adalah tempat, posisi atau kedudukan individu di dalam struktur sosial kelompok atau masyarakat. Individu yang status sosialnya berbeda akan memiliki hak-hak, tanggung jawab dan kewajiban-kewajiban yang berbeda pula. Untuk memudahkan pemahaman tentang status dapat dinyatakan bahwa di dalam masyarakat ada orang-orang yang berkedudukan tinggi, menengah dan ada pula yang berkedudukan rendah.

Kedudukan atau status tersebut ada yang diperoleh oleh seseorang sejak kelahirannya (dinamakan ascribed statuses), misalnya: jenis kelamin, gelar kebangsawanan, gelar dalam kasta, dan sebagainya, ada yang diperoleh melalui perjuangan atau prestasi (dinamakan achieved statuses), misalnya: status sebagai seorang pakar, guru, dokter, wartawan, manejer perusahaan, dan sebagainya, dan ada yang diperoleh karena pemberian atas dasar jasa yang telah diberikan kepada masyarakat (dinamakan assigned statuses), misalnya gelar pahlawan pembangunan, pahlawan proklamasi, pahlawan reformasi, doctor kehormatan, dan sebagainya.

Dalam hubungannya dengan tindakan dan interaksi sosial, ternyata dijumpai cara-cara bertindak dan berinteraksi sosial yang berbeda di antara orang-orang yang kedudukan sosialnya berbeda. Perbedaan-perbedaan itu tampak pada misalnya cara berbicara, tutur kata dan bahasa yang digunakan, sikap tubuh, cara berpakaian, simbol status yang digunakan, dan sebagainya.

Status yang disandang oleh seseorang berhubungan pula dengan peran sosialnya. Yang dimaksud dengan peran sosial adalah perilaku yang diharapkan terhadap seseorang
atau kelompok sehubungan dengan status atau kedudukan yang disandangnya. Jelasnya, ketika seseorang menyandang status tertentu, misalnya seseorang berstatus sebagai ayah, guru, menteri ataupun presiden, maka masyarakat akan berharap atau bahkan menuntut agar orang tersebut berperilaku tertentu yang sesuai dengan status dan kedudukan yang disandangnya. Seorang ayah harus bertanggung jawab atas nafkah bagi anakanak dan isterinya, seorang guru dituntut untuk berperilaku yang dapat digugu dan ditiru oleh para muridnya, seorang menteri dituntut untuk menguasai seluruh permasalahan di departemennya, dan seorang presiden dituntut untuk dapat mengayomi seluruh golongan dan lapisan yang ada dalam masyarakat, ucapan dan tindakannya harus mencerminkan budaya bangsa yang mulia.

Ada tiga macam peran sosial:
1) Peran ideal, yaitu peran yang digagas, dirumuskan atau diharapkan oleh masyarakat terhadap orang-orang dengan status tertentu.
2) Peran dipersepsikan, yaitu peran yang dilaksanakan dalam situasi tertentu. Misalnya seorang guru ketika mendampingi para siswanya berwidyawisata berperan seperti halnya kakak atau teman terhadap para siswanya.
3) Peran dilaksanakan, yaitu peran yang secara nyata dilaksanakan oleh seseorang atau sekelompok orang. Dapat terjadi peran yang dilaksanakan tidak sama dengan peran ideal.


Dalam pelaksanaan peran-peran sosialnya, seseorang dapat mengalami apa yang disebut sebagai konflik status dan konflik peran.

Konflik status adalah pertentangan di antara status-status yang disandang oleh seseorang ketika suatu interaksi sosial berlangsung yang disebabkan oleh adanya perbedaan kepentingan di antara status-status tersebut. Hal ini dapat terjadi karena dalam kenyataannya seseorang akan sekaligus menyandang berbagaimacam status sosial. Ketika suatu interaksi sosial berlangsung, terdapat status aktif, yaitu status yang berfungsi ketika sebuah interaksi sosial berlangsung, dan ada status laten, yakni status yang tidak berfungsi ketika sebuah interaksi social berlangsung. Konflik status terjadi ketika dalam suatu interaksi sosial muncul lebih dari status aktif dan kepentingannya berbeda. Contoh seorang polisi muda yang bertugas di jalan raya harus memberikan sanksi kepada seorang gadis pengendara sepeda motor yang melanggar peraturan lalu-lintas, dan kebetulan gadis tersebut adalah calon isteri yang sangat dicintainya. Dalam diri polisi muda tadi dapat terjadi konflik antara status sebagai polisi yang harus menindak pelanggar aturan lalu-lintas dengan status sebagai calon suami yang harus melindungi.


Sedangkan yang dimaksud dengan Konflik peran adalah keadaan yang terjadi apabila seseorang tidak dapat menjalankan peran sosialnya sesuai dengan harapan masyarakat. Dalam diri pak Polisi pada contoh di atas dapat terjadi konflik peran karena tidak dapat berperan sebagai polisi yang berhadapan dengan pelanggar aturan lalu-lintas. Konflik peran juga dapat terjadi ketika kita harus melakukan tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan kehendak hati kita. Seorang sarjana teknik yang bekerja sebagai bengkel sepeda, atau seorang sarjana ekonomi yang bekerja sebagai pelayan pada sebuah toko kelontong, dapat mengalami konflik peran karena akan merasa terpaksa menjalankan pekerjaan yang menurut penilaiannya tidak sesuai dengan status yang disandang

Bentuk Interaksi yang mendorong terciptanya Keteraturan dan Organisasi Sosial

Mark L. Knap merinci tentang pola tahapan-tahapan di antara orang-orang yang terlibat interaksi, baik yang mendekatkan atau yang menjauhkan. Tahap-tahap yang mendekatkan dirinci menjadi: (1) memulai (initiating), (2) menjajaki (experimenting), (3) meningkatkan (intensifying), (4) menyatupadukan (integrating), dan (5) mempertalikan (bonding). Peningkatan tahapan-tahapan pendekatan diikuti dengan peningkatan komunikasi pribadi dan komunikasi nonverbal dan meningkatnya kebersamaan dalam tindakan.

Sedangkan tahapan-tahapan interaksi yang menjauhkan atau merenggangkan, oleh Knap dirinci sebagai berikut: (1) membeda-bedakan (differentiating), (2) membatasi (circumscribing), (3) memacetkan (stagnating), (4) menghindari (avoiding), dan (5) memutuskan (terminating). Latar belakang terjadinya hubungan sosial yang pada giliran berikutnya membentuk lembaga, kelompok dan organisasi sosial pada dasarnya adalah keinginan manusia untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya.

Maslow merinci kebutuhan hidup manusia ke dalam tuju macam, yaitu:
a. kebutuhan fisik, seperti makan, minum, istirahat, tidur, dan sebagainya
b. kebutuhan rasa aman seperti terhindar dari bahaya dan kecemasan
c. kebutuhan diterima dan kasih sayang (keluarga, teman, dan sebagainya)
d. kebutuhan untuk dihargai
e. kebutuhan perwujudan diri
f.    kebutuhan untuk mengungkapkan rasa ingin tahu
g. kebutuhan untuk mengungkapkan rasa seni dan keindahan

Sebagai pembanding, berikut dikemukakan klasifikasi kebutuhan hidup manusia menurut Peddington:
a. Kebutuhan      mendasar,      yakni      kebutuhan      yang     muncul      dari      aspek biologis/organisme manusia (misalnya: makanan/minuman, pelepasan dorongan seksual, buang air besar/kecil, perlindungan dari iklim/cuaca, istirahat/tidur dan kesehatan yang baik)

b. Kebutuhan sosial, yakni kebutuhan yang terwujud dari adanya usaha manusia memenuhi kebutuhan dasarnya dengan cara melibatkan pihak lain (berkomunikasi dengan sesama, kegiatan bersama, pendidikan, keteraturan dan kontrol sosial)

c. Kebutuhan integratif, yakni kebutuhan yang muncul dan terpancar dari hakikat manusia sebagai mahluk yang berfikir dan bermoral (perasaan/prinsip benarsalah, ungkapan kebersamaan, ungkapan estetika dan keindahan, perasaan kayakinan diri, rekreasi dan hiburan).

Pola (Bentuk Umum) Interaksi Sosial

Gillin dan Gillin membedakan interaksi sosial ke dalam dua bentuk, yaitu:

a. Bentuk interaksi sosial asosiatif, meliputi berbagai macam bentuk kerjasama, akomodasi dan asimilasi
b. Bentuk interaksi sosial disosiatif, meliputi berbagai macam bentuk konflik, kompetisi dan kontravensi.

Kimball Young mengemukakan bentuk-bentuk interaksi sosial sebagai berikut:
a. Oposisi, yaitu proses yang meliputi persaingan, pertikaian dan pertentangan
 b. Koperasi atau kerjasama yang menghasilkan akomodasi
c. Diferensiasi, yakni kecenderungan ke arah perkembangan sosial yang berlawanan, misalnya pembedaan ciri-ciri biologis, sosial, ekonomi dan kultural

Ciri-ciri interaksi sosial
Interaksi sosial memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Interaksi sosial dapat berpola: (1) individu dengan individu, (2) individu dengan kelompok, dan (3) kelompok dengan kelompok
b. Interaksi dapat berlangsung sebagai proses positif (asosiatif) maupun negative (disosiatif), namun ada kecenderungan interaksi berlangsung positif.
c. Hubungan dalam interaksi sosial dapat berlangsung dalam tingkat dangkal ataupun tingkat dalam
d. Interaksi sosial menghasilkan penyesuaian diri bagi para pelakunya
e. Interaksi sosial berpedoman kepada kaidah-kaidah dan norma-norma yang berlaku.

Sehubungan dengan hal ini, perlu diidentifikasi bentuk interaksi sosial yang cenderung berlangsung positif dan berkesinambungan. Interaksi yang demikian penting artinya dalam pembentukan lembaga, kelompok dan organisasi sosial, yaitu interaksi sosial yang memiliki ciri:

·         didasarkan kepada kebutuhan yang nyata
·         memperhatikan efektifitas
·         memperhatikan efisiensi
·         menyesuaikan diri kepada kebenaran dan kaidah-kaidah yang berlaku
·          tidak bersifat memaksa baik secara fisik dan mental

Lembaga, kelompok dan organisasi sosial pada dasarnya adalah bentuk-bentuk atau wujud adanya keteraturan dan dinamika sosial dan budaya dalam masyarakat. Oleh karena itu, untuk memahami tentang proses pembentukan lembaga, kelompok dan organisasi sosial perlu memahami terlebih dahulu mengenai keteraturan sosial budaya dalam masyarakat.

Menurut para penganut teori fungsionalisme struktural, meskipun di dalam masyarakat terdapat unsur-unsur sosial yang saling berbeda, tetapi unsur-unsur tersebut cenderung saling menyesuaikan sehingga membentuk suatu keseimbangan (equilibrium) dalam kehidupan sosial. Wujud nyata dari keseimbangan ini adalah keteraturan sosial, yaitu kondisi di mana cara berfikir, berperasaan dan bertindak serta interaksi sosial di antara para warga masyarakat selaras (konformis) dengan nilai-nilai dan norma-norma sosial yang belaku dalam masyarakat yang besangkutan.

Keteraturan sosial akan tercipta dalam masyarakat apabila:

a. terdapat sistem nilai dan norma sosial yang jelas. Jika nilai dan norma dalam masyarakat tidak jelas akan menimbulkan keadaan yang dinamakan anomie (kekacauan norma).
b. individu atau kelompok dalam masyarakat mengetahui dan memahami nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku
c. individu atau kelompok menyesuaikan tindakan-tindakannya dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku
d. berfungsinya sistem pengendalian sosial (social control)[14]

C.     Teori Sosiologi Komunikasi tentang Komunikasi Antarpersonal
Pengertian pribadi, pribadi adalah individu yang berbeda satu dengan lainnya, perbedaan tersebut menyebabkan orang mengenal individu secara khas dan membedakannya dengan individu lainnya. Kualitas individu menentukan kekhasannya dalam berhubungan dengan individu lainnya, dan kekhasan tersebut menentukan kualitas komunikasi antar keduanya.[15]


1.      Persepsi tehadap diri sendiri (self perception)
Persepsi diri ialah menyadari diri sendiri, yaiu mengungkapkan siapa dan apa kita ini, dan sesungguhnya menyadari siapa diri kita adalah juga persepsi diri. Proses psikologi diasosiasikan dengan interpretasi dan pemberian makna terhadap orang atau objek tertentu, proses yang demikian dikenal dengan persepsi. Cohen Fisher mengungkapkan bahwa persepsi adalah interpretasi terhadap berbagai sensasi sebagai representasi dari objek-objek eksternal, jadi persepsi adalah pengetahuan tentang apa yang ditangkap oleh indera kita. Defini ini melibatkan sejumlah karakeristik yang mendasari upaya kita untuk memahami proses antarpribadi. Selanjutnya Sendjaja mengatakan bahwa;
Pertama, suatu tuindakan mensyaratkan kehadiran objek-objek eksternal untuk dapat ditangkap oleh indera kita. Dalam hal persepsi terhadap diri pribadi, kehadirannya sebagai objek eksternal bisa jadi kurang nyata, tetapi keberadaannya jelas dapat dirasakan.
Kedua, adanya informasi untuk diinterpretasikan. Informasi yang dimaksud ini adalah segala sesuatu yang diperoleh melalui sensasi atau indera.
Ketiga, menyangkut sifat representatif dari pengindraan. Maksudnya adalah kita tidak bisa mengartikan makna suatu persepsi didasarkan pada pengamatan langsung. Konsekuensinya adalah pengetahuan yang kita peroleh melalui persepsi bukanlah tentang apakah suatu objek, melainkan apa yang tampak sebagai onjek tersebut. Dengan demikian, persepsi diri perlu otokoreksi karena bisa jadi persepsi kita tentang diri kita adalah sebuah tipu muslihat yang diciptakan oleh proses persepsi individu tentang dirinya sendiri (yang salah).
2.      Kesadaran pribadi (self awareness)
Memahami tentang diri sendiri bagaikan kita berkacakan cermin, bahwa apa yang dilihat adalah wajah kita yang sebenarnya. Ketika orang menyadari siapa dirinya secara simultan ia juga telah mempersepsikan dirinya sendiri. Agar seseorang dapat menyadari dirinya sendiri ada langkah yang harus ia lakukan, yakni: pertama kali orang yang bersangkutan harus memahami apakah dirinya tesebut. “diri” secara sederhana dapat ditafsirkan sebagai identitas individu. Dengan demikian, identitas diri adalah cara-cara yang digunakan seseorang untuk membedakan individu satu dengan individu-individu yang lain-lainnya. Karena itu, diri adalah suatu pengertian yang mengacu kepada identitas spesifik dari seseorang.
3.      Pengungkapan diri (self disclosure)
Self disclosure atau proses pengungkapan diri yang telah lama menjadi fokus penelitian dan teori kmunikasi mengenai hubungan. Dengan kata lain pengungkapan diri merupakan proses mengungkapkan informasi pribadi seseorang kepada orang lain dan sebaliknya. Sedney Journal menandai sehat atau tidaknya suatu komunikasi pribadi dengan melihat keterbukaan yang terjadi didalam komunikais tersebut. Mengungkapkan yang sebenarnya tentang dirinya, dipandang sebagai ukuran dari hubungan yang ideal.
Joseph Luft juga memiliki pendangan tentang apa yang dimaksud pengungkapan diri, menurutkan teori pengungkapan diri didasarkan pada model interaksi manusia yaitu teori Johari Window. Menurut Luft, orang memiliki atribut yang hanya diketahui oleh dirinya sendiri dan orang lain dan tidak diketahui oleh siapapun.
Jika komunikasi antara dua orang beralangsung dengan baik, maka akan terjadi disclosure yang mendorong informasi mengenai diri masing-masing kedalam kuadran terbuka “open area”. Meskipun self disclosure mendorong adanya keterbukaan, namun keterbukaan itu sendiri ada batasnya. Artinya, kita perlupertimbangan kembali apakah menceritakan segala sesuatu tentang diri sendiri kepada orang lain akan menghasilkan efek positif atau negatif bagi hubungan kita dengan orang tersebut. Karena berdasarkan pada beberapa penelitian menunjukkan, bahwa keterbukaan yang ekstrim akan memberikan efek negatif terhadap hubungan komunikasi seseorang dengan orang lain.
Di dalam komunikasi antarpribadi (interpersonal Relationship) terdapat beberapa teori hubungan antarpribadi, antara lain:
1.       Memahami hubungan antar pribadi
Di dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, hubungan antar pribadi memainkan peran penting dalam membentuk kehidupan. Masyarakat, terutama katika hubungan itu mampu memberi dorongan kepada orang tertentu yang berhubungan dengan perasaan, pemahaman informasi, dukungan, dan berbagai bentuk komunikasi yang mempengaruhi citra diri orang serta membantu orang untuk memahami harapan-harapan orang lain.
Komunikasi antar pribadi dalam keluarga dan tempat kerja yang penuh ketegangan, bisa jadi meningkatkan kemungkinan seseorang untuk terserang stroke, hipertensi, dan berbagai penyakit lainnya. Sebaliknya pasangan suamu istri yang saling mencintai dan mereka yang memiliki jaringan teman yang menyenangkan cenderung terhindar dari hipertensi. Uraian ini menunjukkan bahwa manusia tidak dapat terhindar dari jalinan hubungan dengan sesamanya. Seseorang memiliki kadar yang berbeda dalam membutuhkan orang lain, demikian pula mengenai nilai penting kualitas dan kuantitas hubungan antar pribadi. Meskipun demikian secara pasti dapat dikatakan bahwa setiap orang memerlukan hubungan antar pribadi.

2.      Teori-teori pengembangan hubungan
Pemahaman mengenai hubungan merupakan suatu aspek penting dalam studi komunikasi antarpribadi, karena hubungan berkembang dan juga berakhir melaui komunikasi. Berikut akan dibahas bagaimana hubungan terbentuk dan berakhir.
a.       Self Disclosure
Proses pengungkapan diri adalah proses pengungkapan informasi diri seseorang kepada orang lain atau sebaliknya. Pengungkapan diri merupakan kebutuhan seseorang sebagai jalan keluar atas tekanan-tekanan yang terjadi pada dirinya. Proses ini dilakukan dalam dua bentuk; pertama, dilakukan secara tertutup yaitu seseorang mengungkapkan informasi diri kepada ornag lain dengan cara sembunyi-sembunyi melalui ungkapan dan tindakan, dimana ungkapan dan tindakan tersebut merupakan sebuah keterbukaan tentang apa yang terjadi pada diri seseorang. Kedua, dilakukan secara terbuka, jadi seseorang mengungkapkan diri pribadinya kepada rang lain secara langsung melaui ungkapan dan tindakan yang dikatan secara langsung tanpa sembunyi-sembunyi.
b.      Social Penetration
Altman dan Talylor mengemukakan suatu model perkembangan hubungan yang disebut social peneration yaitu proses dimana orang saling mengenal satu sama lainnya. Penetrasi sosial merupakan proses bertahap, dimulai dari komunikasi basa basi ang tidak akrab dan terus berlangsung hingga menyangkut topik pembicaraan yang lebih pribadi dan akrab, seiring dengan berkembangnya hubungan. Dalam teori ini orang akan membiarkan orang lain untuk lebih mengenal dirinya secara bertahap. Altman dan Taylor menggunakan permisalan bawang merah untuk menjelaskan bagaimana orang melalui interaksi saling mengelupas lapisan-lapisan informasi superfisial, seperti nama, alamat, atau umur. Ketika lapisan-lapisan ini sudah terkelupas maka kita semakin mendekati lapisan terdalam yang berisi informasi yang lebih yang lebih mendasar tentang kepribadian. Altman dan Taylor juga mengatakan adanya dimensi “keluasan dan kedalaman” dari jenis-jenis informasi yang menjelaskan bahwa pada setiap lapisan kepribadian. Dimensi keluasan mengacu kepada banyaknya jenis-jenis informasi pada lapisan tertentu yang dapat diketahui oleh orang lain dalam pengembangan hubungan. Dimensi kedalaman mengacu pada lapisan informasi mana yang dapat dikemukakan pada orang lain. Kedalaman ini diasumsikan dapat terus meningkat sejalan dengan perekembangan hubungan. Model ini menggambarkan perkembangan hubungan sebagai suatu proses, dimana hubungan adalah sesuatu yang terus berlangsung dan berubah.







c.       Prosess View
Process view menganggap bahwa kualitas sifat hubungan dapat diperkirakan hanya dengan menggunakan atribut masing-masing sebagai individu dan kombinasi antara atribut-atribut tadi. Hubungan intensif antara orang-orang dalam kelompok primer dapat menyebabkan lahirnya proocess view. Process view membutuhkan waktu dalam memahami atribut-atribut yang digunakan diantara orang-orang dalam kelompok primer itu.
d.      Social Exchange
Teori ini menelaah bagaimana kontribusi seseorang dalam suatu hubungan, dimana hubungan itu menpengaruhi hubungan itu mempengaruhi kontribusi orang lain. Thibaut dan Kelley, pencetus teori ini mengemukakan bahwa orang mengevaluasi hubungannya dnegan orang lain dengan mempertimbangkan konsekuensinya, khususnya terhadap ganjaran yang diperoleh dan upaya yang telah dilakukan, maka orang akan memutuskan untuk tinggal dalam hubungan tersebut atau ergi meninggalkannya. Ukuran bagi keseimbangan pertukaran antara untung dan rugi dalam hubungan dengan orang lain itu disebut comparison levels, apabila seseorang mendapatkan keuntungan dari hubungannya dengan orang lain maka orang yang bersangkutan merasa puas dengang hubungan tersebut. Sebaliknya apabila seseorang merasa rugi berhubungan dengan orang lain dalam konteks upaya dan ganjaran, maka orang itu cenderung menahan diri atau meninggalkan hubungan tersebut. Di dalam hubungan ini terdapat banyak alternatif yang dapat diberikan dalam model pertukaran sosial dimana pilihan-pilihan dan alternatif tersebut memiliki ukuran yang dapat ditoleransi seseorang dengan mempertimbangkan alternatif-alternatif yang dimilikinya.
Asumsi tentang perhitungan antara ganjaran dan upaya (untung-rugi) tidak berarti bahwa orang selalu berusaha untuk saling mnegeksploitasi, tetapi bahwa orang lebih memilih lingkungan dan hubungan yang dapat memberikan hasil yang diinginkannya. Tentunya kepentingan masing-masing orang akan dapat dipertemukan untuk dapat saling memuaskan daripada mengarah pda hubungan yang eksploiatif. Hubungan yang ideal akan terjadi bilamana kedua belah pihak dapat saling memberikan cukup keuntungan sehingga hubungan tersebut menjadi sumber yang dapat diandalkan bagi kepuasan kedua belah pihak.[16]





BAB III: METODE PENELITIAN

A.    Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang dilakukan adalah dengan metode kualitatif, dimana metode ini digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah. Dengan tujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti. 

B.     Lokasi Penelitian
SMKN 12 SURABAYA:
Alamat: Jl. Siwalankerto Permai No.
1 Surabaya
Phone: 031 - 8436687, Fax. (031) 8491495
Website : 
smkn12sby.sch.id
Email: 
smkn12surabaya@yahoo.com

PETA LOKASI
s'.png

C.     Tahap-Tahap Penelitian



D.    Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri sehingga peneliti harus “divalidasi”. Validasi terhadap peneliti, meliputi; pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian -baik secara akademik maupun logiknya- (Sugiono,2009:305).

Peneliti kualitatif sebagai human instrumen berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiono,2009:306).


E.     Metode Pengumpulan Data
·         WAWANCARA
Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Tehnik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in–depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.


·         KUESIONER
1.      Kamu masuk sekolah ini saat nama sekolahnya?
a)      SMKN 9 SURABAYA
b)      SMKN 11 SURABAYA
c)      SMKN 12 SURABAYA
2.      Setuju atau tidak dengan penggabungan antara SMKN 9 dan SMKN 11?
a)      Iya, karena .......................................................................................
..........................................................................................................
b)      Tidak, karena ...................................................................................
..........................................................................................................

3.      Menurutmu kenapa SMKN 9 dan SMKN 11 digabung?
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
4.      Apa cara yang kamu lakukan untuk bersosialisasi dengan teman yang awalnya dari sekolah lain dan sekarang menjadi satu sekolah dengan kalian?
........................................................................................................................
........................................................................................................................
5.      Sepengetahuan anda, apakah  pernah ada perselisihan (pada diri anda sendiri atau pada teman anda) setelah menjadi SMKN 12?
a)      Pernah
b)      Tidak Pernah



6.       Jika pernah, perselisihan apa yang terjadi? Dan mengapa?
........................................................................................................................
........................................................................................................................

7.      Menurutmu upaya apa yang harus dilakukan para siswa agar tidak terjadi perselisihan lagi?
........................................................................................................................
........................................................................................................................

F.      Analisis Data
Data yang telah didapat akan di analisis dan diolah menjadi narasi deskriptif untuk menarik kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan.




BAB IV: PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

A.    Deskripsi Obyek Penelitian
SMK Negeri 12 Surabaya merupakan penggabungan 2 sekolah yaitu SMK Negeri 9 (SMKI) dan SMK Negeri 11 (SMSR) Surabaya sejak tanggal 12-12-2012. SMK Negeri 9 merupakan sekolah Pertunjukan yang dibuka pada tahun 1987. Dengan Jurusan: Karawitan, Pedalangan, Seni Tari, Seni Musik, dan Seni teater. Sedang SMK Negeri 11 (SMSR) dibuka pada tahun 1989 merupakan sekolah bidang SENI RUPA dan Teknologi dengan Jurusan: Seni Lukis, Animasi, Desain Komunikasi Visual, Multimedia, Produk dan Desain Kria kayu, Kria Logam, Kria Tekstil, Kria Kulit, Interior dan Lanscaping, dan Teknik Mesin. Pada awalnya sekolah ini memang menjadi satu.

            Pada awal berdiri SMSR terdapat dua jurusan, yaitu Seni Lukis dan Grafis Komunikasi.Tahun 1995 SMSR Surabaya berubah menjadi SMK Negeri 11 Surabaya dengan jurusan Seni Rupa, Kria Kayu, Kria Tekstil, dan Kria Logam.

Seiring Program Reengineering SMK pada tahun 2002, lahir jurusan baru yaitu Multimedia, Teknik Pemesinan, Desain Grafis dan Animasi. Dengan adanya spektrum SMK, maka penamaan dan jumlah jurusan berubah menjadi 10 kompetensi keahliannya yaitu: Seni Lukis, Desain dan Produksi Kria Kayu, Desain dan Produksi Kria Tekstil, Desain dan Produksi Kria Logam, Multimedia, Teknik Pemesinan, Desain Komunikasi Visual, Animasi, Desain dan Produk Kria Kulit, dan Desain Interior dan Landscaping.

Saat ini SMK Negeri 12 Surabaya menyandang RSBI dan menerapkan ISO 9001-2008 dan 14001-2004 yang siap memasuki pasar bebas dan industri kreatif serta untuk meningkatkan kualitas tamatan telah melaksanakan program sister school dengan sekolah dan praktek di luar negeri.
SMKN 12 Surabaya memiliki area lahan yang cukup luas. Dibangun di atas lahan 1,7 Hektar tanah. Peralatan dan Mesin Bengkel dari Spanyol dan Laboratorium yang memadai:

1. Laboratorium Komputer Hardware Jaringan
2. Laboratorium Komputer Office Desain
3. Laboratorium Komputer Multi Education
4. Laboratorium KKPI
5. Laboratorium ICT
6. Laboratorium CAD
7. Laboratorium Grafis
8. Laboratorium Animasi
9. Studio Multimedia
10. Studio Fotografi
11. Studio Seni Lukis/Seni Rupa
12. studio lukis smkn11
13. Studio Grafis
14. Studio Airbrush
15. Studio Gambar Teknik
16. Bengkel Patung
17. Bengkel Desain Produk Kriya Kayu
18. Bengkel Kria Kayu
19. Bengkel Desain Produk Kriya Tekstil
20. Bengkel Desain Produk Kriya Logam dan Perhiasan
21. Bengkel Desain Produk Kriya Kulit
22. Bengkel Sablon 
23. Bengkel Batik
24. Bengkel Pemesinan
25. Bengkel Mesin
26. Bengkel Kerja bangku dan Kerja Plat
27. Bengkel Las
28. Jaringan Internet/ WIFI
29. Perpustakaan I
30. Perpustakaan II
31. Koperasi
32. Masjid I
33. Masjid II
34. UKS
35. Kantin
36. Kantin sekolah smkn 11 surabaya
37. Unit Produksi
38. R. Bimbingan dan Konseling (BP)
39. Ruang OSIS
40. Studio Rekam
41. Studio Musik/Band
42. Musik Islami
dll

Jurusan-jurusan yang ada di SMK Negeri 12 Surabaya:
1. TEKNIK PEMESINAN
2. MULTIMEDIA
3. ANIMASI
4. SENI LUKIS
5. DESAIN KOMUNIKASI VISUAL
6. DESPRO INTERIOR & LANSCAPING
7. DESPRO KRIYA LOGAM
8. DESPRO KRIYA KAYU
9. DESPRO KRIYA KULIT
10. DESPRO KRIYA TEKSTIL
11. SENI TARI
12. SENI KARAWITAN
13. SENI PEDALANGAN
14. SENI MUSIK
15. SENI TEATER





Diantara ke-15 jurusan di atas terdapat beberapa diantara siswa yang kami wawancarai antara lain :
1)      Mutia Azizah ( X Tekstil )
2)      Farid F (X Musik )
3)      Shella Salaz O (XI Multimedia )
4)      Riza M ( XI Multimedia )
5)      Bagas Septian ( X Teknik Pemesinan )
6)      Andri Puguh ( X Teknik Pemesinan )
7)      Jalla Pawaka ( XI Musik )
8)      Rias ( XI Multimedia )


B.     Hasil Penelitian
Kamis 29 juni tahun 2014 kami beserta teman-teman berjumlah 6 orang  pergi ke salah satu SMK Negeri yang ada di Surabaya untuk melakukan penelitian. Kedua SMK Negeri itu adalah yang kini telah bergabung menjadi satu yaitu SMK Negeri  9 dan SMK Negeri 11 yang menjadi SMK Negeri 12 Surabaya. Sebelum bergabung menjadi satu, SMK Negeri itu berdiri sendiri tetapi berlokasi satu tempat yang sama yaitu bersebelahan. Berikut profil dari salah satu SMK Negeri yang kini bergabung menjadi satu, SMK Negeri 11 Surabaya awalnya, Merupakan salah satu jurusan di SMKI Surabaya (SMK Negeri 9) yang dibuka pada tahun 1987. Padasaat menjelang meluluskan angkatan yang pertama pada tahun 1989, memisahkan diri dari SMKI dan berdirilah SMSR Surabaya.
Pada saat terdapat dua jurusan, yaitu Seni Lukis dan Grafis Komunikasi. Tahun 1995 SMSR Surabaya berubah menjadi SMK Negeri 11 Surabaya dengan jurusan Seni Rupa, Kria Kayu, Kria Tekstil, dan Kria Loga
Seiring Program Reengineering SMK pada tahun 2002, lahir jurusan baru yaitu Multimedia, Teknik Pemesinan, Desain Grafis dan Animasi. Dengan adanya spektrum SMK, maka penamaan dan jumlah jurusan berubah menjadi 10 kompetensi keahliannya yaitu: Seni Lukis, Desain dan Produksi Kria Kayu, Desain dan Produksi Kria Tekstil, Desain dan Produksi Kria Logam, Multimedia, Teknik Pemesinan, Desain Komunikasi Visual, Animasi, Desain dan Produk Kria Kulit, dan Desain Interior dan Landscaping.
Saat ini SMK Negeri 11 Surabaya menyandang RSBI dan menerapkan ISO 9001-2008 dan 14001-2004 yang siap memasuki pasar bebas dan industri kreatif serta untuk meningkatkan kualitas tamatan telah melaksanakan program sister school dengan sekolah dan praktek diluar negeri. 
Sesuai dengan visi dan misi menjadikan dirinya sebagai pusat pendidikan kejuruan SENI RUPA dan TEKNOLOGI terbaik di Indonesia, tujuan utama SMK Negeri 11 Surabaya adalah menghasilkan tenaga ahli dan terampil dalam bidang SENI RUPA dan TEKNOLOGI yang mampu bekerja secara profesional, baik di lingkungan masyarakat, pemerintah, maupun industri.
Untuk dapat menyesuaikan diri perkembangan Seni Rupa dan Teknologi, pencapaian tersebut perlu dilakukan dengan memberikan pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan Seni Rupa dan Teknologi saat ini.
SMKN 9 dan SMKN 11 sebenarnya memiliki latar belakang yang sama namun karna adanya perbedaan kini kedua SMKN itu berpisah. Dan akhirnya pada tahun 2014 kedua SMKN itu kembali bergabung dengan menyamakan visi dan misi mereka menjadi SMK Negeri 12 surabaya.
Kami beserta teman-teman sangat tertarik dengan penggabungan kedua sekolah tersebut, setiap penggabugan sekolah pasti ada yang namanya setuju dan tidak setuju. Itu sudah tak terbantahkan lagi, entah itu antara guru dengan guru ataupun murid dengan sesama murid. Oleh karena itu untuk mengetahui seberapa banyak yang mendukung penggabungan dan menolaknya kami mensurvey 10 orang murid dari penggabungan sekolah tersebut. Kesepuluh orang murid itu berasal dari masing masing kelas yang berbeda serta dari jurusan yang berbeda juga. Seteah kami mebagikan kuesioner, dari 10 murid yang setuju dengan penggabungan sekeolah ada 5 murid sedangkan 5 murid sisanya mereka menolak penggabungan kedua sekolah itu. Adapun berbagai alasan dari kesepuluh murid tersebut, mereka yang setuju dengan penggabungan mengatakan supaya hubungan kedua sekolah itu lebih harmonis dan bisa memperkuat tali kekeluargaan, ada juga yang mengatakan supaya sekolahnya bisa menjadi lebih baik dan bertaraf international, adapun juga yang mengatakan sesama sekolah seni sehingga kalo di gabungkan bisa menjadi sekolah yang bagus. Namun ada beberapa murid juga yang mengatakan mereka tidak setuju atau bahkan tidak mendukung dari penggabungan kedua sekolah tersebut dengan berbagai alasan misalnya ada murid yang merasa terbebani karena peraturan sekolahnya tidak sesuai atau bahkan peraturan sekolahnya berbeda yang membuat murid-murid tidak disipin dan ada juga yang mengatakan peraturannya semakin ketat, lalu ada juga yang mengatakan menurunnya kualitas SMKN 11 karena dia menganggap bahwa sekolah dia sebelumnya mempunyai kualitas yang baik dari SMKN 9  yang tidak mempunyai kualitas yang baik sehingga jika kedua sekolah itu di gabung maka kualitasnya akan tidak baik dan systemnya akan menjadi berantakan karena memiliki peraturan yang berbeda.
Lantas kenapa SMKN 9 dan SMKN 11 di gabungkan banyak orang yang mempertanyakan tentang hal ini begitu pula dengan murid yang tidak tahu, lalu alasan kenapa kedua sekolah itu digabungkan banyak yang muncul dari murid-murid di karenakan lokasi dari kedua sekolah tersebut berada di satu komplek yang sama dan menjadi satu serta banyak juga pendapat yang muncul di karenakan sekolah SMKN 9 kekurangan minat di karenakan jurusan yang kurang menunjang sehingga kurangnya murid di sekolah tersebut. Namun ada juga yang beranggapan mungkin dengan penggabungan kedua sekolah tersebut akan memunculkan satu-satunya sekolah seni yang bisa memenuhi ke inginan para murid serta orang tua sehingga bisa menjadi sekolah  bagus di wilayah jawa timur khususnya pada daerah Surabaya. Adapula yang beranggapan dengan menggabungkan kedua sekolah yang sebenarnya memiliki latar belakang yang sama ini supaya mempunyai sarana prasarana yang lengkap dan kualitas yang jauh lebih baik. Namun ada juga murid yang berpendapat ngawur yaitu kepala sekolah dari SMKN 11 meninggal dunia sehingga mereka kehilangan pemimpinnya. Namun dari penggabungan sekolah tersebut sebenarnya memiliki tujuan yang baik yaitu untuk memajukan sekolah.
Kemudian dari penggabungan sekolah tersebut pastilah murid-murid memerlukan proses adaptasi dan bersosialisasi dari murid yang dahulu berbeda sekolah, lantas upaya apa sajakah yang bisa di lakukan supaya hubungan murid yang berbeda sekolah tetap harmonis. Setelah itu banyak upaya dan usaha yang dilakukan murid-murid agar bisa menemukan kecocokan satu sama lain yaitu dengan betegur sapa, saling mengingatkan satu sama lain atau bahkan ada yang memulai berkenalan dengan murid yang lainnya namun ada juga dari murid yang lainnya yaitu dengan misalnya mengikuti ekstrakulikuler yang dahulu tidak ada di sekolahnya dan sekarang ada, sehingga murid-murid pun bisa sesegera mungkin bisa cepat untuk beradaptasi dan sesegera mungkin bisa bersosialisasi serta bercengkrama dengan murid yang lainnya. Proses sosialisasi ini sangat berguna untuk kedua murid yang berbeda sekolah ini di karenakan jika tidak saling besosialisasi ataupun beradaptasi maka tidak akan timbul rasa yang aman, nyaman dan harmonis antara murid dari kedua sekolah tersebut.

            Setelah begitu banyaknya persoalan karena  terjadinya penggabungan antara SMK Negeri 9 dan SMK Negeri 11 menjadi SMK Negeri 12 ternyata murid-murid dari kedua sekolah tersebut sebagian ada yang mengatakan mempunyai hubungan yang baik dengan teman beda sekolahnya ada juga yang mempunyai banyak perselisihan. Peselisihan tersebut  banyak terjadi antara sesama murid di karenakan ada yang tidak setuju sekolahnya yang lama di gabungkan dengan sekolah yang lain ada juga persoalan yang lain misalnya yang teradi di di dalam kelas di karenakan munculnya perbedaan pendapat antara murid yang satu dengan murid yang lainnya. Ada juga persoalan yang terjadi di luar sekolah seperti murid-murid saling menjelek-jelekkan sekolahnya yang dulu dan menganggap bahwa sekolahnya lebih baik sebelum di gabungkan sehingga terjadilah perkelahian antara murid-murid itu. Ada juga yang memperebutkan masalah cewek. Lalu ada persoalan yang terjdi sebelum kedua sekolah itu bergabung di antara sewaktu SMKN 11 mengadakan acara pensi namun anak sekolah SMKN 9 tidak ikut berpartisipasi dalam membantu mempersiapkan acara itu tersebut. Yang namanya perselisihan di antara kedua murid sekolah itu pasti terjadi, terlebih juga mereka masih anak remaja yang mempunyai emosi yang labil sehingga masih bisa terjadinya perselisihan namun ada juga murid yang bersikap dewasa dan tidak ingin mempermasalahkan  soal penggabungan dan perbedaan sekolah mereka karena dia menganggap ini juga untuk kebaikan sekolah supaya bisa menjadi yang lebih baik.

Hingga akhirnya upaya apa yang harus di lakukan oleh murid-murid supaya tidak akan terjadi perselisihan lagi, di sinilah peran penting guru untuk mendamaikan perselisihan antar murid di sekolahnya. Tapi tak hanya guru saja muridpun juga harus berusaha bersikap seperti biasa, seperti sopan,  santun, santai, dewasa tidak membesar-besarkan masalah dan  saling menghargai dan menghormati antar murid sehingga di sekoalah bisa tercipta rasa aman dan nyaman. Selain itu rasa kekeluargaan juga harus di tumbuhkan antar sesama murid agar tidak adanya perselisihan dan kalaupun perselisihan akan kembali terulang lagi sebaiknya para guru segera mendamaikannya kembali agar tidak ada rasa permusuhan serta dendam antara sesama murid. Sehingga di sekolahpun akan terasa damai dan proses belajar mengajarpun bisa berlangsung dengan evektif tanpa ada gangguan dari murid yang saling berselisih. Alangkah lebih baiknya di antara warga sekolahan saling mempunyai sifat kekeluargaan yang erat dan beginlah seharusnya yang terjadi di sekolahan sehingga akan membentuk kepribadian serta karakter yang kuat dan positif dari seorang murid. Tak hanya di sekolah saja, di lingkungan tempat tinggal kita pun kita harus menimbulkan rasa saling menghargai dan menghormati antar sesama warga agar terciptanya rasa yang rukun serta damai dan sentosa.

C.     Telaah Teori Tentang Hasil Penelitian
Hasil pembagian kuensioner dan analisis tentang teori yang dapat disimpulkan sebagai berikut
·         Mereka yang setuju dengan penggabungan mengatakan supaya hubungan kedua sekolah itu lebih harmonis dan bisa memperkuat tali kekeluargaan, ada juga yang mengatakan supaya sekolahnya bisa menjadi lebih baik dan bertaraf international, adapun juga yang mengatakan sesama sekolah seni sehingga kalo di gabungkan bisa menjadi sekolah yang bagus.

Menurut teori
Mengapa suatu hal itu terjadi dapat dimaksukan Bahwa masyarakat terbentuk atas berbagai sub-struktur yag dalam fungsi-fungsi mereka saling tergantung satu sama lain, sehingga perubahan-perubahan yang terjadi dalam fungsi satu sub-struktur dengan sendirinya akan tercermin pada perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur-struktur lainnya pula karena dari siswa yang setuju itu mengatakan katnya supaya hubungan kedua sekolah itu lebih harmonis dan bisa memperkuat tali persaudaraan.


·         Kedua sekolah itu digabungkan banyak yang muncul dari murid-murid di karenakan lokasi dari kedua sekolah tersebut berada di satu komplek yang sama dan menjadi satu serta banyak juga pendapat yang muncul di karenakan sekolah SMKN 9 kekurangan minat di karenakan jurusan yang kurang menunjang sehingga kurangnya murid di sekolah tersebut.

Menurut teori
Pemahaman mengenai hubungan merupakan suatu aspek penting dalam studi komunikasi antarpribadi, karena hubungan berkembang dan juga berakhir melaui komunikasi. Berikut akan dibahas bagaimana hubungan terbentuk dan berakhir.

·         Setelah itu banyak upaya dan usaha yang dilakukan murid-murid agar bisa menemukan kecocokan satu sama lain yaitu dengan betegur sapa, saling mengingatkan satu sama lain atau bahkan ada yang memulai berkenalan dengan murid yang lainnya namun ada juga dari murid yang lainnya yaitu dengan misalnya mengikuti ekstrakulikuler yang dahulu tidak ada di sekolahnya dan sekarang ada, sehingga murid-murid pun bisa sesegera mungkin bisa cepat untuk beradaptasi dan sesegera mungkin bisa bersosialisasi serta bercengkrama dengan murid yang lainnya. Proses sosialisasi ini sangat berguna untuk kedua murid yang berbeda sekolah ini di karenakan jika tidak saling besosialisasi ataupun beradaptasi maka tidak akan timbul rasa yang aman, nyaman dan harmonis antara murid dari kedua sekolah tersebut




Menurut teori
Di dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, hubungan antar pribadi memainkan peran penting dalam membentuk kehidupan. Masyarakat, terutama katika hubungan itu mampu memberi dorongan kepada orang tertentu yang berhubungan dengan perasaan, pemahaman informasi, dukungan, dan berbagai bentuk komunikasi yang mempengaruhi citra diri orang serta membantu orang untuk memahami harapan-harapan orang lain.
Sehingga para siswa tersebut bisa berinteraksi memahami image dari SMK 9 dan SMK 1. Ditambah lagi dengan teori social penetration, teori tersebut mengemukakan dimana orang saling mengenal satu sama lainnya.
·         Setelah begitu banyaknya persoalan karena  terjadinya penggabungan antara SMK Negeri 9 dan SMK Negeri 11 menjadi SMK Negeri 12 ternyata murid-murid dari kedua sekolah tersebut sebagian ada yang mengatakan mempunyai hubungan yang baik dengan teman beda sekolahnya ada juga yang mempunyai banyak perselisihan. Peselisihan tersebut  banyak terjadi antara sesama murid di karenakan ada yang tidak setuju sekolahnya yang lama di gabungkan dengan sekolah yang lain ada juga persoalan yang lain

Menurut teori
Pendekatan konflik atau pendekatan Marxien merupaka pendekatan alternatif paling menonjol saat ini terhadap pendekatan struktural-fungsional sosial makro. Karl Max adalah tokoh yang mencetuskan gerakan sosialis internasional. Meskipun sebagian besar asumsinya yang dalam pengertian modern diakui sebagai teori sosiologis. Namun para engikut Marx menggunakan pedoman-pedoman sosiologis dan ideologi Marx secara sangat eksplit, sedangkan praktek ideologis hanya secara implisit terdapat dalam tulisan-tulisan para penganut pendekatan struktural-fungsional.
·         peran penting guru untuk mendamaikan perselisihan antar murid di sekolahnya. Tapi tak hanya guru saja muridpun juga harus berusaha bersikap seperti biasa, seperti sopan,  santun, santai, dewasa tidak membesar-besarkan masalah dan  saling menghargai dan menghormati antar murid sehingga di sekoalah bisa tercipta rasa aman dan nyaman.
Menurut teori
Pendekatan ini merupakan pendekatan interdisiplin, yakni sebuah pendekatan yang mengkaji hubungan-hubungan yang terjadi di masyarakat. Kemudian pendekatan ini digabungkan dengan pendekatan simbolisme dengan asumsi bahwa semua interaksi dalam masyarakat akan terlihat jelas apabila dihubungkan dengan simbol-simbol yang berlaku dalam masyarakat itu sendiri. Jadi pendekatn interaksionisme-simbolis ini merupakan sebuah perspektif mikro dalam sosiologi yang sangat spesikulatif pada tahapan analisisna, tetapi pendekatan ini mengansung sedikit sekali perasangaka ideologisnya.
·         persoalan yang terjadi di luar sekolah seperti murid-murid saling menjelek-jelekkan sekolahnya yang dulu dan menganggap bahwa sekolahnya lebih baik sebelum di gabungkan sehingga terjadilah perkelahian antara murid-murid itu. Ada juga yang memperebutkan masalah cewek. Lalu ada persoalan yang terjdi sebelum kedua sekolah itu bergabung di antara sewaktu SMKN 11 mengadakan acara pensi namun anak sekolah SMKN 9 tidak ikut berpartisipasi dalam membantu mempersiapkan acara itu tersebut. Yang namanya perselisihan di antara kedua murid sekolah itu pasti terjadi, terlebih juga mereka masih anak remaja yang mempunyai emosi yang labil sehingga masih bisa terjadinya perselisihan namun ada juga murid yang bersikap dewasa dan tidak ingin mempermasalahkan  soal penggabungan dan perbedaan sekolah mereka karena dia menganggap ini juga untuk kebaikan sekolah supaya bisa menjadi yang lebih baik.

Menurut teori
Teori konflik  adalah teori yang memandang bahwa perubahan social tidak terjadi melalui proses penyesuaian nilai-nilai yang membawa perubahan, tetapi terjadi akibat adanya konflik yang menghasilkan kompromi-kompromi yang berbeda dengan kondisi semula. Teori ini didasarkan pada pemilikan sarana- sarana produksi sebagai unsur pokok pemisahan kelas dalam masyarakat.



BAB V: PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Sosiologi pada hakikatnya bukanlah semata-mata ilmu murni (pure science)yang hanya mengembangkan ilmu pengetahuan secara abstrak demi usaha peningkatan kualitas ilmu itu sendiri, namun sosiologi bisa juga menjadi ilmu terapan (applied science) yang menyajikan cara-cara untuk mempergunakan pengetahuan ilmiyahnya guna memecahkan masalah praktis atau masalah sosial yang perlu ditanggulangi.
Ruang lingkup sosiologi antara lain :
1.      Ekonomi beserta kegiatan usahanya secara prinsipil yang berhubungan dengan produksi, distribusi, dan penggunaan sumber-sumber kekayaan alam
2.      Masalah manajemen yaitu pihak-pihak yang membuat kajian berkaitan dengan apa yang dialami warganya.
3.      Persoalan sejarah yaitu berhubungan dengan catatan kronologis, misalnya usaha kegiatan manusia beserta prestasinya yang tercatat.
Pola pendekaan sosiologi komunikasi :
1.      Pendekatan strukural-fugsional,
2.      Pendekatan konflik,
3.      Pendekatan interaksionisme-simbolis.
Teori-teori sosiologi komunikasi mengenai komunikasi antarpribadi, antara lain :
1.      Persepsi tehadap diri sendiri (self perception)
2.      Kesadaran pribadi (self awareness)
3.      Pengungkapan diri (self disclosure)


Adapun tambahan mengenai teori hubungan antarpribadi, antara lain :
1.      Memahami hubungan antar pribadi
2.      Teori-teori pengembangan hubungan
a.        Self Disclosure
b.      Social Penetration
c.       Prosess View
d.      Social Exchange

              Komunikasi antar pribadi merupakan proses komunikasi yang terjadi antar individu ataupu antar perorangan dan bersifat pribadi baik yang terjadi secara langsung (tanpa medium) maupun tidak langsung (melalui medium). Kegiatan-kegiatan seperti percakapan tatap muka (face to face communication), percakapan melalui telepon, surat menyurat pribadi, merupakan contoh-contoh komunikasi antar pribadi.

              Teori Atraksi Antar pribadi, yang menggambarkan faktor manusia tertarik dan menyukai orang lain dengan itu Atraksi antar pribadi sebagai salah komponen utama yang menjadikan kita berkomunikasi dengan orang lain.

              Teori Konflik Sosial, adalah Marxis berbasis teori sosial yang berargumen bahwa individu-individu dan kelompok-kelompok (kelas sosial) dalam masyarakat mempunyai pendapat yang berbeda dalam jumlah materi dan non-sumber daya materi (orang kaya vs orang miskin) dan bahwa kelompok-kelompok yang lebih kuat menggunakan kekuatan dalam untuk untuk mengeksploitasi kelompok-kelompok dengan daya yang lebih kecil.
             

              Teori Komunikasi Antar Pribadi sebagai suatu proses yang berkembang, dalam realitanya segala sesuatu adanya proses dan mengalami pasang surutnya. Dan perubahan-perubahan itu relah terjadi abad sebelumnya dimana era komunikasi mengalami perkembangan, diantranya:
ĂĽ     era komunikasi tulisan,
ĂĽ     era komunikasi cetakan,
ĂĽ     era komunikasi telekomunikasi, dan
ĂĽ     era komunikasi interaktif.

B.     SARAN
              Berdasarkan penelitian yang kami lakukan, saran kami untuk pihak sekolah atas penggabungan dua sekolah tersebut, yaitu:
1.       Siswa yang tidak setuju dan berontak ke pihak sekolah (kepala sekolah) dengan cara memberikan alasan tetapi tidak secara anarkis yaitu dengan berbicara baik-baik atau dengan perwakilan dari pihak osis.
2.      Seharusnya pihak sekolah juga mempertimbangkan dampaknya, yaitu para siswa menjadi malas untuk belajar hanya bermain-main tidak akan konsen soalnya banyak konflik-konflik yang menyebabkan ketidaknyamanan seperti perkelahian.






DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 2000. Sosiologi: Suatu Pengantar Awal. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Bagong, Suyanto J. Dwi Narwoko. 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana Media Group.
Ba-Yunus, Ilyas dan Ahmad, Farid. 1996. Sosiologi Islam: Sebuah Pendekatan. Bandung:Mizan.
Berger, Peter L. & Hansfried Kellner. 1985. Sosiologi Ditafsirkan Kembali. Jakarta: LP3ES.
Bungin, Burhan. 2007. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana.
Devito, A. Joseph. 1997. Komunikasi Antar Manusia, Kuliah Dasar Edisi Kelima. Jakarta: Professional Books.
Goldberg, A. Alvin, Larson, E. Carl, 2006. Komunikasi Kelompok, Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.
Hidayat, Dasrun. 2012. Komunikasi Antarpribadi dan Medianya. Yogyakarta: Graha Ilmu
Horton, B. Paul & Hunt, L. Chester. 1987. Sosiologi Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Kartasapoetra, G. 1987. Sosiologi Umum. Jakarta: Bina Aksara.
Marx, Karl. Capital: A Critic of Political Economy. Volume 3. Penguin Classics and New Left Review. Translated by David Frenbach.
Mills, C. Wright. 1962. The Marxist. Dell Publishing Co. Dalam: Ransford. Social Stratification.
Narwoko, J. Dwi, Suyanto, Bagong. 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana.
Pace, R. Wayne, Faulus, F. Don. 2005. Komunikasi Organisasi, Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Polak, J.B.A.F. Maijor. 1991. Sosiologi: Suatu Buku Pengantar Ringkas. Jakarta: Ichtiar Baru-Van Hoeve.
Rakhmat, Jalaludin, 2008. Psikologi komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Randall Collins. 1974. Conflict Sociology: Toward an Explanatory Science. New York: Academic Press.
Ritzer,George. 1992. Sociological Theory. New York: Mc Graw-Hill.
Soemardjan, Selo & Soemandi, Soelaeman. 1964. SetangkaiBunga Sosiologi. Jakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Ekonomi.
Stiglitz, Joseph. 2006. Dekade Keserakahan: era 90-1n dan awal mula petaka ekonomi dunia. Penerbit Marjin Kiri. Judul asli: The Roaring Nineties, Towards a New Paradigm in Monetary Economics.
Turner, Jonathan H. 1982. The Structure of Sociological Theory. Third edition. The Dorsey Press, Homewood Illinois dan Irwin-Dorsey Limited, Georgetown, Ontario
Turner, Jonathan H. dan Leonard Beeghley. 1981. The Emergence of Sociological Theory. The Dorsey Press, Homewood Illinois dan Irwin-Dorsey Limited, Georgetown, Ontario.

Artikel dan Jurnal







[1] Horton dan Hunt, 1987:41
[2] Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, 2004:2
[3] Berger dan Kellner, 1985:5
[4] Occupation Outlook handbook, 1980-1981, US Departement of labor, 1980:431
[5] Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, 2004:4
[6] Soemardjan dan Soemardi, 1964:14
[7] Randall Collins, Conflict Sosiology: Toward an Explanatory Science, 1974, New York, halaman 19
[8] Geoge Ritzer, Sociological Theory, 1992, Ne York, halaman 28
[9] G.Kartasapoetra dan L.J.B. Kreimes, Sosiologi Umum, 1987, jakarta, halaman 1-2
[10] Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: teori, paradigma, dan diskursus teknologi komunikasi di masyarakat, 2007, Jakarta Pusat, halaman 26-31
[11] Maijor Polak, Sosiologi Suatu Pengentar Ringkas, 1991, Jakarta, halaman 22
[12] Ilyas Ba-Yunus dan Farid Ahmad, Sosiologi Islam: Sebuah Pendekatan, 1996, Bandung, halaman 20-24
[15] Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: teori, paradigma, dan diskursus teknologi komunikasi di masyarakat, 2007, Jakarta Pusat, halaman 260-262
[16] elib.unikom.ac.id/download.php?id=104344